Kisah  

Al-Barzanji, Kitab Peringatan Maulid Nabi Muhammad

Baladena.ID

Kitab Al-Barzanji yang dikarang oleh Ja’far Al-Barzanji menjadi salah satu karya sastra yang populer di masyarakat. Sayyid Ja‘far bin Hasan bin ‘Abdul Karim bin Muhammad bin Rasul Al-Barzanji, pengarang Maulid Barzanji, adalah seorang ulama besar keturunan Nabi SAW dari keluarga Sa’adah Al- Barzanji yang termasyhur, berasal dari Barzanj di Irak. Mengetahui biografinya sehingga mengetahui bahwa nama Al-Barzanji sebenarnya diambil dari tempat asal keturunannya yakni daerah Barzanj.

Kitab Al-Barzanji membahas sejarah perjuangan Nabi Muhammad, perjalanan hidup Nabi Muhammad lahir, diangkat menjadi Rasul, peperangan, hijrah hingga wafat yang dikemas menjadi karya sastra sehingga memiliki rima. Isi Al-Barzanji mengisahkan tentang kehidupan Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul, mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan bagi umat manusia.

Karya tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd al-Jawahir dalam Bahasa Arab berarti kalung permata yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw, meskipun kemudian lebih terkenal dengan nama penulis Kitab yang menggambarkan Cinta dan berisi kisah kelahiran Nabi Muhammad. Sebutan Al-barzanji sebagai nama marga bagi penulisnya, jauh lebih terkenal apabila dibandingkan dengan nama kitab itu sendiri yaitu ‘Iqdul Jawahir. Kitab ini selalu dibaca oleh umat Islam Nusantara, khususnya ketika Memperingati hari Maulid Nabi Muhammad Saw.

Dengan demikian,  Kitab Al-Barzanji adalah karya sastra berasaskan rasa cinta kepada Nabi Muhammad menyebabkan karya ini berhasil menyemangati para tentara muslim dalam perang Salib dan berhasil mengembalikan Masjidil Aqsha. Untaian kata Indah yang dipadukan dengan tulusnya niat dengan penuh hormat dan harap mampu menarik berkah dari Rasulullah manusia yang mulia. Demikian pula dengan pembacaan Al-Barzanji di Nusantara, semua dilakukan dengan penuh pengharapan menanti syafaat di yaumil qiyamat .

Sejarah Maulid Al-Barzanji

Sejarah kitab Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar perihal peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW untuk pertama kali. Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad diperingati bertujuan untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab saat itu, umat Islam sedang berjuang untuk mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa yakni dari Perancis, Jerman dan Inggris.

Menutur Syukron Maksum, pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Kondisi umat Islam saat itu telah kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis, umat Islam terpecah dalam benyak kerajaan dan kesultanan. Meski ada satu khalifah dari dinasti Bani Abbas di kota Baghdad, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual yang dipimpin oleh Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi yang dikenal masyarakat sebagai pemimpin yang pandai mengerti hati rakyat jelata. Daerah kekuasaannya membentang dari Mesir hingga Suriah dan Semenangjung Arabia. Menurut Salahudin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi Muhammad. Latar belakang ini membuat Salahudin menghimbau umat Islam di seluruh dunia untuk merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW secara masal.

Gagasan ini diusulkan oleh kakak iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi atabeg (serikat Bupati) di Irbil, Suriah Utara. Muzaffuddin sering merayakan peringatan maulid Nabi Muhammad yang bersifat local di istananya. Selain itu, hal ini dilakukan untuk mengimbangi maraknya peringatan natal oleh umat Nasrani. Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid Nabi Muhammad bukan hanya menjadi ulang tahun biasa, tetapi bisa menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang umat.

Ketika Salahudin meminta persetujuan dari An-Nashir, khalifah di Baghdad ternyata setuju. Ketika musim ibadah haji bulan Dzulhijah 579 H/1183 M, Salahudin sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci) Mekah dan Madinah mengeluarkan intruksi kepada seluruh jamaah haji agar kembali ke kampung halaman masing-masing menyosialkan kepada masyarakat Islam bahwa mulai tahun 580/ 1184 M tanggal 12 Rabi’ul Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan membangkitkan semangat umat Islam.

Salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Salahudin pada peringatan Maulid Nabi Muhammad yang pertama kali yakni menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi Muhammad beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama’ dan sastrawan diundang  untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang dalam perlombaan tersebut adalah Syaikh Ja’far al-Barzanji.

Intruksi peringatan tersebut ternyata membawa dampak positif untuk umat Islam. Semangat umat Islam menghadapi perang salib bergelora kembali. Salahudin menghimpin kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583) Yarusalem direbut oleh Salahudin dari tangan Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali. Masyarakat kini dengan bersemangat membaca Kitab Al-Barzanji bahkan dimusabaqahkan menggunakan nada dan lagu tertentu. Seakan sudah menjadi budaya, masyarakat mengagendakan untuk membaca Kitab Al-Barzanji dalam seminggu sekali.

Umat Islam harus bisa memahami eksistensi agamanya menuju jalan  Allah Swt. dan  mampu meneladani sejarah perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan agama Islam. Memahami perjuangan, dengan mempelajari sejarah perjuangan Nabi Muhammad menjadi jawaban yang dibutuhkan masyarakat sehingga dapat diambil hikmahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *