Kisah  

Bador; Lebih Baik Berubah

Bador; Lebih Baik Berubah
Ilustrasi [Int]

Bador, atau nama lain dari Ali Sya’roni merupakan pemuda asal Desa Kenanti, Kabupaten Pati. Ia anak kedua dari pasangan Bapak Parnawi dan Ibu Tun. Ada kisah menarik yang menjadi pelecut semangat bagi Roni (nama panggilan halus) sehingga mampu bangkit dari kebiasaan buruk.

Saat sekolah dahulu, ia termasuk siswa yang sungguh terlalu. Loh? Begini, ia berangkat telat dan pulang sebelum waktunya. Kebiasaan buruk ini, ia lakukan selama enam tahun, sejak kelas satu SMP sampai hampir lulus SMK. Kesehariannya pun ia hanya bermain-main dengan teman sebayanya, mancing, main bola, sampai mencuri mangga.

Selepas ia lulus dari SMK, mulai terfikirkan untuk berubah. Otaknya memaksa ia harus berubah diiringi usia yang terus bertambah. Ia harus bekerja, untuk latihan di masa depan agar mampu menjadi pemuda yang bermanfaat. Ia bekerja setelah dinyatakan lulus dari tempat sekolahnya, tentu proses lulusnya menempuh perjalanan panjang. Karena ia menjadi siswa yang sungguh belum layak untuk diluluskan.

Pekerjaan pertamanya, ia ikut tetangga yang membuka usaha pengisian air galon. Setiap hari, ia menghabiskan waktu untuk ambil dan mengantarkan galon milik konsumennya. Pekerjaan ini bertahan hanya sebentar,  disamping gaji yang ia terima hanya sedikit, ia juga pernah ada kejadian yang membuatnya harus cari pekerjaan lain.

Saat ia bekerja seperti biasa, datanglah seorang teman yang sehari-hari bermain dengan dia. Ia datang membawa jualannya, cincin batu akik. Dalam pertemuan itu, Roni merasa tertarik akan jualan temannya itu. Padahal harga yang ditawarkan lumayan mahal, sekitar Rp 240.000. Sedangkan gaji yang ia dapatkan dari tempat ia kerja hanya Rp 200.000, defisit tentunya. Karena sudah terlanjur tertarik, akhirnya ia jadi membeli dan terpaksa harus hutang terlebih dahulu.

Setiap orang memang memiliki masa lalu yang kurang baik, tapi masih ada masa depan yang bisa kita tentukan dengan pilihan masing-masing.

Sebab kejadian tersebut, ia mulai berfikir lebih keras lagi untuk mencari pekerjaan lain. Hingga akhirnya, menjadi karyawan di salah satu usaha yang dipimpin oleh  tetangganya, yaitu sales peralatan dapur. Mulai dari sinilah kehidupannya berubah, karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk bertutur kata sopan dan menggunakan bahasa jawa krama ia menjadi pribadi yang baik. Dulu semasa di sekolahan menggunakan bahasa yang kasar dan tidak beradab, sekarang mampu berbahasa dengan halus dan sopan.

Saat bekerja, ia sempat bercerita tentang kondisi bosnya yang kurang bersahabat. Ia mendapatkan lokasi promosi yang lumayan jauh, karena kantor berada di  Kabupaten Magelang dan lokasi promosi berada di Kabupaten Temanggung. Terkadang saat malam hari ia sampai pukul 23.00 pulang dari Temanggung dengan menembus dinginnya angin malam, karena berada di kaki Gunung Sumbing.

Tiga tahun lamanya ia jalani dengan suka dan duka, hingga ia mampu melepaskan diri dari bosnya dan membuka sendiri di daerah Purwodadi. Dari hasil kerja kerasnya, ia mampu mengumpulkan uang untuk biaya menikah dengan istrinya sekarang. Ia pun menjadi orang laki-laki pertama di lingkungan teman sekolah yang menikah, apalagi dengan uang pribadi.

Setelah menikah, sekarang membuka usaha di Magelang, agar lebih dekat dengan rumah orang tua sang istri. Meski menikahnya baru, ia langsung kontrak rumah untuk ditinggali dengan istri dan satu karyawannya. Rencana bulan depan akan menambah jumlah karyawan untuk membantu mengembangkan usahanya ini.

Setiap orang memang memiliki masa lalu yang kurang baik, tapi masih ada masa depan yang bisa kita tentukan dengan pilihan masing-masing. Membuka usaha merupakan jalan terbaik untuk membangun ekonomi masyarakat. Karena dengan membuka usaha kita mampu memberikan sumbangsih kepada negara untuk mengurangi jumalah pengangguran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *