“Sedikit tidur membuat dirimu berlari kencang.” (Dr. Mohammad Nasih, M.Si.)
Ialah Mohammad Nasih, doktor ilmu politik dan hafidh al-Qu’ran. Ia merupakan dosen Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) dan FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Tidak hanya menjadi seorang dosen, Nasih juga merupakan pengasuh di rumah perkaderan Monash Institute. Nasih telah menjadi seorang yang sukses pada usia mudanya. Banyak orang yang bertanya-tanya, apa yang membuat Nasih dapat mencapai kesuksesan dalam usia muda?
Bagaimana tidak, banyak orang yang ingin menjadi seperti Nasih, seorang yang hafal al-Quran dan menjadi doktor pada usia muda. Menjadi hafidh al-Qur’an saat masih duduk di bangku kelas 2 SMA dan menjadi doktor ilmu politik di usia 29 tahun merupakan sebuah pencapaian yang memang menarik perhatian.
Dalam pencapaian kesuksesan tersebut, ada secuil kebiasaan unik Nasih yang menarik perhatian penulis. Kebiasaan ini selalu Nasih tekankan, selain kepada dirinya, juga kepada para murid-muridnya agar dapat mencapai kesuksesannya. Mungkin sebagian orang menganggap sepele kebiasaan ini, tetapi justru itulah yang penting untuk diketahui. Sebab, Nasih merasa dengan kebiasaan inilah ia mampu membuat dirinya maju lebih cepat dari orang lain. Apa itu?
Nasih memiliki kebiasaan tidur yang sedikit berbeda dengan orang lain. Nasih mengurangi porsi tidur untuk menambah porsi waktu belajarnya. Pada umumnya, waktu ideal tidur seseorang 8-9 jam sehari. Namun, ia mengurangi waktu tidurnya menjadi rata 5-6 jam saja setiap harinya. Kebiasaan ini sudah ia terapkan sejak usia muda ketika ia mulai menghafalkan al-Qur’an.
Sedikit Tidur Membuatku Berlari Kencang
Pada usia muda, Nasih sempat mengalami kesulitan dalam menghafalkan al-Qur’an. Nasih pun memikirkan bagaimana caranya agar bisa menghafalkan al-Qur’an secara cepat. Nasih mempunyai inisiatif menambah waktu belajarnya dan mengurangi waktu tidurnya. Orang-orang biasa tidur malam selama 8 Jam, tetapi Nasih muda malah mengalokasikan waktu tidurnya 5 jam, dan menggunakan sisanya untuk belajar.
Nasih muda menggunakan waktu 3 jam tersebut untuk menghafalkan al-Qur’an serta shalat malam. Kegiatan tersebut ia lakukan secara konsisten dan sungguh-sungguh. Nasih mengambil waktu malam sebagai media menghafal al-Qur’an, karena pada waktu malam suasana lebih tenang dan memberikan kekhusyukan dalam memahami rangkaian kata dalam al-Qur’an. Setelah kajian di pesantren, ia menunaikan misi menghafalnya sampai larut malam. Entah itu membuat hafalan atau muraja’ah. Pernah sekali waktu, Nasih muda ditegur oleh kiainya, Mbah Kiai Mansur Lasem.
“Cung, mripat iku nduwe hak diistirahatno. (Nak, mata itu juga punya hak untuk diistirahatkan.)”
Itu menujukkan bahwa Nasih telah mengalokasikan waktu tidurnya untuk belajar dan belajar. Tidak cukup di malam hari sampai menjelang tidur, Nasih juga melakukan itu di sepertiga malam sampai waktu Shubuh tiba. Ia bangun lebih awal dibanding teman-temannya. Waktu tidur malam yang berkurang itu oleh Nasih diganti dengan qailulah, tidur siang maksimal satu jam. Nasih tetap semangat di waktu pagi hari walaupun waktu istirahatnya di malam hari digunakan untuk belajar. Tidak ngantukan.
Kebiasaannya dalam mengurangi waktu tidur di malam hari ini diinspirasioleh QS. al-Qur’an dalam surat adz-Dzariat ayat 17-18:
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18
Artinya: “Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.”
Nabi Muhammad SAW pun diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengurangi tidurnya dimalam hari dan menggantinya disiang hari. Hal ini dijelaskan al-Qur’an dalam surat al-Muzammil ayat 1-7
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ اللَّيْلَ إِلا قَلِيلا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا (4) إِنَّا سَنُMلْقِي عَلَيْكَ قَوْلا ثَقِيلا (5) إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلا (6) إِنَّ لَكَ فِي اَلنَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلا (7)
Artinya: “Wahai orang yang berselimut (Muhammad)!. Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu. Atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kapadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa)[9]; dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang.”
Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar senantiasa mengurangi waktu tidurnya di malam hari untuk membaca al-Qur’an. Karena, bangun di malam hari dapat menguatkan jiwa dan membaca al-Qur’an di malam hari akan memberikan kesan yang lebih khidmat dan khusyu’. Dan menurut penelitian ilmiah terbaru, bangun dan shalat tahajud di malam hari itu memberikan banyak manfaat.
Nasih senantiasa bangun di malam hari untuk menghafalkan al-Qur’an dan beribadah. Sebab, bagi Nasih malam hari adalah waktu yang tepat untuk menghapalkan al-Qur’an karena memberikan kekhusyuan dalam setiap melafalkan ayat per-ayatnya. Dan hal ini yang membuat Nasih cepat dalam menghafalkan al-Qur’an.
Bangun Tidur untuk Mewujudkan Mimpi
Di alam bawah seseorang, ketika tidur, terdapat berbagai macam mimpi yang akan dilihat olehnya, baik mimpi yang bernilai positif ataupun mimpi yang bernilai negatif. Mimpi seseorang akan bernilai negatif atau positif dipengaruhi oleh cara berpikir dan pola hidupnya. Hal ini menjadi salah satu keunikan yang dimiliki Nasih muda.
Sebelum tidur, Nasih selalu merenungkan apa yang harus dirinya lakukan pada esok hari. Dan tidak hanya itu, terkadang Nasih muda selalu merenungkan tentang masa depannya. Karena Nasih muda berpikir dan merenungkan yang positif sebelum tidur, maka apa yang Nasih Muda renungkan akan menjadi sebuah mimpi dalam tidurnya. Dan semua yang dilihat Nasih Muda dalam mimpinya menjadi inspirasi bagi dia ketika bangun tidur.
Menurut Nasih dari mimpi itulah ia akan mendapatkan rencana apa yang harus dirinya lakukan pada esok hari. Ketika bagun tidur, Nasih selalu menekankan dalam dirinya bahwa ia harus mewujudkan apa yang menjadi mimpinya pada saat tidur. Sebagaimana Nasih Muda mengungkapkan dalam sebuah kata-kata.
“Memilih bangun tidur lalu tidur kembali untuk melanjutkan mimpi, atau bangun tidur lalu berlari untuk mewujudkan mimpi”.
Hal inilah yang menjadi kebiasaan Nasih muda sebelum dirinya tidur di malam hari. Sehingga dari kebiasaan inilah Nasih muda dapat mencapai kesuksesannya.
“Sedikit Tidur di Malam Hari Itu Sehat”
Kebanyakan orang berpikir bahwa orang yang sering tidur dengan interval waktu yang sedikit akan mempersingkat masa hidupnya. Namun, pada abad ke 21 ada beberapa penelitian yang bahwa bangun dimalam hari itu bermanfaat bagi kesehatan. Ketika seseorang yang tidur panjang di malam hari sangat membahayakan bagi kesehatan jantungnya.
Ditinjau dari segi medis, jantung manusia pada malam hari mengalami kekurangan oksigen yang disebabkan tidur yang terlalu lama. Ketika tingkat oksigen sangat rendah dalam jangka waktu yang terlalu lama dapat mengakibatlan gagal jantung. Bangun tidur pada malam hari (sepertiga malam) menjadi solusi untuk monitoring kadar oksigen seseorang.
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, bahwa bangun tidur di malam hari sangat bermanfaat bagi jantung, jantung akan memberikan pasokan oksigen yang cukup dan hal ini untuk menghidari kematian secara mendadak. Nyatanya kebiasaan Nasih Muda tersebut tidak mempengaruhi kesehatan raganya. Bahkan sebaliknya kebiasaan ini yang menjadi terapi bagi kesehatan jasmani dan kesehatan rohaninya. Namun demikian, Nasih sering “diomeli” istrinya (yang seorang dokter) perihal ini. Nasih diminta untuk menambah jam istirahat, karena usia bertambah dan semangat yang terus bertambah juga harus diimbangi dengan waktu istirahat yang cukup.
Sungguh menarik kebiasaan Mohammad Nasih yang mampu meraih kesuksesan di usia mudanya, hanya karena kebiasaan tidurnya berbeda dengan tidur orang lain. Tidak disadari oleh banyak orang, ternyata suatu kebiasaan yang dianggap kecil oleh orang lain mampu mengantarkan seseorang menuju kesuksesan. Itu semua tergantung bagaimana seseorang mengemas kebiasaan itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Karena pola pikir yang membuat kebiasaan itu menjadi sesuatu yang luar biasa.
Dari Nasih muda inilah kita mendapatkan banyak pembelajaran dan motivasi. Bahwa kita harus merubah mindset kita terhadap kebiasaan yang sering kita lakukan. Kita kemas kebiasaan kita menjadi sesuatu yang luar biasa, walaupun dalam zona ketidak nyamanan. Tetapi dari hal itu kita dapat mencapai kesuksesan yang kita harapkan. Kebiasaan itu Nasih muda itu bertahan hingga kini, dan bahkan semakin ekstrem. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan keselamatan untuk Abana, Dr. Mohammad Nasih.
Oleh: Wahyu Labibullah, Disciple 2018 Monash Institute asal Kuningan Jawa Barat, Mahasiswa Program Beasiswa Bidikmisi Jurusan Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang