Baladena.ID – Kekuasaan sering dipandang secara negatif. Padahal, sesungguhnya positif dan negatif tergantung kekuasaan itu digunakan untuk apa. Sebab, kekuasaan pada dasarnya hanyalah alat belaka. Jika digunakan untuk berbuat kebaikan, akibat baiknya sangatlah besar. Sebaliknya, jika digunakan untuk kejahatan, dampaknya juga sangatlah luar biasa.

Untuk mengetahui pengaruh besar kekuasaan politik, baladenda.id telah mewawancarai Dr. Mohammad Nasih, M.Si., pengajar di Program Pascasarjana Ilmu Politik UI dan FISIP UMJ dan juga pengasuh dua pesantren, yaitu: Pesantren Darul Qalam-Monasmuda Institute Semarang dan Pesantren Nurul Furqon “Planet NUFO” Rembang yang saat ini juga menjadi Caleg PAN DPR RI dapil I (Kota & Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, dan Kota Salatiga) nomor urut 1, atau akrab disapa oleh para santri-muridnya dengan Abana. Berikut petikannya:

Baladena: “Abah Nasih, bagaimana sesungguhnya pandangan Islam tentang kekuasaan?”

Abana: “Lo kenapa ditanyakan? Memangnya ada masalah apa dengan kekuasaan? Atau memangnya ada indikasi pandangan buruk tentang kekuasaan?”

Baladena: “Kan tidak sedikit orang mengatakan bahwa politik itu kejam. Politik itu kotor. Itu kan berkait erat dengan kekuasaan. Tepatnya perebutan kekuasaan. Maka perlu saya tanyakan, Bah”.

Abana: “Kalau pandangan Islam, berarti acuannya harus al-Qur’an dan hadits atau Sunnah Nabi Muhammad saw.. Di dalam  al-Qur’an ada dua kategori penguasa. Dan pada masanya bentuk negaranya adalah kerajaan. Maka penguasanya ya raja, ditambah lagi dengan wazir, yang sekarang bisa disebut menteri atau perdana menteri. Di dalam al-Qur’an ada nama-nama penguasa yang baik, yaitu: Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Thalut, dan juga Ratu Balqis. Yang terakhir ini ada kisahnya, tetapi namanya memang tidak disebut. Mereka mempraktekkan kekuasaan dengan baik, sehingga rakyatnya sejahtera. Tapi ada juga yang sebaliknya, seperti Fir’aun, Haman, Thalut, dan Namrud. Yang terakhir ini, sebagaimana Balqis, ada kisahnya, tetapi tidak disebut namanya. Jadi, kekuasaan hanyalah alat belaka. Kalau di tangan orang baik, maka implikasinya juga baik. Demikian pula sebaliknya, dan implikasinya sangat menyeluruh. Skalanya negara. Jadi besar sekali.”

Baca Juga  Eco Print Sebagai Solusi Wirausaha Milenial Bermodal Murah di Tengah Pandemi

Baladena: “Kalau di dalam hadits?”

Abana: “Di dalam hadits, ada banyak sekali pernyataan Nabi Muhammad tentang keutamaan seorang penguasa yang menjalankan kekuasaan dengan benar. Bahkan, pemimpin yang adil menjadi salah satu kategori orang yang akan mendapatkan naungan pada hari kiamat nanti, di hari yang tidak ada naungan. Dan yang jelas dalam sejarah Nabi Muhammad adalah beliau merupakan seorang pemimpin politik setelah hijrah ke Yatsrib. Sebelumnya, ketika berdakwah di Makkah selama 13 tahun, Nabi Muhammad  dihina, dicaci maki, dan bahkan disakiti secara fisik. Setelah hijrah, Nabi Muhammad menjadi presiden di Madinah. Memimpin sebuah negara nasional yang di dalamnya terdapat keberagaman SARA.”

Baladena: “Kalau begitu, sebenarnya kekuasaan bisa jadi baik dan jadi buruk sesuai pemegangnya ya?”

Abana: “Tepatnya bebas nilai. Yang baik atau buruk adalah pemegangnya. Kekuasaan hanyalah alat belaka. Saya sering ibaratkan kekuasaan itu seperti pisau dapur. Bayangkan pisau dapur yang biasanya dipakai emak-emak untuk memotong cabe, kangkung, wortel, dan bahan  sayuran lain itu. Sangat bermanfaat bukan. Pisau bisa jadi alat yang sangat membantu keluarga kita mendapatkan jaminan makanan setiap hari. Kita jadi sejahtera karena tidak kekurangan makan. Namun, bayangkan juga jika tiba-tiba ada perampok datang, lalu merebut pisau itu. Manfaat yang biasanya diberikan oleh pisau itu akan berubah menjadi malapetaka. Pisau dapur yang biasanya untuk memotong sayuran, bisa digunakan untuk menusuk orang dan menyebabkan kematian. Begitulah ibarat sederhana tentang kekuasaan.”

Baca Juga  Berjuang Demi Anak Orang

Baladena: “Jadi benar-benar harus berada di tangan orang yang tepat ya, Bah?”

Abana: “Tentu. Kita harus benar-benar membangun kesadaran tentang ini. Selama ini, kita terprovokasi oleh pandangan keliru bahwa kekuasaan itu buruk, politik itu kejam, dan lain-lain yang semacamnya. Itu melihat politik hanya dari satu sudut pandang saja. Intinya baik-buruk sesungguhnya sangat ditentukan oleh politik atau kekuasaan. Buktinya konkret dan sederhana, dan karena itu mudah dipahami, yaitu: ada negara yang kehidupan rakyatnya sejahtera, adil, dan makmur. Tapi ada juga yang sebaliknya. Dan faktor siapa yang memimpin ternyata sangat menentukan.”

Baladena: “Lalu bagaimana caranya agar kita memiliki penguasa yang bisa memajukan negara dan menyejahterakan rakyatnya?”

Abana: “Dalam konteks negara-bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini, maka kita harus menemukan pemimpin yang memiliki kriteria sebagai nasionalis-religius. Ini salah satu temudan dalam disertasi saya, bahwa Indonesia ini sesungguhnya dikonsetruksi sebagai nation-state yang religius. Karena itu, kita harus punya pemimpin yang mampu memahami agamanya dengan baik, lalu menangkap semangat moralnya untuk membangun kebijakan politik kenegaraan yang bisa digunakan untuk hidup bersama tanpa pandang SARA. Jadi, inspirasi-inspirasi dari ajaran agama yang diakui oleh negara, kemudian bisa ditransformasikan ke dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dan semua warga yang berkebhinnekaan SARA itu bisa menerimanya dan mendapatkan manfaatnya.”

Baladena: “Wah, sepertinya tidak mudah ini, Bah?”

Abana: “Tidak ada sesuatu yang terlalu sulit apabila kita terus mengupayakannya dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya, sesuatu yang sebenarnya tidak sulit, tapi tidak bisa terwujud, kalau tidak ada yang memperjuangkannya. Kita semua memiliki tanggung jawab yang sama untuk mewujudkannya. Kita mesti saling dukung, saling bantu untuk menghasilkan penguasa-penguasa yang baik di Republik ini, baik di eksekutif maupun di legislatif. Kalau para pengambil kebijakan di kedua lembaga ini baik, ada harapan Indonesia ini akan bergerak menuju kepada yang lebih baik.” *

Anggota FSAJTQ Nyanyikan Mars Baru di Ponpes Al-Falah

Previous article

Akun instagram @GarutBangkitBerprestasi: Media Sosial Inspiratif untuk Masyarakat Garut

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi

More in Kolom