Doktor Biro Jodoh

Baladena.ID/Istimewa

Mohammad Nasih, yang sering dipanggil Abah Nasih (Abana) oleh santri-santrinya, selain dikenal sebagai seorang ilmuwan, politisi, pengusaha, dan pendidik, juga dikenal sebagai seorang penggembala. Sebagaimana para penggembala pada umumnya, ia tahu apa saja kebutuhan dari gembalaannya. Mulai pagi hari hingga petang datang, Abana tahu apa saja yang dilakukan dan apa saja yang dimakan para gembalaannya, termasuk tahu kapan gembalaannya minta kawin dan dengan siapa gembalaan tersebut akan dikawinkan.

Berawal dari keterampilan menggembala kambing sejak SD, kini Abana merambah kepada menggembala manusia, terutama para anak muda yang haus akan kemajuan dan keterbedayan. Kecintaan dalam menggembala melahirkan kecintaan dalam mengkader para pemuda, tidak terkecuali pemuda desa. Tidak jauh berbeda dengan menggembala kambing, mengkader manusia juga harus tahu segala kebutuhan dan segala kebutuhan dan keinginan para kadernya. Ia akan mencari tahu mulai dari nasab, latar belakang pendidikan dan kondisi perekonomian hingga kehidupan percintaan para kader atau santrinya.

Abana tergugah untuk turut serta memikirkan kehidupan percintaan santrinya karena mendaoat kritikan dari Ibundanya, Ibu Hudzaifah al-Hafidhah, yang mengatakan bahwa para santri juga butuh menikah, tidak hanya belajar semata. “Kamu juga harus memikirkan jodohnya siapa. Iku anakke wong mok kon sekolah sampai S2. Ora gampang golek jodone. Opo memeh bocah wedok. Iso diarani perawan tuo,” kata Bu Hudzaifah. Selain pendidikan formal S2 yang mesti dipenuhi, Abana juga menekankan kepada para santrinya untuk mempersiapkan diri sebelum menikah dengan kualitas penghafal al-Qur’an yang paham artinya. Ini adalah upaya untuk merealisasikan mimpinya melahirkan generasi Qur’ani yang berpendidikan tinggi.

Kecerdasan seorang anak menurun dari kecerdasan seorang ibu. Cerdasnya seorang perempuan apabila tidak diimbangi dengan kualitas pengalaman dan finansial seorang laki-laki yang menjadi suaminya, menjadi kurang maksimal menurun pada anaknya. Sebab, kebanyakan pengalaman rumah tangga kebanyakan orang, kondisi finansial menjadi pengaruh yang sangat besar untuk jalannya pendidikan anak yang maksimal. Tentu ini sifatnya jangka panjang. Tidak hanya sekadar menikah dan bisa makan. Kalau itu yang dituju, tentu tidak sulit menjalaninya. Akan tetapi, bagaimana setelah menikah ia benar-benar siap lahir dan batin untuk mempersiapkan anak-anaknya menjadi generasi yang lebih baik daripada mereka.

Bagi Abana, perempuan yang ideal, selain memiliki kelembutan perasaan,  adalah ia memiliki logika baik. Ketajaman logikanya bisa dilihat dari tulisan, cara berbicara, dan bagaimana perilaku dan gaya hidupnya. Pada bagian ini, memberikan pengaruh besar pada kehidupan rumah tangga dan pendidikan anak-anaknya. Perempuan yang memiliki logika tajam, akan dapat menjalankan kehidupan yang harmonis dan dinamis serta teratur.

Perempuan harus menyadari bahwa dirinya akan menjadi madrasah al-‘ula bagi anak-anaknya. Sebuah sekolahan tentunya akan sangat bangga apabila memiliki siswa yang banyak. Oleh karena itu, Abana selalu menganjurkan santrinya untuk memiliki banyak anak, minimal dua belas. Agaknya, Abana terinspirasi dari Nabi Ya’kub yang mampu memiliki dua belas anak yang luar biasa. Mereka sengaja diperintahkan oleh Nabi Ya’kub untuk masuk ke Negeri Mesir melewati pintu yang berbeda-beda, yang kemudian di-qiyas-kan oleh Abana agar anak-anak itu masuk kekuasaan lewat partai yang berbeda-beda pula. Baginya, politik adalah sarana paling efektif dan efisien untuk melakukan perbaikan dengan sistematis dan masif.

Dari sini, Abana mulai membela poligami dan melarang poliandri. Selain memang dibolehkan oleh agama, poligami menjadi jalan pintas untuk mensejahterakan madrasah. Terbukti, di zaman yang makanan serba beraneka warna ini, sangat jarang seorang perempuan mampu melahirkan dua belas anak, bahkan enam sudah menjadi angka maksimal. Itupun sangat jarang perempuan yang mampu melakukannya. Apalagi sekarang ada program KB “Dua Anak Cukup”, ini menjadi tantangan tersendiri.

Seorang muslimah yang kaffah, akan mendasarkan ilmunya pada al-Qur’an dan al-Sunnah. Oleh karena itu, kualitas minimal dari setiap pasangan santrinya adalah salah satunya harus hafal al-Qur’an, diutamakan untuk para perempuannya. Sebab perempuan memiliki intensitas kedekatan dengan anaknya yang sangat lebih lama dari ayahnya. Selain salah satu atau keduanya harus hafal al-Qur’an, syarat selanjutnya adalah bagi perempuan harus lulus S2 dan laki-laki harus lulus S3 terlebih dahulu. Alasannya adalah memudahkan pasangan untuk fokus menciptakan generasi yang berkualitas. Jadi, urusan pendidikan dan kualitas dari bibitnya harus tuntas terlebih dahulu, baik itu sekadar pendidikan formal maupun secara kualitas pribadi yang prima.

Dengan demikian, harus dipahami bahwa untuk menciptakan sebuah peradaban Qur’ani itu dibutuhkan bibit-bibit yang tidak sembarangan. Oleh karena itu, Abana berusaha menjodohkan bibit-bibit tersebut agar tidak salah dalam melangkah. Sebab, ada kemungkinan jika salah memilih pasangan hidup, meskipun seorang A itu berkualitas baik, misalnya, akan mengantarkannya kepada kekerdilan hidup yang dikhawatirkan. Dengan kata lain, memilih pasangan menjadi sesuatu yang penting untuk memudahkan pembangunan generasi yang terbaik. Seseorang harus menemukan pasangan yang sekufu dan memiliki visi yang sejalan agar mendapatkan kehidupan yang diliputi kebahagian.

Tidak jarang, Abana berdiskusi langsung dengan para santrinya.  Menjodohkan si fulan dengan fulanah, misalnya. Mempertimbangkan limpahan manfaat dari perjodohan yang diusahakan. Memperhatikan letak geografis, keserasian, dan kecakapan dari setiap pasangan. Apabila tidak sesuai atau dirasa tidak cocok, tidak jarang pula Abana memilihkan yang lain yang lebih cocok.

Apabila Abana mengetahui perasaan yang dipendam santri putri kepada santri putranya, ia tak segan dan rela untuk berperan menjadi mediator. Abana menggambarkan yang demikian itu bagai kisahnya Khatidjah dan Nabi Muhammad. Dalam konteks ini, Khatidjah yang lebih dahulu memendam rasa kepada Muhammad muda. Dengan perantara Maisaroh, akhirnya Muhammad mengetahui perasaan Khatidjah dan melamarnya dengan sangat elegan.

Satu contoh, ada seorang santri perempuan yang telah lulus S2 dan ditanya oleh Abana. “Sudah ada yang pernah ngajak nikah, belum?” tanya Abana kepada santri itu. Ternyata santri itu menjawab “belum”. Maka seolah ikut menanggung beban, Abana akan membantu mendapat jodoh terbaiknya. Hingga akhirnya, dengan mempertimbangkan banyak hal, baik yang rasional maupun hasil kontemplasi spiritual (istikharah), Abana mempertemukan santri perempuan itu dengan santri laki-laki yang usianya lebih tua dibanding perempuan tersebut. Akhirnya, mereka menikah dan bahagia (aamin).

Sebaliknya, jika ternyata ada santri yang ditanya ternyata sudah memiliki hubungan dan dirasa oleh Abana tidak cocok, maka hubungan itu bisa “bubar”. Abana akan memberikan penjelasan logis-rasional terkait ketidakcocokan atau kekurangmaksimalan jika keduanya menikah. Tetapi tetap keputusan ada di tangan santri. Faktanya, ada juga yang tetap dengan pilihan hatinya, karena sudah berhubungan lama dan menjalin komitmen bersama, misalnya. Jika sudah demikian, maka Abana akan memberikan nasihat kepada mereka untuk meng-upgrade kualitas supaya peluang-peluang buruk bisa dihindari sejak dini.

Langkah antisipasi yang demikian itu dilakukan oleh Abana, karena melihat banyak fakta keluarga tidak harmonis, karena dari awal memang salah perhitungan. Banyak teman dan adik aktivis yang datang kepada Abana untuk konsultasi meminta solusi atas problem keluaganya, hingga sampai kasus perceraian, misalnya. Nah, dari situlah, Abana benar-benar menekankan kepada para santrinya agar hati-hati dengan hati. Jika ingin menikah, harus dipersiapkan betul kualitas pribadinya. Oleh sebab itu, jika belum mendekati lulus S2, santri-santrinya tidak diizinkan pacaran. “Perbaiki kualitas kalian dengan baik, maka Allah akan mempersiapkan jodoh terbaik untuk kalian pada saat yang tepat nanti,” katanya.

Dalam konteks ini, dalam pergaulan tentu boleh orang jatuh cinta, tetapi tidak untuk pacaran. Sebab, orang tidak bisa menolak kapan cinta itu datang dan kepada siapa cinta itu dirasakan. Namun, ia bisa memutuskan untuk melanjutkan cinta tersebut atau tidak. Sebab, bagi Abana, cinta itu kata kerja. Bahkan, para santri perempuan yang belum waktunya menikah sering mendapatkan “doktrin” bahwa, jika ada laki-laki datang menembak-mengungkap cinta, digantung saja. Ini dimaksudkan tidak lain untuk menjaga diri mereka sendiri dari sergapan setan berkedok manusia. Dan jika para santri jatuh cinta, harus dimanfaatkan untuk menulis. Karena Abana pernah bilang, “Orang yang tidak bisa menulis, itu patut dicurigai tidak pernah jatuh cinta secara serius.”

Beberapa tahun belakangan ini, di saat Monash Institute hampir sepuluh tahun berdiri dan banyak disciple yang telah menikah dan Abana hampir selalu datang ke pernikahan mereka. Kedatangan Abah selain untuk mendoakan dan memberikan restu juga untuk memberikan nasihat-nasihat untuk mempelai agar menjalani kehidupan berkeluarga dengan bahagia di bawah visi yang telah dipelajari di rumah perkaderan Monash Institute. Abana pernah empat kali menikahkan santrinya dalam satu pekan saja, sehingga waktunya cukup terkuras untuk menghadiri hari kebahagian disciples.

Dengan demikian, harus diakui bahwa Abana memang sangat memperhatikan para santrinya, termasuk untuk urusan jodoh hingga detail. Jadi, sangat layak apabila Abana mendapat julukan doktor biro jodoh dari para santrinya. Tempat tumpuan dan curhatan setiap isi hati para santri, yang nasihatnya, strateginya, serta pandangan tajam ke depannya selalu relevan dan mengikuti zaman. Mempersiapkan masa depan sejak dini, bahkan sebelum massa pada masa tersebut diakhirkan.

Begitu totalnya dalam mengkader para pemuda, Abana kini semakin disayang dan dikagumi orang-orang terdekatnya. Semoga keberkahan dan keselamatan senantiasa menyertainya. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Oleh: Umi Sholichah, Disciple 2014 di Rumah Perkaderan Monash Institute

Editor: Anzor Azhiev

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *