Waktu memang akan terus berjalan, tidak akan berhenti apalagi mundur. Hal ini menuntut manusia untuk tidak berhenti, harus terus bergerak untuk meningkatkan kualitas diri demi mencapai masa depan yang gemilang. Meskipun begitu, kita tidak boleh dimaanfaatkan waktu. Sebab, seharusnya, manusialah yang harus memanfaatkannya, bukan dimanfaatkan.
Dr. Mohammad Nasih adalah sosok yang sadar akan hal itu. Nasih selalu menunjukan contoh untuk tidak dimanfaatkan oleh waktu. Dalam kesehariannya, contoh itu dapat kita lihat dari kedisiplinan Nasih dalam segala hal. Setiap janjian dengan waktu yang telah ditentukan, Nasih tidak pernah datang terlambat melewati waktu yang telah disepakati bersama.
Kebanyakan orang menganggap bawah tidak terlambat sudah dapat dikatakan disiplin. Namun dalam pandangan Nasih itu masih belum cukup. Menurut Nasih, orang yang disiplin itu harus datang tepat waktu. Sebab salah satu indikator orang yang disiplin itu adalah orang tersebut dapat me-manage waktunya untuk dapat datang dalam setiap kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Itulah kebiasaan yang dapat dikatakan tidak dimanfaatkan oleh waktu. Saat ini, banyak orang yang belum mempunya kemampuan me-manage waktu. Karena tidak ingin dianggap tidak disiplin, orang tersebut pun datang jauh dari sebelum waktu yang telah ditentukan. Akhirnya, ada kegiatan lain yang sebenarnya masih bisa dilakukan, tetapi malah terpotong karena harus datang jauh sebelum waktunya.
Dalam beberapa kesempatan, Nasih selalu menekankan agar kita harus datang tepat waktu. Menurut Nasih, “Datang sebelum waktunya itu merugikan, datang terlambat memalukan.” Inilah kedisiplinan yang sebenarnya. Paradigma ini selalu dipegang Nasih dalam setiap kegiatannya.
Penulis selaku junior Nasih di HMI melihat komitmen tersebut. Nasih di HMI sering kali diminta sebagai pemateri dalam beberapa forum diskusi ilmiah. Dalam permintaan tersebut, Nasih akan menanyakan waktu agenda itu akan dimulai, “Saya harus disana pukul berapa?” Ketika kesepakatan waktu telah ditentukan, penulis belum pernah menemukan Nasih datang terlambat dalam undangan tersebut.
Dalam rangka membangun kedisiplinan di kalangan santrinya, Nasih selaku pendiri Pondok Pesantren Monash (Mohammad Nasih) Institute memiliki panggilan yang berbeda bagi santri-santrinya. Di Monash Institute, santri-santrinya dipanggil disciple yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah orang yang disiplin. Teringat bahwa nama adalah do’a. Harapannya, karakter disciples Monash Institute benar-benar serelevan namanya.
Penulis dan teman-teman penulis yang lain selaku santri Nasih di Pondok Perkaderan Monash Institute dapat menjadi saksi hidup untuk terkait kedisiplinan Nasih. Salah satu kedisiplinan Nasih dapat kita lihat dari komitmennya untuk menjaga shalat bejamaah Subuh di Monash Insitute. Perlu diketahui bahwa jarak rumah Nasih dan Monash Institute sekitar 600 meter. Tetapi demi memberikan contoh kepada santri-santrinya, Nasih tidak pernah datang terlambat selama shalat Subuh, kecuali ada uzur syar’i.
Ternyata, mental kedisiplinan Nasih ini sudah terlatih sejak ia berada di bangku sekolah. Nasih muda adalah santri Pondok Pesantren Annur dan siswa MAN Lasem. Kajian Subuh di PP Annur yang biasa selesai pukul 06.30 WIB tidak menjadi alasan Nasih untuk bisa terlambat mengikuti pembelajaran di MAN Lasem, walaupun jarak antarkeduanya sekitar 1 Km dan wakut masuk sekolah dimulai pukul 07.00 WIB.
Nasih selalu mengusahakan untuk tidak pernah terlambat. Agar tidak malu, Nasih selalu mandi sebelum shalat Subuh. Dengan begitu, saat kajian Subuh di pondoknya, Nasih sudah siap dengan seragam sekolah yang dililit dengan sarung. Tidak heran, Nasih menuju sekolah dengan setengah berlai agar tidak bisa datang tepat waktu dalam setiap kegiatan.
Berkaca dari kedisiplinan Nasih di atas seharusnya kita tau bahwa untuk membangun mental disiplin tidak bisa hanya beberapa kali saja. Layaknya pernyataan Prof. Nurcholish Madjid dalam NDP bahwa nilai akan melahirkan tradisi, maka kita yang paham bahwa waktu akan terus bergerak harus mulai membiasakan mental disiplin itu dari sekarang. Tentu disiplin yang sesungguhnya, yakni datang tepat waktu.
0leh: Lia Puji Lestari, Disciple 2018 Monash Institute, Formatur Kohati HMI Komisariat Iqbal