Pembaca Peta Jalan Hidup

Monash Institute adalah rumah perkaderan yang dibuat atas keresahan Abah Nasih terhadap kualitas penerus umat dan bangsa saat ini. Dalam beberapa kesempatan menjadi pemateri di forum para pemuda Islam, Abah Nasih kerap meminta peserta untuk menuliskan lafadz basmalah dan ta’awudz dalam bahasa Arab. Dari tes tersebut, peserta yang bisa menuliskannya dengan benar tidak lebih dari 10 persen. Inilah salah satu keresahannya.

Rumah perkaderan yang bermarkas di Semarang ini memiliki visi membangun karakter kepemimpinan umat dan bangsa. Salah satu paradigma yang sering ditekankan di rumah perkaderan ini adalah berjamaah. Konsep berjamaah di Monash Institute tidak hanya ditetapkan dalam ibadah saja, tetapi dalam kehidupan sehari-hari juga.

Monash Institute paham bahwa setiap orang memang memilki kemampuan yang berebeda. Namun, setiap orang punya tanggung jawab untuk membantu teman-temannya. Gampangannya, orang-orang yang sudah masuk Monash Institute tidak boleh ada yang tidak sukses. Setiap disciple harus saling membantu untuk mencapai kesuksesan.

Abah Nasih selaku founder Monash Institute, adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kesuksesan disciples Monash Institute. Abah Nasih selalu mengawal perkembangan kualitas disciples. Salah satu bentuk pengawalannya, Abah Nasih menekankankan kepada disciples agar membuat peta jalan hidup untuk mecapai cita-citanya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peta diartikan gambar atau tulisan yang menunjukan sesuatu, seperti letak tanah, laut, atau yang lainnya. Dalam peta jalan hidup itu, disciples bisa memasukkan target-target yang ditetapkan oleh Monash Institute dan juga target-target pribadinya.

Abah Nasih sering berkata bahwa orang sukses itu bisa dilihat dari hidungnya. Tentu saja kata-kata ini adalah bahasa kiasan. Abah Nasih sudah berpengalaman membaca kepribadian orang lain. Saking seringnya Abah Nasih berada dalam komunitas dan berinteraksi dengan banyak orang, ia bisa menganalisis karakter seseorang dari raut wajahnya.

Membaca wajah untuk menafsirkan karakter seseorang sebenarnya sudah ada sejak zaman Romawi. Bahkan teknik ini berkembang pesat di China. Ilmu Fisiognomi bisa membahas sifat seseorang melalui pembacaan wajah secara komprehensif. Ilmu ini merupakan cabang ilmu Psikologi.

Menurut Dr. Martin Skinner, pengajar ilmu psikologi di Universitas Warwick Ingggris, bersama Dr. Brian Muller, pengajar di Universitas Syracuse New York Amerika Serikat, menemukan empat belas studi pokok tentang citra wajah dan asimetris wajah dan berhasil menganalisisnya. Kesimpulan yang diperoleh yaitu, sisi kiri sebuah wajah jauh lebih ekspresif daripada sisi kanannya.

Hemisfer kanan otak yang merefleksikan emosi dan sikap dasar kepribadian seseorang bisa mempengaruhi sisi kiri wajah. Sisi kiri ini merupakan sisi pribadi seseorang yang paling mendasar, biasa disebut sisi aspek sinister. Sedangkan hemisfer kiri otak merefleksikan hasil reaksi yang terkendali, inilah yang mempengaruhi sisi kanan wajah seseorang.

Dalam beberapa kesempatan bertatap muka dengan disciples, Abah Nasih memberikan target terkait jalan hidup disciples tersebut. Ada target yang umum dan juga personal. Target yang bersifat umum biasanya diberikan saat kajian al-Qur’an, tanpa pandang bulu. Sedangkan target yang bersifat personal ditujukan kepada orang tertentu saja. Target personal berdasarkan bacaan Abah Nasih terhadap passion setiap disciples.

Contoh target umum yang mesti diraih yaitu, disciples putri harus kuliah minimal S2, disciples putra wajib kuliah S3. Disciples tidak menikah dulu sebelum lulus S2 dan S3, Sebagai mahasiswa, disciples harus menerapkan diskusi, publikasi, dan aksi. Abana juga pernah berkata, “Jadilah lulusan terbaik! Kalau tidak bisa, cari kompetensi lain. Bisa juga menjadi lulusan tercepat, setelah itu lakukan banyak hal yang produktif.”

Ilmuwan muslim harus hafal al-Qur’an. Disciples hafal dan paham al-Qur’an maksimal dua tahun. Untuk menunjang itu, disciples harus bisa i’rab al-Qur’an, setiap hari wajib menulis mufradat minimal dua halaman al-Qur’an per hari, setiap hari membuat video membaca al-Qur’an dengan metode utawi-iku dengan benar dan disetorkan sebagai laporan, menerapkan al-Qur’an bi al-Qalam setiap hari satu halaman. Semua itu bisa mempercepat hafalan.

Sementara target yang bersifat personal, Abah Nasih pernah merekomendasikan disciple agar tidak lanjut kuliah S2, tapi ia harus menjadi pengusaha. Rekomendasi ini tentu tidak disampaikan ke semua orang, hanya orang-orang tertentu saja. Ia menyampaikan hal ini di balik layar. Tentu saja saran ini Abah Nasih berikan kepada orang yang kurang bisa untuk mengajar. Oleh karena itu, Nasih memberikan rekomendasi yang lain, yakni sebagai donatur perjuangan.

Pembuatan peta jalan hidup berfungsi agar disciples memetakan dengan jelas setiap cita-cita yang hendak diraihnya, mulai dari daftar target yang ingin dicapai, hingga tenggat waktu target tersebut terealisasi. Dengan begitu, capaian yang dimaksud bisa terkontrol. Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Seseorang perlu memperjuangkan target-target hidupnya.

Adapun kata-kata mutiara yang pernah Abah Nasih sampaikan, waktu adalah pedang. Kalimat ini begitu singkat, tapi mengena sekali ketika dibaca. Setiap orang harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan menggunakannya dengan optimal. Jadi, jangan sampai seseorang itu hidup tanpa arah dan tujuan yang jelas. Akhirnya, hanya menjadi pengikut arus.

Militansi seseorang bisa membentuk karakter seseorang dan mengakar kuat dalam hidupnya. Pak doktor ini selalu menegakkan gaya hidup on time. Tentu saja gaya hidup ini dipandang sebagai pola hidup yang berbeda. Sebab, mayoritas bangsa Indonesia seringkali membudayakan jam karet (baca: suka molor).

Namun, semua jalan itu tidak akan sampai dan mencapai goal apabila yang diberi peta hidup itu tidak memiliki tekad yang kuat. Ibarat kata, bagaikan mendorong mobil mogok. Selain tekad, seseorang yang benar-benar ingin menuju ke tempat-tempat strategis yang ada di peta hidupnya, perlu memegang teguh komitmen. Tentu saja hal ini akan bermanfaat ketika orang tersebut menelusuri peta hidupnya. Inilah yang bisa menjadi ikhtiar yang berguna untuk mencari jalan yang lurus dan benar.

Abah Nasih pun memberikan mahfudzot kepada disciples agar memiliki daya tahan yang kuat demi menempuh jalan-jalan yang sudah dipetakan. Al-istiqaamatu khairun min alfi karaamah”, yang artinya, istiqomah itu lebih baik dari seribu karamah. Hal ini mengindikasikan kalau istiqomah itu tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.  Orang yang istiqomah akan menuai hasilnya kelak. Semoga Abah Nasih dan para disciples senantiasa diberikan kekuatan untuk istiqamah mewujudkan peta jalan hidupnya.

Oleh: Atikah Nur Azzah Fauziyyah, Presiden Monash Institute Kabinet Militan, Mahasiswi Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Program Khusus Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *