Menjadi Public Speaker Profesional

Baladena.ID/Istimewa

Berbicara merupakan salah satu pembeda manusia dengan makhluk lainnya. Meskipun ada beberapa binatang yang bisa menirukan manusia berbicara, namun itu hanya sekadar mengulangi saja atau sebut saja ‘membeo’. Setiap manusia yang terlahir normal pasti mampu kalau hanya berbicara atau sekadar ngobrol. Namun kali ini penulis lebih menyoroti pada berbicara yang berfaedah atau berbicara yang diperdengarkan di hadapan khalayak ramai. Kemampuan dalam mengungkapan gagasan di muka publik merupakan suatu nilai tambah bagi seseorang. Sebab, belum tentu orang yang cerdas sekalipun mampu mengutarakan isi kepalanya dengan baik, apalagi sampai membuat audien tercengang.

Berbicara di arena publik merupakan seni yang tidak semua orang memilikinya, namun setiap orang akan mampu jika ia selalu melatih dirinya ‘bisa karena terbiasa’. Dalam menyampaikan ide, seseorang harus mampu melihat situasi dan kondisi, dengan siapa ia berinteraksi, dalam momen apa, dan bagaimana keadaan atau antusias audiens. Seorang pembicara harus lihai dan mampu mencairkan suasana, mampu membawa pendengar untuk masuk dalam emosi yang ia citapkan, memiliki wawasan dan pengalaman yang luas serta mampu memilih diksi kata yang tepat saat ia menyampaikan. Selain itu ekspresi dan intonsi berbicara juga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Pembicara harus tahu kapan ia menggunkan nada tinggi, kapan harus mendayu, lembut, datar dan tegas.

Keberhasilan dalam menguasai forum merupakan kepuasan tersendiri bagi seorang pembicara, apalagi jika audien terlihat terperangah atau manthuk-manthuk, misalnya. Dalam mencapai keberhasilan ini, tentunya seorang pembicara harus mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan saat tampil. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembicara untuk tampil prima. Faktor ini meliputi kesehatan, kedaan jiwa atau mood pembicara,  semangat, kedalaman materi dan tulus. Kesehatan adalah hal yang sangat menentukan penampilan seseorang, oleh karena itu sebaiknya pembicara istirahat sejenak sebelum tampil untuk memastikan diri agar ia bisa tampil dengan maksimal. Misal, jika pembicara ngantuk dan pusing atau demam saat tampil, pasti itu sangat mengganggu penampilan dan konsentrasinya.

Keadaan jiwa atau mood pembicara. Faktor ini juga harus diperhatikan oleh pembicara. Jangan sampai ada hal-hal yang mengganggu sebelum pembicara tampil, hal-hal yang menggangu mood-nya harus dihindari. Sebagai contoh, sebelum tampil, pembicara mendengar salah satu keluarganya tertimpa musibah, tentu dalam penampilannya pembicara masih memikirkan dan mengkhawatirkan keadaan keluarganya tersebut. Selanjutnya semangat, seorang pembicara harus mentransfer energi positif agar materi bisa sampai kepada para pendengar. Sebelum membuat orang lain semangat, pembicara juga harus semangat agar pendengar terbawa dalam euphoria semangat membara sebagaimana keadan pembicara.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Selain itu, yang juga sangat penting dalam public speaking adalah materi atau bahan. Materi adalah tujuan utama pembicara, substansi yang harus sampai pada pendengar. Sebab itu, pemateri harus memerkaya diri dengan pengetahuan yang luas, minimal sangat menguasai tema materi yang akan ia sampaikan. Selain itu, materi yang disampaikan pembicara juga bisa menjadi tolok ukur intelektualitas pembicara. Jadi, penampilan yang memukau, subtantif, efektif dan efisien akan menjadi penentu kelayakannya sebagai pembicara yang professional. Dengan kedalaman materi yang mumpuni, pembicara akan mempu berbicara dengan lancar sesuai durasi waktu yang telah ditentukan, ia tidak akan kehabisan kata-kata dalam mengupas tema yang sedang ia sampaikan.

Seorang pembicara harus memiliki ketulusan dalam menyampaikan materi. Sebagaimana pepatah sesuatu yang dari hati pasti akan sampai. Namun setelah usaha maksimal yang ia lakukan tetapi audiens belum mampu menerima substansi materi, hal itu tidak membuat pemateri putus asa dan berhenti dalam bertablig. Terkadang ketidakmmpuan pendengar dalam menerima materi disebabkan oleh ketidakstabilan emosinya, mungkin sedang ada masalah sehigga tidak fokus dalam mendegarkan pembicara atau tingkat intelektual yang kurang memadai sehingga sulit mencerna materi.

Saat tampil, seorang pembicara harus mampu membangun kontak mata dengan audiens dan tidak lupa mengawali dengan senyuman serta menciptakan kesan yang baik dengan suara yang meyakinkan. Selain itu, pembicara harus berbahasa komunikatif, tidak asyik dengan dirinya sendiri dan juga tidak lupa memberikan sapaan penghormatan. Seorang pembicara harus mampu menutupi kegugupannya, sebab kegugupan pembicara sangat mempengaruhi kekondusifan forum. Bahkan terkadang membuat audiens khawatir pembicara akan melakukan kesalahan sebab kegugupannya.

Sikap pembicara saat tampil pasti menjadi pusat perhatian audiens. Oleh karena itu, seorang pembicara harus good looking dan berdiri dengan penuh wibawa. Untuk tampil berwibawa, ekspresi, kontrol intonasi dan kejelasan artikulasi juga harus diperhatikan. Dan agar audiens tidak jenuh, seorang pembicara harus mmpu berbicara runtut dan mudah dipahami serta mampu mengkalkulasi durasi waktu yang diberikan untuk menyampaikan keseluruhan materi dengan pembagian waktu yang tepat.

Terakhir, kemampuan berbicara di depan umum harus terus diasah melewati forum yang banyak dan mencintai pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, jam terbang seorang pembicara sangat menentukan kualitas panggung seorang public sepaker. Semakin sering ia tampil di dalam forum, maka makin banyak pengalaman dan itulah yang akan menjadikan seorang pembicara itu “matang”. Apalagi jika forum yang dihadapi banyak dan berbeda-beda, maka di situlah proses belajar yang sesungguhnya dan kemampuan seorang pembicara diuji. Untuk mencapai itu, tentu mesti dimulai dari hal yang kecil lewat forum-forum kecil. Oleh karena itu, mari belajar utuk terus mengungkapkan gagasan dan menginspirasi orang lain. Semangat! Wallahu a’lam bii ash-shawab.

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *