Mengenalmu Lebih Dalam

Sudah lebih dari sepuluh tahun hatiku terpaut denganmu. Pertama kali mengenal dan bersapa denganmu, masih selalu terngiang dalam ingatanku. Aku belum bisa menafsikan keindahan seperti apa yang ada pada dirimu, sehingga membuat banyak orang terpukau dan selalu mendambakanmu. Kala itu, aku hanya sekilas mengetahui tentangmu. Namun, hal itulah yang semakin memupuk rasa penasaran akan keistimewaanmu hingga pada akhirnya membuatku terus mencari kebenaran akan semua informasi tentangmu.

Ikhtiarku tidak ada hentinya untuk bisa mengenalmu lebih dalam. Meski kau sedikit lebih sulit untuk dipahami, tapi tidak ada kata gentar dalam diriku untuk terus menyusuri lorongmu agar terjawab semua pertanyaan yang tersusun dalam setiap hembusan nafasku. Setiap waktu namamu tidak bisa terlepas dari memoriku, kapanpun dimanapun dan dalam kondisi apapun. Ya, kala itu aku benar-benar takluk denganmu, tanpa ada keraguan sedikitpun yang timbul dalam hatiku untuk menjatuhkan hati pada sosok yang telah menambat hatiku dengan begitu dahsyat.

Hari demi hari terus berganti. Gejolak di hati semakin tak terhenti. Ikhtiar setengah mati dan sepenuh hati demi kamu penambat hati. Kata kebanyakan orang, sulit sekali untuk bisa memilikimu apalagi bagi mereka yang tidak mempunyai i’tikad dan komitmen teguh dalam menjagamu. Apalagi bagi orang-orang yang hanya datang sekedar untuk berkenalan dan pergi tanpa pamit. Sungguh merekalah orang-orang yang merugi dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal dan tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Perlahan tapi pasti. Tekadku yang semakin bulat nan tinggi serta keikhlasan hati yang menyertai kuberanikan menyapamu tanpa basa-basi “Assalamu’alaikum wahai penambat hati”. Aku datang bukan hanya sekedar untuk membuat imajinasi, namun aku datang untuk mewujudkan mimpi yang telah lama terpatri dalam ingatan dan hati sanubari.

Dengan segala isyarat yang terlihat, engkau seolah mengangguk, memberi syarat bahwa aku diperbolehkan masuk ke dalam kehidupanmu. Bagai bunga yang tumbuh merekah di taman, hatikupun ikut berbunga-bunga, badanku gemetaran, haru bahagia. Akhirnya aku bisa benar-benar mengenalmu dan segala keagungan yang ada dalam dirimu tanpa sedikitpun rasa ragu. Aku percaya engkaulah penuntunku untuk masuk kedalam surga-Nya.

Tidak ada hari yang kuhabiskan tanpamu, dalam senang maupun susah, engkaulah yang terus setia menemaniku. Tanpa pamrih, tanpa mengeluh dan protes. Tapi kekuatan cintamu begitu dahsyat. Banyak hal yang terjadi tatkala aku menghabiskan waktu untuk terus mengingat berbagai ayat-ayatmu. Termasuk menenangkanku saat kondisi hati tidak baik. Saat hanyut dalam sajak (baca: kalam) indahmu membuat hatiku semakin damai dan lupa akan segala ujian dan cobaan yang tengah melanda.

Saat itu, aku benar-benar mencintaimu dan tidak ingin melepasmu hingga akhir hayatku. Karenamu lah Aku bisa tegar dan terus bertahan walau badai kehidupan terus menerjang. Dari pertama aku belajar mengeja sajakmu hingga akhinya, aku bisa mengingatmu. Meski banyak tantangan, semangatku tidak padam. Bagai api yang terus berkobar, sampai sakitpun tidak terasa tatkala aku terus sibuk mengingat sajakmu. Indah, tanpa ada yang bisa menyamai, sekalipun seorang penyair hebat.

Oleh: Aina Fifmi, Penikmat Hujan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *