Kerinduanku Bukan HOAX

Rindu

Kerinduan merupakan salah satu bentuk perasaan yang tak terucapkan. Ada do’a yang terus menerus diucapkan di dalam hati, mungkin seperti itulah bagian dari makna kerinduan.  Sehingga akan menjadi semakin berat rasa rindu tanpa adanya kepastian. Kenangan akan terus tebayang. Kehilangan, sebuah rasa yang aneh dan menyiksa. Menjadikanku semakin tak karuan.

Dengar kah? Bahwa aku melafalkan kalimat-kalimatmu itu. Syair yang sejak dulu sampai sekarang ku terinpirasi olehmu. Membuat insan masih saja menganggap indah dengan segala keburukan yang ada. Nafasku adalah kerinduan yang kuyakini akan memancarkan cahaya cinta padamu. Kurasakan benar, sejak awal ku mengenal dan mencoba mendekatimu. Saat diri ini berusaha mendekatimu. Aku merasakan ketenangan yang luar biasa kemudian meresap dalam ruang-ruang hati.

Itu semua tak lepas dari cerita di kala hujan. Perlakuanku pun sama kepada hujan yang selalu ku anggap istimewa. Untukmu hujan, aku berpesan untuk membawa rinduku hanyut untuk nanti kembali. Layaknya hujan yang menguatkan, bukan melemahkan. Karena kaum yang sesat, dituntun ke jalan kebenaran. Sehingga terbukalah pintu yang kasar lagi membeku.

Sebagai pencerah, memang kau berhasil membuatku semakin dekat denganmu, diam-diam ku mengagumimu. Namun saat ini, seakan ada jarak antara kita. Walaupun sebenarnya, masih ingin untuk terus bersamamu dalam pelukan penuh. Hampa terasa diri ini tanpamu. Hanya bayanganmu yang menyelimuti kalbuku. Pun dengan matahari, ia ikut meredupkan cahayanya.

Ingin ku selamanya, bukan hanya saat ini ada untukmu. Aku ingin menyatakan bahwa ku tak bisa hidup tanpamu. Yang terasa hanya perasaan hati yang terus berkecamuk di tubuh ini. Ingin memberontak tuk melupakan hal-hal yang pernah terjadi.

Seperti halnya hujan yang menitihkan air ke dedaunan. Kemudian pergi dan meninggalkan semua kenangan. Alam merasakan akan sedalam-dalam kesunyian malam. Setidaknya mampu untuk mengatasi kesunyian yang kini berlabuh. Entah sampai kapan akhir dari rindu yang masih saja berkecamuk?

Sampai detik ini, saat rindu yang hangat itu kian merasuk kedalam hati. Satu hal yang perlu kau tahu. Perihal melupakanmu, aku takkan mampu. Karena bagiku, ingatan tentangmu bagai sang mentari. Walau ia terbenam hari ini, namun akan muncul lagi dikeesokan harinya. Itu karena namamu telah terlukis dihatiku.

Namun, saat pikiran ini melayang entah kemana, semua menjadi tak menentu. Selain darimu, tanyaku pun tak menemukan jawab, dan memang tak bertemu. Akulah sendu dalam kelambu rindu. Membawa sebungkus rindu yang masih baru. Apakah yang membuatku rindu darimu? Aku ingin memahami benar hal tersebut. Merindukan memori saat-saat bersamamu. Ku tak ingin terlalu lama menunggu kehadiranmu kembali.

Aku begitu merindukanmu. Sangat menantikan kehadiranmu. Pintaku agar jangan kau biarkan rindu mengikis. Apalagi membiarkan diri ini menangis. Padahal, aku tahu kau tanamkan keyakinan masa depan. Cinta sucimu mengikat jiwa dan hati. Sampai tiada berhasrat diriku untuk mencari sosok pengganti. Saat kehilanganmu pasti akan timbul sesal dalam sanubari.

Demikian anganku terhadap gesekan angin yang menghembuskan rindu. Setiap waktu detak jantungku akan menuliskan kata rindu. Kau mulai menjadi dekat denganku. Kurasakan nyata keberadaanmu yang sangat menyentuh kalbu.

Hanya dengan doa diriku bisa menyampaikan segala lara, keluh kesah. Terlihat dunia begitu indah dan hanya aku yang tidak merasakan keindahannya. Kuingat selalu hujan dikala senja, yang seakan melukiskan suatu kenangan. Diwaktu itu pula harapan agar kembalinya senyum yang tergambar rapih mengundang kemesraan. Anggap saja air yang menetes dihujan kala senja adalah rinduku.

Kerinduan yang menjadikan jarak kian melebar. Benar ternyata, bahwa rinduku bukan hoax. Karena itu, hanya potongan doa yang ingin ku panjatkan. Ungkapan yang tak pernah terlupakan “Aku mencintaimu dengan segenap hatiku” Sejak itu aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Langkah yang ku jalani dalam keseharianku menjadi semakin berat tanpa kehadiranmu. Bagaimana mungkin segala kebaikan yang kau curahkan membuatku menjadi lalai? Hanya tindakanku saja yang memang sudah tak karuan. Akankah maaf tetap kau berikan padaku? Maka, peluklah aku dalam kasih, supaya tidak tersesat kembali. Tertipu oleh kelamnya hati dan akal yang ku punya. Tersesat. Padahal petunjuk senantiasa kau berikan.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *