Hujan telah reda. Membangkitkan kenangan yang lama tertimbun oleh waktu. Tumbuhan tampak hijau dan menyegarkan mata siapapun yang melihatnya. Angin sejuk berhasil menggoyangkan dedaunan yang sempat disinggahi air tatkala hujan melanda. Irama kicauan burung terdengar begitu merdu di telinga. Mereka menari tanpa henti dengan begitu riangnya. Seolah tiada beban yang melanda kehidupannya. Sungguh pemandangan yang begitu indah dari Sang Pencipta Yang Maha Kuasa.
Pagi yang penuh kesejukan dan kelembutan bagi siapa saja yang mampu merasakannya. Aroma tanah yang tersiram hujan masih tercium hingga mentari benar-benar menampakkan sinarnya. Cerah, terang dan penuh kehangatan, begitulah orang menyebutnya. Ayunan langkah kaki siap menyambut mentari yang bersinar dengan begitu perkasanya. Dunia dan segala isinya telah menunjukkan segala keramaiannya di pagi yang penuh warna.
Bangunan megah dengan empat lantai tampak gagah berdiri di atas tanah. Suasana pagi yang begitu menentramkan hati seolah tak mau pergi. Karena pagi yang menjadi sebuah awal perjalanan menuju waktu selanjutnya. Pagi juga yang selalu menawarkan kenyamanan sebelum siang datang menghilangkan kenyamanan yang membangkitkan energi. Dari pagi itulah, aku banyak belajar tentang membangun pondasi untuk mewujudkan mimpi yang menguasai imajinasi
Pagi itu pula yang banyak mengajarkan tentang arti sabar. Sabar untuk bertahan, menerima maupun tidak menerima segala konsekuensi dari apa yang telah dilakukan. Tapi pagi tetap berani untuk melawan segala halang rintang yang ada. Karena salah satu misi pagi ialah memberikan keindahan dan kedamaian bagi siapa saja yang menjumpai. Dan dengan kehadirannya, diharapkan mampu membuat dunia dan seisinya lupa bahwa malam pernah menghadirkan kesunyian pada tiap lorongnya.
Sungguh tak akan habis kata-kata yang akan berjajar guna menggambarkan suasana pagi dan segala kenangan yang pernah dilalui. Aku pernah mengalaminya, bersama angin yang sedang mendekatiku dengan segala kegundahannya. Dan hingga saat inipun masih setia bersangkar dalam memori dan sanubari. Tanpa kesengajaan dan praduga, semua terjadi begitu saja. Itulah yang sering ku anggap sebagai keindahan dan anugrah.
Awal kisah yang masih menimbulkan banyak tanda tanya. Sudut ruangan itu menjadi saksi bahwa wajah berserimu pernah tak ku dapati pada pagi hari. Apalagi bulan sabit yang selalu terlukis indah di wajahmu. Emmm…. semuanya nihil. Wajah muram tanpa senyum dan juga semangat itulah yang ku dapati kala pagi itu. Langkah kaki berjalan menghampirimu ketika sebuah isyarat matamu mengajakku untuk menuangkan segalanya.
Energi pagi benar-benar merasuk ke dalam diri. Dengan segala keyakinan dan rasa peduliku layaknya tiang yang saling menopang bangunan. Aku berusaha menguatkanmu mesti aku sendiri terkadang rapuh. Dengan segala bahasa, kau menceritakan semua masalah dan masa lalumu. Aku menjadi pendengarmu kala itu. Dari situlah aku belajar tentang bagaimana menjadi matahari yang harus memberi cahaya ke seluruh alam semesta tanpa mengharap kembali dan dihargai. Termasuk memberi cahaya pada bulan agar ia bisa menjalankan kewajiban dan visinya untuk tetap bersinar meski gelap mendominasi.
Dengan segala kesungguhan hati, aku beranikan menyusuri lorong demi lorong kehidupan yang pernah kau jalani. Meski tak banyak yang ku dapati, tapi ada beberapa hal yang yang ingin ku sampaikan padamu. Ada beberapa pelajaran penting yang telah dapatkan ketika kau mempercayaiku sebagai motivatormu selain dua permata berharga yang masih kau punya. Bersyukur karena kamu telah memberikan kepercayaan sepenuhnya, namun di sisi lain aku harus berhati-hati untuk menempatkan diri agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.
Begitulah hidup yang seharusnyaa di jalani oleh manusia di bumi. Saling menanggung, saling memanfaatkan, saling menopang dan saling memotivasi. Energi pagi sejak itulah yang selalu memberiku kekuatan hingga kini. Kekuatan untuk terus belajar menjadi mentari meski harus tersakiti. Kekuatan untuk terus berjuang dan berkorban demi terwujudnya tekad yang telah lama terikat di sanubari.
Aku dan segala kekuatanku akan berjuang untuk membantu mewujudkan segala misi yang perrnah kau ucapkan kala itu. Berjuang agar kau tetap bertahan dan beriktiar untuk menjemput takdirmu. Tak gentar menerjang semua jalan berliku dan badai petir yang terus menyambar dari segala penjuru. Itulah salah satu alasan kuat mengapa hingga detik ini aku ingin menjadi suporter kesuksesanmu.
Aina Fahma,13.45 WIB
Semarang, 20 Februari 2020