Cerdas dalam Menangkal Banjir

Musim hujan merupakan pergantian dari musim kemarau yang ditandai dengan mulai turunnya hujan. Pada awal hujan turun pertama kali setelah peristiwa musim kemarau, seluruh masyarakat tanpa terkecuali baik yang berada di perkotaan maupun di pedesaan sangat bahagia karena tidak khawatir lagi akan kekurangan air bersih.

Bagi para petani, musim hujan merupakan rahmat Tuhan yang telah diturunkan untuk menyambung kehidupan mereka. Momentum seperti inilah yang di nanti-nanti oleh para petani. Tanpa adanya komando, mereka langsung berlomba-lomba untuk mengolah lahan pertanian yang akan digunakan untuk menanam, khususnya tanaman padi.

Kebahagiaan tersebut sangat dirasakan oleh petani di dataran tinggi. Pastinya mereka sangat bahagia ketika sudah mulai masuk musim penghujan. Sebab, lahan yang dimiliki biasanya berada di daerah pegunungan dan sekitarnya serta tidak ada irigasinya. Kondisi ini yang sering masyarakat menyebutnya dengan istilah “sawah tadah hujan”. Lahan yang seperti ini hanya bisa digunakan untuk menanam padi hanya sekali tanam dalam satu tahunnya. Dikarenakan kondisinya tidak memungkinkan untuk bercocok tanam padi.

Secara umum, semua masyarakat memang pada mulanya bersuka ria pada saat hujan mulai turun. Karena mereka merasa sangatlah terbantu, khususnya dalam permasalahan kekurangan air. Akan tetapi, setelah permasalahan kekurangan air terselesaikan, seiring bertambahnya waktu, di pertengahan musim hujan sudah berbeda lagi. Tak lain karena sudah ada bencana banjir yang melanda di sebagian daerah yang paling rawan akan banjir.

Peristiwa banjir ini sudah tidak langka lagi didengar, dilihat, bahkan sering dirasakan sendiri oleh kebanyakan masyarakat yang ada di Indonesia. Mereka sudah merasa terbiasa akan hal ini. Malahan kebanyakan dari masyarakat sudah siap siaga mempersiapkan tempat secara khusus untuk mengamankan barang-barang saat banjir datang melanda rumahnya.

Penyebab banjir sangatlah banyak. Salah satunya ialah pembuangan sampah tidak pada tempatnya. Kelakuan masyarakat dalam pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya ini dikarenakan mereka kurang memahami betul akibat yang ditimbulkan. Hanya segelintir orang saja yang memahami dan melaksanakan untuk membuang sampah pada tempatnya.

Semua kalangan masyarakat, pasti sudah mengetahui atau paling tidak pernah mendengar jargon “bersih pangkal sehat/kebersihan itu sebagian daripada iman”. Seandainya jargon ini dapat dipahami dan diresapi dengan baik mengenai suatu akibat yang akan ditimbulkan, pastinya semua orang akan membuang sampah pada tempatnya dan negara Indonesia akan terhindar dari bencana banjir yang melanda setiap tahunnya pada saat turun hujan, sehingga tidak usah mempersiapkan tempat khusus lagi. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi masyarakat masih membuang sampah sembarangan tempat. Seolah-olah jargon yang berisikan perintah akan pembuangan sampah ini, hanyalah kata-kata dan mutiara belaka yang tidak ada gunanya.

Kondisi ini, lebih diperparah lagi dengan kebiasaan orang yang tinggal di sekitar sungai. kebanyakan dari mereka membuang sampahnya langsung ke arah sungai. Pembuangan sampah tersebut ada yang dibuang di pinggiran sungai. Bahkan, ada pula yang membuangnya di tengah sungai langsung. Membuang sampah seperti ini seolah-olah sudah suatu yang biasa dikalangan ini. Mereka dengan percaya dirinya tidak merasakan bersalah sedikitpun Sampai-sampai itu sudah kayak menjadi seperti suatu tradisi. Akibatnya, mereka sudah tidak mempunyai rasa malu sedikitpun kepada seseorang yang melihat, pada saat ia membuang sampah.

Sampah ini ada yang terbawa hanyut ikut arus dan menyebar ke mana-mana. Biasanya berhenti di bagian tikungan sungai dan mengendapkan tanah, maka mengurangi volume air yang mengalir. Memang benar, pada awalnya sumbatan ini hanya memperlambat aliran air saja. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu sampah yang lain ikut menumpuk dan akhirnya tempat untuk mengalirnya air sudah tidak ada lagi, karena telah pulih.

Saat musim hujan baru beberapa minggu saja, sudah terjadi banjir di beberapa daerah. Banjir datang sangatlah cepat. Akan tetapi, surutnya air banjir ini sangatlah lama dikarenakan keluarnya air sangat sulit. Ketika sudah seperti ini, semua aktifitas baik aktifitas bekerja maupun yang lainnya terganggu bahkan banyak yang berhenti.

Sebenarnya, bencana banjir itu bisa diatasi, paling tidak bisa diminimalisir. Apabila bencana yang semacam ini tidak ingin terulang setiap tahunnya, maka janganlah membuang sampah sembarangan. Supaya tempat untuk air mengalir tidak tersumbat kembali. Saat ketika ada hujan deraspun, airnya bisa keluar dengan lancar sehingga tidak terjadi banjir setiap tahunnya.

Perilaku membuang sampah pada tempatnya, bisa dimulai dari diri sendiri terdahulu. Namun, akan lebih baik lagi jika bisa mengajak orang-orang terdekat untuk membiasakan perilaku baik tersebut. Seandainya ini bisa berjalan mulai hari ini sampai seterusnya, walaupun yang melakukan hanya baru sedikit orang, akan tetapi paling tidak sudah ada sumbangsih dalam pencegahan bencana banjir. Wallaahu a’lam bi al-shawaab.

Oleh: M. Wisnu Abdul Qodir, Mahasiswa Akuntasi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *