Dalam pembabagan usia pada manusia, usia paling rentan dan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang baru ialah usia anak-anak dan remaja. Usia anak-anak dan remaja merupakan usia yang sangat rentan untuk mudah terjerumus ke dalam hal-hal yang dapat merusak masa depan. Seperti halnya terpapar konten-konten yang dapat mengancam rusaknya sistem perkembangan otaknya. Dalam hal ini, kasus yang paling banyak dibahas ialah efek pornografi yang dapat memengaruhi perkembangan psikologi anak dan juga remaja.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh ahli psikologi, perkembangan usia remaja merupakan usia dimana seseorang sedang mencari dan membentuk identitas dirinya (Gunarsah, 2004). Pada usia inilah semua hal ingin diketahui. Rasa penasaran dan keingintahuannya begitu besar. Apapun akan ia lakukan asal mendapatkan jawaban dari apa yang dicarinya secara mendetail dan juga komperehensif. Hal ini sebenarnya sangat bagus jika dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif, sehingga akan memperkaya wawasannya. Akan tetapi, jika hal ini digunakan untuk hal-hal negatif akan mengancam masa depan dan juga membahayakan hidupnya.
Kemajuan tekhnlogi informasi dan hadirnya media baru turut serta menjadi suporter penuh semua problema yang ada di negara khatulistiwa. Termasuk problematika mengenai efek yang ditimbulkan dari paparan konten pornografi bagi remaja. Hal ini sudah menjangkit dalam beberapa usia yang ada. Studi lapangan mengatakan bahwa usia anak-anak sudah banyak yang terjangkit. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu pintu degradasi moral yang semakin merajalela.
Plt Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam situasi Darurat dan Pornografi Kementriaan Pemberdayaan dan Perlindungan Anak RI Sumbono, mengatakan bahwa gambaran pornografi yang terjadi pada anak Indonesia sangatlah membahayakan. Ia juga memberikan fakta yang cukup mengejutkan berdasarkan data terlapor sebanyak 97 persen anak usia 9-17 tahun sudah terpapar konten pornografi. Hal ini akan terus berlanjut jika pencegahan dari pemerintah dan orang tua tidak segera digalakkan.
Pada Tahun 2016 Menteri Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, Yohanes Yambise mengatakan bahwa ada 25 ribu aktivitas pornografi anak setiap harinya yang berhasil di deteksi oleh intetpol Polri. Hal ini menunjukkan bahwa virus kecanduan konten pornografi ini sudah banyak menjangkit dan menyebar.
Sebenarnya efek kecanduan terhadap konten-konten pornografi itu tidak begitu saja terjadi. Ada beberapa tahapan yang membuat pornografi menyebabkan kecanduan yang sangat membahayakan yaitu adiksi, eskalasi, desensitisasi dan act out (Supriati & Fikawati, 2009). Adiksi merupakan sebuah tahapan awal sebuah keinginan untuk kembali mengonsumsi konten pornografi setelah sebelumnya pernah mengonsumsi. Kelanjutannya ialah tahap eskalasi, ketika seseorang menjadikan konsumsi konten pornografi menjadi suatu kebutuhan dan muatan materinya selalu lebih berat daripada sebelumnya.
Semakin ia sering melakukan tahapan yang kedua maka, ia akan masuk pada tahapan selanjutnya, yaitu tahapan desentisasi. Tahapan ketika seseorang menjadikan segala jenis konten pornografi yang tidak bermoral, tabu, dan merendahkan martabat manusia akan dijadikan sebagai suatu hal yang biasa. Lambat laun pelakunya tidak akan memiliki kepekaan terhadap para korban kekerasan seksual. Tahapan terakhir ialah act out, merupakan bentuk nyata karena seseorang akan mengaplikasikan semua yang ia lihat dalam semua konten pornografi tersebut.
Selain itu, ternyata mengkonsumsi konten pornografi dapat membuat merusak kinerja otak. Bagian pertama kali yang akan terserang ialah pre frontal cortex, otak ini berada di bagian depan tepatnya di dahi. Otak ini berfungsi sebagai pusat untuk pengambilan keputusan. Kerusakan otak ini akan sangat berbahaya jika terjadi pada remaja atau anak-anak. Otak yang seharusnya masih mengalami perkembangbiakan lambat laun akan mengalami penciutan atau bahkan tidak akan berfungsi sama sekali.
Padahal, otak bagian depan inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Bagian otak depanlah yang berfungsi untuk mengembangkan etika dan bertugas memimpin untuk mengatur segala konsentrasi, membedakan sesuatu yang salah dan benar, kemampuan menunda rasa senang dan sedih, pusat untuk berfikir kritis sekaligus berfikir untuk merencanakan masa depan.
Dari berbagai fenomena yang terjadi sekaligus dampak yang sangat membahayakan maka, sebagai orang tua haruslah waspada dan berusaha untuk terus mengawasi anak-anaknya ketika berselancar di internet. Jika tidak demikian anak akan semakin leluasa dan merasa dia bebas dari pengawasan orang tua. Sehingga, anak akan merasa bebas juga ketika mengakses konten-konten negatif yang ia inginkan.
Sebenarnya semua hal tersebut bisa terjadi kepada siapapun, tidak peduli kondisi maupun status sosial yang disandang. Kebanyakan ketika seseorang sedang diterpa permasalahan maka, seringkali mereka mengambil jalan pintas dengan melakukan sesuatu hal yang dapat membuat mereka merasa hilang beban permasalahannya. Akan tetapi, sebagian besar malah bermuara pada tindakan-tindakan yang tidak baik/ maksiat serta mengancam masa depan.
Berbagai fenomena dan tahap-tahapan di atas menuntut kita sebagai generasi muda untuk terus waspada. Terutama membentengi diri dengan ketaqwaan kepada Allah SWT selaku Pencipta dan Penjaga terbaik. Karena jika tidak didasarkan pada ketaqwaan maka, kita tidak akan merasa diawasi apapun yang akan kita perbuat. Sehingga ketika kita dalam keadaan tidak sadar akan melakukan hal-hal semau kita sendiri tanpa memedulikan efek yang akan terjadi.
Selain itu sebagai calon penerus generasi di masa yang akan datang, kita tidak boleh gampang terpengaruh oleh lingkungan yang akan membuat kehidupan kita sengsara. terpenngaruh oleh pergaulan yang tidak mendewasakan serta terpengaruh oleh rayuan nafsu buruk yang ada di dalam diri kita sendiri. Karena sejatinya pemimpin itu adalah seseorang yang dapat mempengaruhi siapapun dan juga dalam berbagai kondisi apapun. Ketika kita tidak bisa mempengaruhi atau bahkan kita menjadi seseorang yang masuk dalam pengaruh hal-hal buruk tersebut maka yakinlah kita belum bisa menjadi seorang pemimpin sejati.
Oleh karena itu, teruslah belajar dan menyibukkan diri dengan melakukan berbagai hal-hal positif. Jika waktumu sudah habis untuk itu maka, tidak akan ada waktu lagi untuk sekedar menonton konten-konten pornografi yang hanya akan merusak kinerja otak dan menyebabkan hilangnya masa depan gemilang. Jadilah generasi pemuda yang kokoh dan tidak mudah tumbang ketika diterjang virus-virus yang dapat menghancurkan masa depan.