Abana dan Doktrin ‘Tak Boleh Sakit’

Baladena.ID/Istimewa

Pada dasarnya, manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang dinamis. Hal ini disebabkan manusia mempunyai keinginan. Kemudian keinginan tersebut membuat menusia menjadi bergerak kesana kemari demi memenuhinya. Begitu juga dengan Abah Nasih (Abana), sapaan para santri kepada pengasuh rumah perkaderan Monash Institute. Dia menjalani hari-hari tanpa ada waktu yang sia-sia. Jangankan waktu sia-sia, waktu untuk bersantai saja tidak pernah ada yang melihat dalam kehidupan Abana. Ia selalu melakukan sesuatu yang menyibukan dirinya, terutama dengan kegiatan yang mendekatkan pada impiannya.

Dalam mencapai sebuah impian, setidaknya seseorang harus ditunjang kesehatan dan kekuatan yang prima. Karena ketika seseorang sakit, maka jalan yang ditempuh untuk mencapai impian harus tersendat. Bahkan hal ini bisa dikatakan sebagai bentuk menyia-nyiakan waktu. Padahal waktu diberikan Tuhan kepada tiap manusia sama. Oleh karena itu, Abana paham betul mengenai hal tersebut, sehingga Abana “menolak” untuk sakit. Maksud dari menolak itu adalah menghindari sakit, yaitu dengan cara memperkuat cara berpikir dan disertai pola hidup yang sehat.

Abana sering dikatakan “ora ndwe kesel”. Hal ini bisa dilihat dalam kehidupan Abana yang pulang pergi Jakarta-Semarang-Rembang. Mungkin bagi sebagian orang akan merasa lelah menjalani agenda tersebut. Tetapi berbeda dengan Abana, dia sering kali masih menyempatkan diri untuk mengisi beberapa forum training.

Melihat agenda yang sepadat itu, Abana tak pernah memperlihatkan rasa lelah, letih, penat, dan bosan kepada para disciples (panggilan santri Monash Institute) saat mengajar. Bahkan hal yang paling kentara Abana menolak sakit adalah Abana tidak pernah tidak mengajar para diciples dengan alasan sakit. Bayangkan, itu terjadi selama Monash Institute berdiri sejak 2010. Tentu ini tidak bisa dianggap kebetulan, bukan?

Mindset yang Benar

“Mens sana in corpore sano” adalah sebuah puisi seorang pujangga Romawi yang kemudian dipopulerkan oleh Jhon Hulley yang berarti “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.” Ini berbeda dengan Abana yang berpikir terbaliknya, bahwa “Di dalam jiwa yang sehat, terdapat tubuh yang kuat. Dengan kata lain, tubuh yang sehat itu disebabkan oleh cara berpikir (mindset) yang benar. Hal ini sekaligus menjawab Pertanyaan rahasia Abana agar kuat menjalani segudang aktivitas yang berat.

Mengapa demikian? Karena seberat apapun agenda yang dijalani seseorang asal mau berpikir positif, maka semua akan menjadi mudah. Ketika sudah terbiasa menganggap suatu yang sulit menjadi mudah, maka tidak ada suatu yang sulit lagi karena sudah terbiasa menjalani suatu yang sulit.

“Think right for healty,” mungkin itulah kata mutiara yang muncul ketika mencermati jawaban Abana. Jika seseorang sudah berpikir benar, maka akan timbul hormon adrenalin. Hormon inilah yang menyebabkan seseorang tidak merasakan kantuk dan lelah. Oleh karena itu, orang yang mempunyai cara bepikir benar akan selalu bersemangat untuk mencapai apa yang diinginkannya.

Jadi, Abana selalu berpesan kepada para disciples agar mempunyai cara berpikir yang benar. Bukan sebaliknya, karena ketika seseorang salah dalam cara berpikir, maka akan timbul rasa malas, kemudian rasa malas akan menimbulkan rasa kantuk. Jadi ketika seorang disciples ngantukan ketika ngaji, bisa disimpulkan dia mempunyai cara berpikir yang salah (sindiran Abana kepada Mahasantrinya).

Pendapat Abana tersebut sesuai dengan penilitian yang menyatakan bahwa berbagai macam penyakit bisa berawal dari cara berpikir. Semisal, Kanker, Serangan Jantung, Darah tinggi hingga Maag kronis dan macam-macam penyakit lainnya bisa disebabkan dari cara berpikir yang salah.

Selain berpikir benar, Abana juga mengatakan kepada para disciples untuk agak mengabaikan soal rasa makanan dalam menjaga kesehatan. Karena menurut Abana banyak mekanan yang rasanya enak tetapi kurang menyehatkan dan sebaliknya banyak mekanan yang kurang dari segi rasa tetapi mempunyai manfaat yang luar biasa. Semisal, seledri yang khas dengan rasanya yang pahit. Namun, siapa sangka dibalik rasanya yang pahit bisa mengobati diabetes dan melindungi sistem saraf dan otak. Ada juga kemangi yang tidak kalah dengan rasa pahit seledri. Namun, dibalik kepahitan itu kemangi mempunyai manfaat untuk mengatasi batu ginjal dan lain sebagainya.

Abana Sakit

Menurut Bernard Arief Sidharta doktri adalah istilah lain dari ajaran. Dampak dari adanya doktrin adalah pola prilaku seseorang. Hal itulah yang coba Abana ajarkan pada dirinya agar tak mudah sakit  atau agar cepat sembuh supaya bisa menjalankan aktifitasnya sebagaimana biasa yang dia lakukan dalam rangka mencapai cita-citanya.

Selayaknya manusia biasa yang bisa sakit, Abana pun juga mengalami yang demikian. Hal ini karena tubuhnya tidak bisa mengimbangi kegiatannya. Tetapi, Abana mencoba memberikan doktrin kepada dirinya bahwa sakit itu memalukan. Dengan doktrin ini diharapkan dapat memberikan semangat dirinya untuk mencoba menghilangkan rasa sakit. Bahkan, Abana berfikir anti mainstrem mengenai sakit yang sering dia katakan kepada disciples saat mengajar “Yang dinamakan sakit itu seperti sakit jantung, atau sakaratul maut. Kalau masih panas, batuk, atau pilek itu tidak sakit.” Hal inilah yang Abana coba tanamkan dalam diri setiap disciples.

Berkaitan dengan kesehatan, Rasulullah meminta umatnya untuk berdoa agar diberi dua kesehatan yaitu jasmani dan keimanan. “Mintalah (kalian) kepada Allah keyakinan dan kesehatan, karena tidak ada (nikmat) yang diberikan oleh Allah kepada seseorang yang lebih baik dari pada kesehatan setelah keyakinan” (HR. Ahmad). Dari Hadist tersebut bisa kita simpulkan bahwa kesehatan bagi seorang Muslim itu sangat penting. Karena akan berpengaruh pada kehidupan seorang muslim dalam beribadah. Ketika seorang muslim sehat bugar, maka tidak ada alasan untuk beribadah dengan maksimal begitu sebaliknya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan. (HR Muslim).

Dari hadits “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah.” Mempunyai korelasi dengan kesehatan. Karena Jika seorang mukmin sehat (jasmani dan rohani), maka ia akan kuat untuk menjalankan segala perintah dan menjauhi laranganya. Itulah alasan mengapa Allah lebih mencintai Hamba-Nya yang kuat.

Lebih dari itu, yang menjadi harapan kita juga bahwa kesehatan merupakan nikmat berharga yang harus kita syukuri. Karena kesehatan dan waktu luang adalah ni’mat Tuhan yang sering terlupakan oleh manusia. Seharusnya kita perlu menghargai ni’mat kesehatan yang diberikan Tuhan dengan memanfaatkannya dengan berbagai aktifitas yang baik. Begitu juga Abana, bentuk penghargaan ni’mat yang Allah berikan berupa kesehatan, Abana pergunakan untuk melakukan aktifitas seefektif dan seefesien mungkin dalam bingkai kebaikan dan menjaga kesehatannya. Semoga kita termasuk orang yang pandai bersyukur. Wa allahu ’alamu bi al-shawaab

Oleh: Moch Rosyad AR, Disciples 2017 Monash Institute

Editor: Anzor Azhiev

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *