Maafkan aku, Abi, karena aku belum bisa memberikan secarik tulisan ini di waktu yang bertepatan dengan ulang tahun Abi. Maaf, belum bisa memberikan yang terbaik untuk Abi.

Sebuah kemolekan yang tak sebanding dengan rasa keistimewaan. Bukan perihal mengantungi rasa istimewa dalam momentum tertentu. Bukan. Namun, ketika momen itu hadir, tentu aku tidak akan menyia-nyiakan waktu tersebut. Aku akan belajar bagaimana cara menghargai waktu yang telah datang itu. Entah dalam kondisi apapun. Kau tahu mengapa? Karena aku pikir, waktu itu, detik itu juga tak akan pernah terulang lagi. Selagi pun akan terulang, pasti ia tak akan semenarik yang sebenarnya.

***

Aku bersitatap memandang arloji yang ada di pergelangan tanganku. Hmm… seperti ada sesuatu yang berbeda pada hari ini. Yeah, hari ini, tepat pada tanggal 11 Januari tahun 2023, adalah momen yang istemewa, bagi seorang anak perempuan ini yang hidup merantau dan jauh dari sang keluarga. Mungkin bukan momen terbaik untuk semua orang yang ada di dunia ini. Bukan. Ini sepesial bagi orang tertentu yang sedang merasakan sebuah kerinduan dan hanya menjelma dalam lantunan doa. Aku bukan sedang berimaji, lagi. Apalagi bermimpi yang mengharuskan diriku untuk menampar pipi sendiri.

Entahlah. Ketika satu detik waktu terpakai, lalu satu pikiranku dengan mudah akan teruarai. Terbesit antara cerita lalu, hari ini, dan esok mendatang. Aku duduk di sebuah persemayaman-yang akan menjadikan tempat pelampiasan keadaanku. Nanarku berkelana ke luar jendela kaca, memandangi obyek dengan kemilau gradasi cahaya yang telah meluruh di berbagai penjuru. Menerobos waktu terlalu cepat, sehingga berbalik pada ingatan yang kian detik menjejal auraku. Entahlah. Kupikir ini adalah jalan yang terbaik. Meski ada satu hal yang masih tak dimengerti oleh manusia.

Baca Juga  Cara Cek Penerima Bantuan Sosial 2023

Aku mendengarkan lantunan yang mengarahkan pada suara akustik gitar dengan lagu “Ayah Ibu”, lagu karena mereka. Aku serius mendengarkannya. Lirik dan ritme yang kudalami, sembari kucari chord gitar lagu itu di google dengan menggunakan komputer. Lamat-lamat mulutku bergerak, mengikuti dan menyanyikan lagu syahdu itu dengan pengekspresian yang cukup dalam. Jemariku menari-nari pada alat music modern yang bermelodi petikan, yaitu gitar. Ku sadar, suaraku memang tak semerdu seorang vocalis perempuan yang terkenal di pondokku, anak Sang Pengasuh Pondok. Namun, aku berusaha menyanyikan ini untuk seorang lelaki yang amat kurindukan dan kusayang, yaitu Abiku.

Aku sedang mengosongkan pikiranku di sini hanya dengan sekedar menyatu bersama angannya dan riuh rendah bising perbincangan dalam situasi sekitar. Mataku mulai mengartikan sesuatu yang baru saja kumengerti. Mataku mulai berkaca-kaca atas lantunan yang mendramai hati ini. Mengayun rendah dalam genggaman udara lepas hingga suara-suara itu hilang dalam sekejap. Diam. Sunyi. Aku masih menggubriskan sesuatu. Tentang apakah itu?

Aku sadar bahwa aku sedang rindu. Pada titik sedu ini, waktu mengharuskanku untuk berbicara pada semesta. Berdoa pada Sang Ilahi. Hari ini adalah hari ulang tahun Abiku. Entah, apa yang harus ku berikan kepada Abiku, selain do’a dan sesuatu yang membuat Abiku bangga. Menulis. Yeah, muncul sebuah ide secara tak sengaja dari lamunanku.

Senyap ini, membuat jemari penuh kasihku membuka satu demi satu lembaran kertas putih yang tak lagi kosong, berhiaskan barisan huruf yang detik demi detik terangkai-bertinta hitam. Kubuka diary kesayanganku yang dibelikan oleh Ustadzah. Buku bercover sederhana-dengan gradasi warna orange dan perpaduan nama di dalamnya-‘Putri Aisyah Nurul Iman’. Lamat-lamat jemari mungilku mulai menari-nari di atas lembaran kosong itu. Merangkai sebuah kalimat yang amat sederhana namun bermakna. Yeah, semuanya hanya bisa teruntai dalam lembaran itu. Menenangkan segala rasa resah yang kian mengasah, tanpa lelah.

Baca Juga  Jamur (dan) Santriwati

 

11 Januari, 2023

Teruntuk: Abiku yang jauh di sana

Dari: Anakmu yang sedang di perantauan untuk menimba ilmu

                                 

Bi, selamat ulang tahun. Aku tahu usiamu kian detik kian berkurang, bukan bertambah. Aku tahu yang kau inginkan sekarang adalah sebuah do’a dari anak. Bi, ku tahu bahwa engkau mengharapkan banyak dariku. Berharap menjadi anak yang shalehah, hafidzah, sukses, pintar, beradab, berilmu, dan masih banyak lagi. Lantunan do’a Abi dan Umi yang terbaik itu seusai shalat, akan selalu terasa olehku. 

Bi, di tempat ini Aisyah sedang berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Seperti harapan Abi dan Umi. Aisyah juga selalu mendo’akan banyak hal yang terbaik untuk Abi, Umi, dan keluarga. Tapi, di sela-sela keadaan ini, Aisyah hanya bisa menahan rindu yang tak berkesudahan. Tapi Abi tenang saja, air mata ini hanya akan mendramaiku saat aku sedang memohon belas kasih kepada Allah. Aisyah janji akan membahagiakan Abi dan Umi di dunia dan akhirat. Kelak di akhirat, Aisyah akan memberikan sepasang mahkota untuk Abi dan Umi.

Abi, Umi, ridhai Aisyah selalu yha. Sehat-sehat selalu. Terima kasih atas perjuangan Abi dan Umi selama ini. Terima kasih atas motivasi yang selalu membuatku terus bangkit dari rasa sakit. Terima kasih atas semua yang telah kau berikan kepadaku untuk hal-hal terbaik.  

Salam Rindu, PAN-1

 

Oleh: Putri Aisyah Nurul Iman (PAN-1), Wakil Ketua OSIS 2021/2022, Sekretaris Umum PR IPM Planet Nufo, Pimpinan Redaksi Majalah Pers Siswa SMP Planet Nufo

PRO KONTRA PASAL PENGHINAAN KEPADA PRESIDEN DALAM KUHP BARU

Previous article

Stop Nikah Beda Agama!

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi