1 tahun berlalu, Mengkaji Hari lahir ke bumi Planet Nufo. Bahagia bukan kepalang, pun terasa di hati orang-orang. Senyum mereka ramah, sikap mereka tamah, seolah membawaku pulang ke rumah. Resah yang singgah kini memilih untuk pindah, alhamdulillah. Namun tumbuhlah baru apa yang ku kira telah purna. Sembilu itu mulai naik kelas. Semenjak mengetahui semuanya, upaya dan logika berusaha keras untuk memecahnya. Berharap akan ada jawabnya, sebab lemahku yang dulu masihlah lemahku yang sekarang. Tiada yang boleh menenggelamkan siap sediaku. Aku demikian karena sesal bukanlah tujuan.
***
Kembali mengabdi pada alasan klasik, karena sibuk adalah sebabku meninggalkan dunia kepenulisan dalam rentang waktu yang cukup lama, walaupun aku dan kalian sama-sama tahu, malas merajai segalanya. Bahkan di malam yang berbeda ini, malas masih kerasan menari ria di atas sepi. Ada hal yang perlu ku perluas dan ujungnya tetap menjadi sejarahku yang tak akan pupus ditelan masa. Ia berpelukan erat dengan kata ‘indah’, kata favorit Tuhan. Bukan maksudku hendak berdalih dengan kebid’ahan, melainkan pengalamanku yang sangat boleh teman-teman kritik di bagian apapun itu. Setidaknya biarkan aku mendongengi kalian hingga lelap, kemarilah!
18 Oktober di tahun 2005, kali pertama bagi wanita terhebatku melewati persalinan perdananya, dia adalah Bundaku. Aletheia ini lahir dengan sehat dan selamat. Cantik! Kata pertama yang keluar dari mulut seorang bidan, lantas tersenyum ke arah Bunda. Dia yang mengeluarkanku dari pertapaan selama beberapa trimester dalam rahim Bunda. Itu adalah hari paling membahagiakan bagi Ayah dan Bunda, itu yang mereka ceritakan kepadaku.
“Bahkan alam Bandung menyambut dengan meriah dan cerah. Burung-burung pagi berterbang riang, bersiulan senang, mengisi langit yang pada saat itu perpaduan awan dan mentari paripurna indah! Seolah-olah memang tangisan Abang yang paling dinanti pada hari itu,” Ayah bercerita dengan semangat.
Bayang-bayang imajinasi yang berbicara kabur perlahan, lantas menarikku kembali pada kesadaran sepertiga malam gulita. 18 Oktober 2023, malam yang klise. Angin-anginnya suka menyerbu, tapi tidak dengan pesawahan, dedaunan, kolam, dan mata air yang menghiasi pemandangan di Desa Mlagen, kering kerontang. Aku tetap bertahan hidup dengan alasanku untuk bersyukur, pun aku bersyukur karena itu adalah keindahan. Aku cinta hal-hal indah sebagaimana Tuhan mencintai keindahan. Pada malam yang sakral ini, keindahan itu akan mengerucut dan terbaca jelas, menjelma sesuatu yang ku percaya sebagai bagian paling istimewa dalam sepanjang ku hidup. Kesampingkan perihal penghambaanku, bahkan aku masih menjadi si bodoh yang menggerutu, lantas memperbaiki perlahan, lagi-lagi berkat keindahan yang indah dan tangan-tangan mulia-Nya.
Hidup itu multi-tafsir, maka sesuatu yang indah itu dapat dinilai secara perorangan. Tiada hak paten ataupun rujukan wajib terhadap penilaian seseorang terhadap hal-hal indah. Aku memiliki persepsi tersendiri terkait keindahan, maka kehadiranku di sini, salah satunya adalah untuk menjabarkan terkait ini, karena menurutku indah dan keindahan adalah esensi keimananku terhadap segala hal. Dengarkan ya, aku begini karena aku yakin kalian adalah para pembaca indah dan patut ku percaya.
Aku yakin kepercayaan itu adalah sesuatu yang mahal harganya. Pun aku yakin betul bahwa teman-teman akan sekufu denganku pada akhirnya. Kepercayaan adalah hal yang menjadi acuan manusia untuk bertindak, apapun kata kerjanya. Manusia selalu diliputi rasa kepercayaan akan tujuan yang setia menunggunya di penghujung perjuangan, atau bahkan lekas dari itu. Aku, menaruh segenap keimananku kepada keindahan, bahkan Tuhanku adalah Pemilik Keindahan yang nyata. Darinya lah tercipta segala rupa keindahan pun dengan ragamnya. Aku tidak dapat menyangkalnya, karena keimanan lahiriahku saja masih lah rendah dan aku menyadari bahwa kitab suci agama samawiku adalah indah. Maaf, aku berlebihan. Jangan sampai aku menodai ihwal agamawi dengan percikan kotorku. Maafkan aku, Tuhan.
Keindahan adalah dasarku percaya pada segala hal. Bukan berniat apatis, namun kesadaranku kembali angkat suara setelah sekian laman terbelenggu egoku, aku adalah pria pendiam yang membendung keburukan yang suatu saat pasti membuncah dan berakhir pecah. Akan sangat keruh jadinya andaikata peristiwa itu benar-benar terjadi, maka aku membutuhkan sesuatu untuk membantuku berbagi beban ini. Kembali ke awal, keindahan adalah dasarku meyakini segala hal. Pun keindahan adalah musuh alami dari keburukan.
Sungguhlah naif jika ku membicarakan keindahan. Aku pria kotor yang masih saja berkecimpung dalam kotornya kehidupan materiil. Ingin lekas lepas dan berbaur dengan indah, aku butuh keindahan. Tak mengapa ku rasa, manusia tempatnya salah dan dosa. Namun di samping itu, biarkan manusia rendah ini memiliki indahnya sendiri-sendiri. Dunia ini milik manusia, maka boleh saja baginya memperoleh apa-apa yang ada di dalamnya. Sampai kini, aku masih meyakini Pemilik Keindahan, Indah, dan Indah yang tulis, Indah yang berusaha.
Pemilik Keindahan adalah perlambang mutlak dari yang wajib ku imani, Tuhan yang Maha Indah, dan Esa keindahannya. Tak usah bertanya tentang perilaku terpuji dan salehku, karena demi Tuhan, aku berusaha. Inti keindahan menyebarkan keindahan pada hal-hal tak masuk akal, bahkan kepada beberapa hal yang sekadar indah fisiknya saja, padahal sakit dan pahit ada di pangkalnya.
Di aku yang 18 ini, sudah seyogyanya mengilhami ini sebagai kepentingan bukan? Kadung tak terhitung berapa jumlah keledai yang kembali jatuh di lubang yang sama. Umumnya, keindahan memunyai ciri yang membedakannya dengan kata palsu. Keledai tak peduli dengan itu, karena ia betul-betul bodo amat akan tujuan. Manusia ini harus melihat, mendengar, dan merasa apa yang semestinya ia gapai, bahkan keindahan kembali mengambil perannya di titik ini.
18-ku ini akan menjadi usia yang penuh resolusi. Keindahan yang memeluk, terkadang lupa ku gubris. Padahal keindahan adalah karya Tuhan semata wayang. Membiarkannya sama saja menafikan Tuhan sebagai hamba yang tak pernah berbalas baik. Oleh karena itu, Tuhan. Bantulah aku mengindahkan keindahanmu dengan sebenar-benarnya indah. Pesan khusus, bantulah aku, Indah. Terima kasih banyak.
Sedikit bincang tentang Indah, serta alasanku setia pada-Nya. Wallahualam bishawwab.
Oleh : Aletheia Raushan Fikra Ukma, Wakil Ketua OSIS Terpilih SMAN 1 Sulang periode 2022/2023, Ketua Terpilih Pengurus Literasi SMAN 1 Sulang, Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP) PR IPM Planet Nufo, Penulis 2 buku; Mengkaji Hari dan Arsip Insomnia
Comments