Kehadiran generasi merupakan suatu keniscayaan. Kian hari, seiring berjalannya waktu, terbentuk generasi baru yang tentu memiliki karakter serta kepribadian berbeda. Karakter serta kepribadian itulah yang kemudian membentuk paradigma suatu generasi. Adapun generasi yang sedang menghuni Indonesia di antaranya, ada generasi tradisionalis, generasi baby boomers, generasi X, generasi Y dan masih ada beberapa kategori lagi. Setiap generasi ada masanya dan setiap masa pasti ada generasi yang mewarnai. Semua generasi tersebut berproses pada fasenya masing-masing bahkan hingga kini.
Generasi yang tengah trend dikalangan kita saat ini adalah generasi Y yang sering kita sebut sebagai generasi milenial. Menurut Ali dan Purwandi, milenial memiliki karakter yang fasih dalam menggunakan teknologi. Serta tidak bisa lepas dari internet. Di saat teknologi sedang gencar-gencarnya, Indonesia tengah memasuki fenomena bonus demografi. Yang mana, jumlah penduduk produktif meningkat secara signifikan.
Meningkatnya jumlah penduduk produktif, menandakan bahwa disaat inilah pemuda milenial memberikan kontribusinya. Tidak bisa kita pungkiri, faktor usia menjadi salah satu penanda seseorang produktif dalam profesi tertentu. Dalam beberapa hal, pekerjaan atau jabatan dan usia tidak bisa dipisahkan. Ada batas usia minimal ada batas usia maksimal.
Tulisan ini, bertujuan mengajak kita – para generasi milenial – untuk menyadari sebuah tugas dan tanggung jawab yang harus diemban. Sebagai generasi yang muncul pada fenomena bonus demografi, negara harus pandai-pandai dalam mengolah SDM (Sumber Daya Manusia). Begitupun kita sebagai generasi muda harus memanfaatkan masa muda dengan optimal supaya kelak tidak menjad beban negara.
Di Pundak pemuda, negara menaruh harapan besar. “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, satu orang pemuda dapat merubah dunia.” Begitulah kutipan Bung Karno. Berdasarkan kutipan tersebut, tampaknya kita pun mengimani bahwa pemuda memiliki peran penting dalam suatu negara. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa pemuda memiliki peran penting dari masa ke masa. Pemuda diharapkan ikut andil dalam mengawal keberlangsungan masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, kaum muda harus menjemput peluang sejak dini. Pemudalah yang akan menggantikan generasi tua untuk memimpin Indonesia menjadi Negara yang bermartabat di mata dunia.
Pendidikan yang baik dapat membentuk pemimpin berkarakter. Serta butuh keahlian khusus dan komitmen yang tinggi untuk melahirkan generasi muda yang benar-benar unggul. Karena dewasa ini, banyak kita jumpai orang-orang membangun gedung-gedung megah untuk sekolah. Namun sedikit sekali yang mau membangun SDM pendidik yang handal. Padahal, sekolah (pendidikan) bisa dilakukan tanpa gendung. Tetapi bukan tanpa guru. (Catatan Dr. Mohammad Nasih).
PR (Pekerjaan Rumah) kita dalam bidang pendidikan masih sangat banyak. Banyak anak-anak yang belum mendapat pendidikan secara layak karena ketimpangan. Tingginya tingkat putus sekolah. Tidak sesuainya pendidikan dengan kebutuhan lapangaan kerja. Sehingga mengakibatkan maraknya pengangguran terdidik. Banyak pula generasi muda yang minim pendidikan moral. Hingga tak jarang, banyak pemuda yang terjerumus dalam pusaran narkoba dan seks bebas.
Berdasarkan data UNDP, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2015 berada pada peringkat 113 dari 188 negara di dunia. Selain itu, pengangguran angkata muda pun telah mendominasi Negara, yakni sebesar 61 %. Tutur Sandiaga Uno dalam debat Cawapres di Hotel Sultan, Jakarta (17/3/2019). Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat pengangguran Indonesia tahun 201 mencapai 26,67 % pada kisaran usia 15 – 19 tahun. Sedang pada kisaran usia 20 – 24 tahun, tingkat pengangguran mencapai angka 16,73 %. Dengan demikian, total pengangguran usia muda tahun 2018 mencapai 43,4 %. Di sisi lain, Indonesia yang tengah memasuki usia bonus demografi, hal ini bisa menjadi boomerang yang tak terhindarkan.
Kondisi ini semakin diperparah dengan fakta bahwa pemuda masih apatis terhadap kondisi Indonesia. Jangankan ikut berperan, dengan sesame dan lingkungan sekitar saja terkesan tidak peduli. Sedikit sekali pemuda yang masih aktif dan tanggap bersedia untuk memikirkan nasib bangsanya.
Selain pendidikan formal, masih ada pesantren atau organisasi di lingkup sekolah maupun universitas. Mereka bisa menjadi second school atau second campus dalam pengembangan karakter pemuda sebagai pemimpin. Terutama organisasi kemahasiswaan, karena disbanding pada tingkat sekolah, mahasiswa dianggap lebih cepat dalam mengasah kemampuan dalam memimpin. Maka tak berlebihan jika mahasiswa disebut agent social of change (agen perubahan). Organisasi dengan segala dinamikanya merupakan wadah berproses para pemuda.
Dengan bergabung serta aktif dalam organisasi, akan berdampak pada wawasan, pengetahuan, cara berpikir, serta pengembangan sosial dalam diri. Ironisnya, minat mahasiswa dalam berorganisasi amat minim baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu, sedikit organisasi yang berorientasi menjadi kekuatan masyarakat apalagi dalam menyikapi kebijakan serta menampung aspirasi.
Berdasarkan hal tersebut, organisasi mahasiswa harus terus meningkatkan daya tawar agar dapat terus eksis. Dengan demikian, organisasi dapat terus mewadahi para pemuda secara optimal dalam membentuk karakter kepemimpinan. Pemimpin muda tidak akan takut lagi kehilangan sarana pengembangan diri sebagai ajang untuk memantaskan diri. Karena sebagai modal awal, tentu tidaklah berlebihan jika kita menuntut pemuda untuk terlibat aktif serta kritis dalam memandang sebuah persoalan umat dan bangsa.
Pada saatnya, pemimpin muda harus siap dan mumpuni dalam mengambil tugas dan tanggung jawab. Indonesia harus dipimpin orang orang-orang muda yang aktif, inovatif serta mumpuni. Belajar dari sejarah, dua periode Indonesia dipimpin pemuda hebat. Yakni Presiden Soekarno (44 tahun) dan Presiden Soeharto (45 tahun). Keduanya memimpin Indonesia dengan gagah dan hebat. Indonesia pernah disegani banyak Negara tetangga pada masanya. Maka, hal ini harusnya menjadi cambuk bagi kita – para pemuda – untuk berkontribusi kepada umat dan bangsa. Mari kita gunakan sisa usia dengan memberikan banyak manfaat pada sesama makhluk hidup di muka bumi. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lain.