Komunikasi adalah sarana interaksi antar manusia. Pemahaman seseorang dalam menangkap suatu berita atau perkataan tergantung kecerdasan linguistik verbal orang tersebut. Sehingga seringkali dalam satu perkataan bisa menimbulkan banyak penafsiran. Kali ini penulis akan menyuguhkan sebuah cerita tentang bagaimana seseorang mengolah pesan menjadi sebuah hikmah yang dapt kita petik Bersama.
Suatu hari ada dua orang anak yang sedang menemani Ayahnya di rumah sakit. Ayahnya sakit berat dan sudah cukup lama. Hingga akhirnya sang Ayah merasa itulah puncak titik hidupnya. Lalu dipanggillah kedua anak tersebut untuk mendekat ke arah muka sang Ayah.
Sang Ayah yang sudah tak kuat menahan sakit itu kemudian berkata, “Nak, sepertinya Ayah tidak akan hidup lebih lama lagi. Ayah hanya ingin berpesan dua hal pada kalian. Jika kalian menuruti kedua hal tersebut dengan sungguh-sungguh, maka kalian akan menjadi orang yang sukses” ucap sang Ayah.
Sang Ayah memberi dua pesan yang harus dijalankan. Pertama, jangan pernah menagih piutang kepada siapapun. Kedua, jangan sampai terkena sinar matahari. Pesan singkat itu ia katakan dengan lirih dan penuh kasih sayang.
Setelah sekian lama bertahan menahan rasa sakit, akhirnya Ayah kedua anak itu meninggal dunia. Kedua anak yang saat itu sudah memasuki masa dewasa menangkap pesan Ayahnya untuk ia renungkan dan ia lakukan. Untungnya mereka masih punya Ibu yang saat itu keadaannya masih sehat wal afiat.
Setelah beberapa tahun berlalu dari sejak peristiwa kematian sang Ayah, Ibu mereka pergi menengok kedua anaknya. Tentu dengan rasa penasaran akan yang terjadi pada kedua anak tersebut. Sang Ibu meninggalkan rumahnya untuk menengok kedua anaknya.
Sang Ibu pergi ke rumah anak pertama, sebut saja si Sulung. Si Sulung saat itu sedang melamun di halaman rumahnya. Kemudian ia terkaget-kaget saat Sang Ibu datang menengoknya. Pasalnya saat itu di rumahnya sedang tidak punya sedikitpun makanan untuk di suguhkan.
Setelah sampai Sang Ibu yang merasa prihatin kemudian bertanya alasan ia menjadi seperti yang sekarang. Si Sulung kemudian menjawab kalau ia mengikuti nasehat sang Ayah sehingga ia menjadi seperti yang sekarang ini.
Ia menjalankan apa yang Ayahnya katakan yaitu jangan pernah menagih piutang kepada siapapun. Sehingga ia tidak pernah menagih piutang yang ia hutangkan kepada orang lain. Oleh karenanya banyak orang yang memanfaatkan keadaan tersebut karena mereka tahu kalau si Sulung tidak akan menagih piutang kepada siapapun.
Kemudian ia mengikuti perkataan yang kedua yaitu jangan pernah terkana sinar matahari. Sehingga bila ia pergi dari kantor, ia pasti memesan taksi. Itu juga yang membuatnya menjadi orang yang boros. Karena biaya taksi pada saat itu lumayan menguras kantong. Apalagi dilakukan setiap hari.
Sang Ibu memahami keadaan si Sulung dan berdoa untuk kebaikan si Sulung. Setalah itu ia pergi berangkat untuk menengok anak keduanya. Karena perjalanan lumayan jauh, maka dibutuhkan waktu yang agak lama untuk sampai.
Sang Ibu melihat anak keduanya, sebut saja si Bungsu, sedang berada di ruangan kaca tempatnya bekerja lengkap dengan dasi dan komputer yang sedang dipakainya. Si Bungsu mempersilahkan Ibunya untuik masuk dan duduk di kursi tamu.
Sang Ibu bertanya alasan kenapa ia menjadi orang sukses. Si Bungsu menjawab karena ia mengikuti pesan Ayah sesaat sebelum Ayahnya meninggal. Karena pesan itulah yang akhirnya menghantarkannya menjadi orang sukses.
Pesan yang sama yang di terima si Sulung. Si BUngsu berkata bahwa Ayahnya mewasiatkan dua hal. Pertama, jangan pernah menagih piutang kepada siapapun. Kedua, jangan pernah terkena sinar matahari. Dua kunci sukses dalam hidupnya.
Ayahnya berpesan jangan menagih piutang kepada siapapun, maka dari itu ia tidak pernah menghutangi sipapun. Justru jika ia menghutangi orang lain, makai a anggap sebagai sedekah yang tidak perlu ia tagih. Lalu bertambah berkahlah hartanya.
Karena Ayahnya berpesan pada pesan yang kedua janganlah terkena sinar matahari, maka Si Bungsu selalu pergi ke pasar dalam keadaan pagi buta saat mentari belum naik dan tutup saat matahari surup. Sehingga orang lain tahu kalau warungnya selalu buka pagi hari dan tutup pada sore hari. Kemudian bertambah besarlah usahanya.
Baik si Sulung maupun si Bungsu sama-sama mendapatkan pesan yang sama. Namun dalam menangkap maksud yang disampaikan berbeda. Begitupun layalnya kehidupan yang tak akan pernah berpisah dari perbedaan pandangan. Usaha manusia menentukan yang terbaik atas apa yang ia dapatkan adalah suatu kecerdasan yang hanya didapatkan oleh orang yang fokus dan paham. Kecerdasan tidak datang begitu saja, ia di asah dan perlu disertai usaha serta pengalaman.