Pidato Menyentuh Nadiem untuk Guru Se-Indonesia

Salah satu unsur penting dalam kemajuan siswa adalah guru yang betul-betul peduli terhadap anak didiknya dan terampil merangkul serta terhubung dengan semua pembelajaran yaitu guru  menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga anak didiknya senang belajar. – Pengantar yang disampaikan Bobbi DePorter dalam buku Gurunya Manusia.

Harus diakui bahwa peran guru sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Peran strategis guru ini tidak boleh sampai melupakan kondisi atau permasalahan yang dihadapi oleh seorang guru itu sendiri. Sebut saja masalah yang menimpa beberapa guru belakangan ini, yakni ada murid yang ditegur atau hendak ditertibkan oleh guru dengan cara agak sedikit menggunakan cara diluar kebiasaan (cubit, misalnya), lalu wali murid menetersangkakan sang guru tersebut. Beban administratif juga menjadi momok tersendiri bagi guru. Ini hanya secuil persoalan yang menimpa guru. Sejatinya masih ada banyak persoalan lain yang mengintai seorang guru yang menuntut untuk segera dicarikan solusinya.

Salah satu menteri Kabinet Indonesia Maju bentukan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin yaitu Nadiem Makarim sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan menyampaikan teks pidato yang menyentuh menjelang Hari Guru yang diperingati pada tanggal 25 November 2019.

Teks pidato yang akan dibacakan pada peringatan Hari Guru Nasional telah diunggah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak Jumat (22/11/2019). Sempat menyita perhatian netizen dan menjadi trending topic di twitter. Seperti dilansir CNBC Indonesia, Sabtu (23/11/2019), di awal pidatonya Nadiem sempat meminta maaf lantaran pidato yang akan disampaikan tidak seperti para pendahulunya.

Baca Juga  Daya Pikir Para Aparat

“Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati, biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik,” demikian Nadiem mengawali pidatonya.

“Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari sabang sampai Merauke,” tulis Nadiem. Dalam pidato tersebut, dia kemudian bicara tentang tugas guru yang merupakan termulia dan tersulit. Menurut Nadiem, guru di Indonesia ditugasi membentuk masa depan bangsa namun lebih sering diberi aturan dibanding pertolongan.

“Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan,”  ucapnya.

Nadiem juga menyinggung guru yang dibebankan hal-hal administratif hingga menghambat proses belajar mengajar hingga guru yang terpaksa bertumpu pada hasil ujian gara-gara kebijakan pemangku kepentingan. Berikut teks lengkap pidato Nadiem :

PIDATO MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HARI GURU NASIONAL TAHUN 2019

Assalaamualaikum Warahmtullahi Wabarakatuh,

Shalom,

Om Swastiastu,

Namo Buddhaya,

Rahayu

Selamat pagi dan salam kebajikan bagi kita semua,

Bapak dan Ibu Guru yang saya hormati,

Biasayanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik. Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya ingin berbicara apa adanya, dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia dari Sabang sampai Merauke,

Guru Indonesia yang Tercinta, tugas Anda adalah yang termulia sekaligus yang tersulit.

Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan. Anda ingin membantu murid yang mengalami ke3tertinggalan di kelas, tetapi waktu anda habis untuk mengerjakan tugas administrative tanpa manfaat yang jelas.

Baca Juga  Penyakit dalam Organisasi

Anda tahu betul bahwa potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian, tetapi terpaksa mengejar angka karena didesak berbagai pemangku kepentingan.

Anda ingin mengajak murid keluar kelas untuk belajar dari dunia sekitarnya, tetapi kurikulum yang begitu padat menutup pintu petualangan.

Anda frustasi karena anda tahu bahwa di dunia nyata kemampuan berkarya dan berkolaborasi akan menentukan kesuksesan anak, bukan kemampuan menghafal.

Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman sebagai prinsip dasar birokrasi.

Anda ingin setiap murid terinspirasi, tetapi anda tidak diberi kepercayaan untuk berinivasi.

Saya tidak akan membuat janji-janji kosong kepada anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuih dengan ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia.

Namun, perubahan tidak dapat dimulai dari atas. Semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu abu-abu, jangan menunggu perintah. Ambillah langkah pertama.

Besok, di mana pun anda berada, lakukan perubahan kecil di kelas anda.

  • Ajaklah kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar.
  • Berikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas.
  • Cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas.
  • Temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri.
  • Tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.

Apapun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukannya secara serentak, kapal besar bernama Indonesia pasti akan bergerak.

 

Selamat Hari Guru,

#merdekabelajar #gurupenggerak

 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Shalom,

Om Santi Santi Santi Om,

Namo Buddhaya,

Rahayu.

Jakarta, 25 November 2019

Baca Juga  Mengajar dengan Hati, Bukan Sesuka Hati

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia

Nadiem Anwar Makarim.

*Oleh: Silfiana Nur Indah Sari, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo.

Deradikalisasi dan Islamophobia

Previous article

Copy Paste, Tradisi Akut Mahasiswa Zaman Now

Next article

You may also like

1 Comment

  1. ♥️♥️♥️

Ruang Diskusi

More in Paradigma