Saat ini kita sedang berada di era yang serba canggih. Internet dan teknologi menjadi penanda akan era yang sera canggih dan cepat ini. Kemajuan teknologi ini ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi, teknologi dan internet dapat membantu manusia memperoleh informasi dan bertransaksi dengan cepat dan praktis. Mendekatkan yang semual jauh. Memudahkan yang semula sulit dilakukan.
Namun di lain sisi, kemajuan ini dapat memanjakan dan bahkan meninabobokkan seseorang. Perilaku instan menjadi penanda akan dampak negatif hadirnya teknologi.
Dalam konteks mahasiswa, kemajuan teknologi seringkali digunakan tidak pada tempatnya. Ya. Saat ini lebih suka memilih jalan praktis dalam menyelesaikan misinya. Misalnya, ketika mereka mendapat tugas membuat makalah, apa yang mahasiswa lakukan adalah mengambil jalan instan; copy paste karya orang lain di internet (website dan lainnya). Mereka bisa menyelesaikan dua atau bahkan sampai tiga makalah sekaligus dalam satu malam.
Mereka bisa saja mengerjakan semua makalah itu dengan tanpa memiliki sumber data referensi apapun. Akan tetapi, mereka bisa saja mencatumkan banyak sumber data dari berbagi referensi pada hasil akhir pustaka makalah yang mereka buat. Sesungguhnya hal semacam inilah yang dinamakan plagiasi. Tindakan ini menyalahi tata cara aturan dalam pembuatan makalah.
Terkadang mereka tidak memperdulikan hal ini, “Makalah beres, tugas kelar” itulah pola pikir yang tertanam pada mindset mereka. Kebiasaan seperti ini jika dibiarkan, maka lama kelamaan akan mengakar pada pola pikir mahasiswa masa kini.
Plagiasi dengan model copy paste sudah menjadi kebiasaan yang tidak asing lagi di kalangan mahasiswa masa kini. Bahkan, sudah menjadi tradisi dan itu turun temurun ke generasi mahasiswa berikutnya. Tradisi yang seperti ini akan berpengaruh pada eksistansi seorang mahasiwa.
Seorang mahasiswa seharunya mampu membawa perubahan menuju peradaban yang lebih baik. Namun, apabila kebiasaan plagiasi seperti ini sudah menjadi tradhisi di kalangan mereka, apakah peran mahasiswa sebagai agent of cange masih berlaku? Iya, berlaku untuk membawa ke peradaban yang semakin suram.
Dunia perkuliahan sangat berbanding terbalik dengan dunia saat masih duduk di bangku SMA. Khususnya, dalam hal metode pembelajaran yang diterapkan di kalangan mahasiswa. Apa yang mereka dapatkan ketika masih duduk di bangku SMA belum tentu bisa didapatkan lagi ketika sudah duduk di bangku perkuliahan.
Tugas yang harus mereka selesaikan bukan lagi mengerjakan soal-soal di lks, tetapi sudah ke dalam ranah tentang pembuatan dan penyampaian makalah, lalu yang menjadi tugas mereka adalah bagaimana cara mereka dalam memahami sebuah materi dan bisa memahamkan apa yang mereka pahami kepada yang lain dengan mempresentasikannya.
Peralihan metode pembelajaran dari yang sebelumnya menyebabkan sebagian mereka yang sudah menjadi mahasiswa belum terbiasa terhadap tugas-tugas yang mereka dapati seperti pembuatan makalah. Mereka masih belum paham tentang aturan-aturan dan larangan-larangan dalam pembuatan makalah.
Kalaupun ada yang sudah paham tentang tata cara pembuatan makalah, terkadang yang menjadi kendala adalah rasa malas untuk mengerjakan makalah dengan tata cara yang sesuai. Hal ini menyebabkan banyak kasus plagiasi sering terjadi dalam proses pembuatan makalah di kalangan mahasiswa, terutama pada era digital sekarang ini.
Mengapa demikian? Karena semua materi yang menjadi permasalahan dapat mereka akses dengan mudah. Dengan kemudahan yang ada, terkadang membuat mereka terlena dan malas untuk bekerja lebih dan memilih cara praktis. Hampir dari mahasiswa umumnya lebih suka memilih jalan cepat yakni hanya dengan melakukan ctrl+A, ctrl+C, ctrl+V dari file makalah serupa yang biasanaya sudah banyak tersedia di internet dan tahapan paling akhir ctrl+P.
Mahasiswa sering dihadapkan dengan berbagai tugas, identiknya pembuatan makalah. Hampir setiap dosen tidak pernah absen dari memberi tugas membuat makalah, lalu untuk dipresentasikan. Makalah dan presentasi, itulah yang selalu menjadi makanan sehari-hari mahasiswa, sedangkan membaca membaca lalu memahaminya menjadi sebuah keharusan yang harus dijalankan oleh mahasiswa. Dengan begitu, seorang pemateri akan bisa memahamkan audien dengan bekal materi yang dimiliki.
Menurut kacamata penulis, pada dasarnya poin penting dalam pembuatan makalah bagi pemakalah adalah pada bagian proses. Bagaimana cara seorang pemakalah memaparkan pemahaman yang dimiliki dalam menyelesaikan sebuah makalah, entah itu bersumber dari gagasan sendiri maupun dengan cara parafrase dari sebuah jurnal atau buku referensi.
Pemakalah bisa menyelesaikan makalah dan juga bisa memahami materi apa yang dibahas dalam makalah itu. Kejadian yang seringkali terjadi adalah seorang pemakalah bisa saja menyelesaikan bnyak makalah dalam rentang waktu yang singkat. Namun, tatkala ia menyampaikan makalahnya dan mendapat pertanyaan, mereka masih kebingungan dalam menyampaikannya. Hal demikian itu terjadi karena pada dasarnya ia belum memgetahui letak poin permasalahan yang menjadi pembahasan dalam makalah yang ia buat.
Kasus-kasus plagiasi seperti ini belum terlalu menjadi perhatian besar para dosen selaku pembimbing mata kuliah di kampus. Kalau permasalahan yang sepele seperti ini dibiarkan, lama-kelamaan itu akan menjadi sebuah tradhisi dan bisa dipastikan akan sulit untuk dihilangkan. Penulis berharap agar kasus-kasus plagiasi di kalangan mahasiswa menjadi perhatian tersendiri bagi para dosen agar bertindak lebih tegas terhadap kebiasaan copy paste.
Besar harapan penulis agar dosen dapat lebih teliti dan disiplin dalam membimbing mahasiswa. Jika kebiasaan kurang baik yang diakukan oleh para mahasiswa umumnya ini bisa tertangani dengan baik, maka bisa dipastikan kalau ada kemungkinan akan mencul karya-karya anak bangsa dari kalangan mahasiswa yang mampu mengubah peradaban bangsa ini menjadi lebih baik dan maju.
Penulis berharap agar para mahasiswa memiliki kesadaran untuk dapat memanfaatkan perkembangan teknologi di Era Digital sebagai pendorong dalam menemukan penemuan-penemuan baru, bukan untuk plagiasi yang sama sekali tidak memunculkan hal baru yang tidak bisa membawa perubahan untuk peradaban.
Sebagai seorang mahasiswa tentunya harus bisa memosisikan diri dengan baik terhadap tantangan teknologi dan perkembangan zaman. Apalagi, di era sekarang ini yang lagi santer-santernya kemajuan teknologi yang serba canggih. Seorang mahasiswa harus bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan sebagaiman mestinya. Jadilah mahasiswa anti plagsiasi, buktikanlah kalau sebenarnya diri kalian sebagai seorang mahasiswa mampu tanpa harus melakukan plagiasi. Wallahua’lam bi al-shawwab.