Kata sebagian orang, “kamu tidak dapat dikatakan mencintai apabila belum pernah merasakan rindu di hati.” Rindu memang berat, oleh karena itu cinta tanpa rindu seakan sayur tanpa bumbu. Serasa hambar karena tidak ada bahan pelengkap yang melengkapi, seperti halnya cinta dan rindu. Kurang sempurna apabila tidak saling mengisi dan bertemu dalam bingkai yang satu dalam kalbu. Tanda orang yang saling cinta adalah merasakan rindu yang menggebu tatkala terbentang jarak di antara dua insan yang berkasih. Rindu menjadi tolak ukur seberapa besar perasaan cinta yang dipunya untuk dia yang tengah di puja.

“Aku rindu dia Tuhan,” keluh Pelangi tatkala bulan jingga bertengger manis di langit malam. Pelangi kini bersimpuh dengan deraian air mata disaksikan jutaan bintang. Apa yang ia lakukan nampak sangat kontras dengan suasana malam yang begitu indah tanpa guratan mendung pertanda hujan. Pelangi terus menangis dalam keheningan malam tanpa sadar bahwa Orion, sang kakak mengintip di celah pintu kamar. Orion sebenarnya tidak tega melihat adik yang di kasihinya dalam kondisi yang memilukan. Namun, ia tidak tahu harus melakukan apa untuk menghapuskan kesedihan Pelangi.

***

“Orion, di mana adikmu? Ini waktunya sarapan dan bentar lagi jam masuk sekolah. Cepat panggil atau dia akan telat,” tanya Ibu.

Sebelum Orion naik menuju kamar Pelangi, Pelangi sudah muncul dari balik ruang tamu dengan wajah murung. Sedikitpun senyum nampak tidak terbit di wajahnya. Orion mengamati kelakuan Pelangi pagi ini, Bahkan, sekilas ia melihat bahwa kedua mata Pelangi sembab.

Baca Juga  Logika Sesat Hari Kasih Sayang

“Ini pasti gara-gara tadi malam,’ batin Orion. Dugaan Orion semakin diperkuat dengan sikap Pelangi yang tidak seperti biasanya. Meski ibu sudah memasak makanan kesukaannya,tetapi Pelangi langsung berangkat sekolah tanpa sarapan.

“Aku harus melakukan sesuatu, tapi apa?” pikir Orion.

Pelangi menjalani hari ini dengan tanpa semangat. Di benaknya masih terngingang dia yang dirindunya sejak satu tahun yang lalu.

“Kapan takdir berpihak baik padaku?”

Entah hanya sebuah imajinasi atau memang kenyataan, Tiba-tiba Pelangi melihat sosok yang kini tengah memenuhi pikirannya. Dengan sekuat tenaga, Pelangi mengejarnya, menerobos lautan manusia yang hendak menyeberang jalan.

“Pasti dia, aku pasti tidak salah,” cerca Pelangi di tengah perjuangannya dalam mengejar dia yang di rindu. Tatkala tinggal satu langkah lagi. .

“Kamu siapa?” katanya.

Seketika itu juga dunia Pelangi rasanya ingin runtuh. Pelangi mundur satu langkah demi langkah ke belakang, dengan keyakinan yang tergoyahkan. Pelangi pun berlari sejauh mungkin menghindari laki-laki tadi. Ia tak percaya bahwa sosok yang baru saja dilihatnya, ternyata bukan dia. Dada Pelangi benar-benar terguncang hebat sampai-sampai Ia tidak melihat bahwa ada sebuah bus melaju dengan kecepatan tinggi di sampingnya.

“Awas,” terdengar suara teriakan seseorang. Akhirnya Pelangi tersadar bahwa Ia tengah berada di tengah jalan raya. Beruntung Orion datang tepat waktu, sehingga nyawanya tidak melayang begitu saja,

“Apa yang kamu pikirkan Pelangi? Dimana akal sehat kamu? Kamu tidak lihat kalau ada Bus yang mau menabrak kamu huh?” tanya Orion dengan tidak sabaran.

Pelangi hanya bisa pasrah dipelukan sang kakak. Bukannya menjawab pertanyaan Orion, Ia malah membayangkan sosok tadi yang membuat Ia hampir mati. Orion yang melihat respon Pelangi yang seperti itu menjadi gelisah. Apalagi lama-kelamaan Pelangi menitihkan air mata.

Baca Juga  Terlalu Bucin dalam Analisis Hukum Positif

“Hei tidak apa-apa Pelangi, tidak usah menangis seperti itu. Sudah, lupakan saja perkataan kakak. Sekarang berhentilah menangis, ada kakak di sini,” Orion mencoba untuk menenangkan Pelangi.

***

Seperti halnya malam yang telah berlalu. Pelangi tetap setia dengan langit malam sendu. Siapapun pasti akan miris ketika melihat keadaan Pelangi. Pelangi benar-benar menutup diri dari orang lain, hidupnya enggan untuk dijamah. Hingga akhirnya, Ia kehilangan cahaya warninya. Pelangi seperti mayat, tetapi hidup. Hatinya memang mati terbunuh oleh perasaan sembilu rindu terhadapnya. Orion sampai kehabisan akal bagaimana caranya Ia bisa membuat Pelangi bahagia kembali. Hingga suatu saat di hari Raya Idul Fitri.

“Sepi,” gumam Pelangi sembari mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah.

Sejak malam hari raya sampai pagi setelah shalat Idul Fitri, Pelangi memang tidak melihat batang hidung Orion yang biasanya berisik sekali. Namun, hal tersebut tidak menjadi suatu masalah bagi Pelangi. Pelangi pun melangkah menuju kamarnya.

“Pelangi, maafin kesalahan kakak selama ini. Tenang, Pelangi tidak perlu minta maaf balik, kakak sudah maafin,” kaget Orion dari balik pintu. Namun, Pelangi tidak kaget sama sekali. Ia justru melewati kakaknya tanpa sapa dan mengunci pintu.

“Eh kok di kunci sih,” kata Orion.

Saat memasuki kamarnya, Pelangi tidak menyangka bahwa akan diberikan sebuah kejutan sedemikian rupa. Pelangi tidak tahu siapa yang dengan berani-beraninya mengubah tatanan kamar Pelangi. Tapi Pelangi akui, Ia terpesona. Kini kamarnya tak ubah sebuah planetarium mini. Banyak dekorasi tentang langit malam yang ia sukai. Puluhan bintang berpendar, sebuah bulan sabit nampak menggantung di tengah-tengah langit kamarnya. Selain itu, di pojok kamar terlihat susunan-susunan galaksi yang indah sekali. Pelangi merasa bahwa kamarnya kini adalah jelmaan langit angkasa malam di kala matahari bersinar.

Baca Juga  Air Mata Menuai Tawa

Pelangi menjadi terharu akan kejutan yang diberikan kepadanya.

“Pelangi suka sama surprisenya?” tanya Orion. Memang kejutan yang membahagiakan tersebut berasal dari kakaknya sendiri.

“Engga suka,” jawab Pelangi.

“Tapi bohong,” sambung Pelangi seraya menahan tawa.

“Sekarang mulai nakal ya adik kakak, sini-sini kakak jewer kamu.”

Orion pun mulai mengejar Pelangi yang nampak menjauh.

“Kalau kak Orion jewer Pelangi, Pelangi engga mau maafin kakak,” jerit Pelangi sambil menghindar dari sergapan kakaknya.

Syukurlah, Pelangi menjadi terlihat lebih bahagia meskipun hanya sementara. Tapi, tidak apa asalkan usahanya tidak sia-sia dan Pelangi dapat melupakan dia yang sebenarnya telah tiada di dunia. Mengingatnya, Orion kembali gundah. Memang sudah genap satu tahun Pelangi kehilangan ingatannya. Ingatan tentang dia yang selama ini dirindunya padahal nyatanya yang di rindu sudah tidak ada eksistensinya. Namun, dari rindu Pelangi, Orion tahu betapa besar cinta Pelangi kepadanya.

“Semoga kamu segera mendapat pengganti yang dapat menyembuhkan rindu di hati mu, Pelangi. Semoga,“ bisik Orion penuh harap.

Oleh: Azalea Penikmat aksara bertinta samudera berpena flora

 

Kunjungan Jokowi di NTT Menyebabkan Kerumunan, Begini Tanggapan Ketum PB HMI

Previous article

Pandemi Covid-19 dan Badai Hoax di Medsos

Next article

You may also like

Comments

Ruang Diskusi

More in Cerpen