Mengenal Carok: Budaya Madura yang Melahirkan Karakter Ksatria

“Jangan cari masalah dengan orang Madura karena mereka akan melakukan apa saja untuk menjaga harga dirinya”. Ungkapan tersebut seakan terdengar mengerikan dan kejam. Namun sebenarnya itulah bentuk perlindungan diri masyarakat madura yang di dalam islam disebut dengan hifdzu an Nafs.

Salah satu bentuk hifdzu an nafs dari masyarakat Madura adalah budaya corak. Budaya Carok sangat terkenal dan slalu dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat suku Madura. Saat mendengar kata Madura, mungkin yang terlintas dalam pikiran beberapa orang adalah sate Madura, clurit, dan juga orang-orang yang terkenal keras dan kejam. Terlebih bagi mereka yang sudah mengetahui tentang budaya carok.

Kebanyakan stigma Negatif tersebut muncul karena adanya pemahaman yang masih dangkal terhadap karakter orang Madura. Seperti halnya stigma yang tersebar di masyarakat bahwa orang jawa pemalas, batak keras, sunda matre, dan masih banyak lagi stigma yang tersebar dalam pandangan masyarakat dari beberapa daerah.

Segala sifat keras dan kejam dari orang-orang suku Madura tidak seluruhnya menjerumus kearah negatif. karena, ternyata itu semua berdampak juga pada perilaku mereka dalam menjalani kegiatan sehari-harinya. Beberapa dampak positif dari karakter keres tersebut antara lain:

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Pertama, Tegas. Sikap tegas ini muncul akibat pendirian orang Madura yang tidak pernah berubah. Saat telah mengambil suatu keputusan, ia tidak akan mampu digoyahkan oleh lawa bicaranya dalam keadaan apapun. Saat orang Madura berbicara, ia akan slalu menampakkan intonasi yang tegas dan keras. Sehingga, mereka menjadi orang yang tidak pernah plin-plan dalam menentukan sikap di hadapan lawan bicaranya.

Kedua, Pemberani. Sikap pemberani ini akan sangat ketara saat mereka menghadapi orang yang telah merendahkan harga dirinya. Prinsip yang mereka pakai, mereka tak akan pernah mengusik kehidupan orang lain. Begitu juga dengan orang lain, dilarang untuk mengusik kehidupan mereka. Saat orang lain berani mengusik kehidupan mereka, maka mereka tidak akan segan untuk membuat perhitungan dan menenuntaskan persoalan mereka, meskipun akhirnya nyawa yang jadi taruhannya.

Sikap Pemberani hendaknya memang dimiliki  oleh setiap muslim. Sebagaimana firman Allah dalam QS An Naml ayat 33

قَالُوْا نَحْنُ اُولُوْا قُوَّةٍ وَّاُولُوْا بَأْسٍ شَدِيْدٍ ەۙ وَّالْاَمْرُ اِلَيْكِ فَانْظُرِيْ مَاذَا تَأْمُرِيْنَ

Artinya: Mereka menjawab, “Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang), tetapi keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan.”

Ketiga, Ambisius. Saat memulai sebuah perjalanan ataupun memiliki suatu rencana, wajib hukumnya bagi masyarakat Madura untuk menuntaskan dan meraih apa yang telah ia inginkan.

“Cong! Ba’na kalowar nenteng sadha’, ja’ mole mon tadha’ dharana!”  Itulah nasehat yang sering dilontarkan oleh sespuh mereka. Bahwa para pemuda yang keluar dengan membawa clurit, janganlah kembali jika tak ada darah pada clurit tersebut. Namun, hal ini bukanlah makna untuk membunuh orang, melainkan seorang pemuda yang keluar dengan membawa bekal (clurit), saat kembali nanti diajurkan untuk memperoleh keberhasilan ataupun keuntungan (darah).

Perintah Bekerja secara ambisius ini telah ditegaskan Allah dalam QS. At Taubah ayat 105

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

  1. Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Keempat, Harga Diri. Telah menjadi rahasia umum, bahwa masyarakat Madura adalah orang yang sangat menjunjung tinggi kehormatan dirinya. Harga diri bagi mereka sama halnya dengan nyawa. Ssaat ada yang berani mempermainkan harga dirinya, itu berarti orang tersebut sudah berani untuk mempertaruhkan nyawanya. Mereka tak segan untuk melakukan apa saja demi mempertahankan harga dirinya, meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Nabi Muhamad SAW bersabda

عَنْ أَبِيْ الدَّرْدَاءِرَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيْهِ, رَدَّ اللهُ وَجْهَهُ النَّارَ

Dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapa yang mempertahankan kehormatan saudaranya yang akan dicemarkan orang, maka Allah akan menolak api neraka dari mukanya pada hari kiamat. ” (H. R. At-Tirmidzi 1931 & Ahmad 6 / 450).

Kelima, Kuat dalam persaudaraan. Bagi orang Madura, suadara ataupun keluarga sama halnya dengan dirinya. Artinya ketika salah satu dari kerabat mereka mengalami suatu musibah, merekapun akan mereasakan kesedihan yang sama. Sikap sosial mereka sangat terlihat dimanapun mereka berada. Tidak hanya saat berada di daerahnya saja, bahkan saat merantaupun, mereka termasuk golongan yang sangat mudah berbaur dan akrab dengan dunia luar. Dan saat kekerabatan itu sudah terjalin, maka persaudaraan yang mereka jalin juga akan sangat kuat.

Mengenai persaudaraan ini, Allah telah menegaskan dalam firmanNya, QS Al Hujurat ayat 10

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat

Keenam, memperlakukan tamu bagaikan Raja. Saat berkunjung ke rumah orang Madura, mereka akan selalu meyambut hangat kedatangan para tamunya. Kehangatan tersebut dibuktikan dengan kedermawanan mereka dalam menyuguhkan segala hidangan yang bermacam-macam. Bahkan saat musim paceklikpun, mereka akan tetap berusaha memberikan suguhan yang tebaik untuk para tamunya. Hal tersebut mereka lakukan semata-mata kerena rasa sosial yang tinggi hingga melahirkan usaha untuk membuat nyaman setiap tamu yang berkunjung ke rumahnya.

Sikap demikian memang telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad dalam beberapa hadisnya

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)

Demikianlah Budaya Corak Madura yang dikenal sebagian besar masyarakat sebagai budaya yang berbau kasar dank eras karena mengandung permainan clurit di dalamnya, namun di balik semua itu, budaya ini melahirkan karakter-karakter kesatria masyarakat Madura. Bahkan karakter-karakter tersebut secara jelas diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya di dalam al Quran dan juga al Hadis.

 

 

 

 

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *