Oleh: Muhamad Rizal Fauzannurahman, Mahasiswa Fakultas Dakwah Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Salatiga
Media massa seperti televisi, surat kabar,radio,dan platfrom digital, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Mereka tidak hanya menyajikan suatu informasi, tetapi juga membentuk suatu opini public, pandangan dunia, dan bahkan identitas kita. Di balik layar berita dan opini yang kita miliki, terdapat dinamika yang kompleks antara representasi budaya dan perebutan kekuasaan. Media massa seringkali disebut dengan cermin masyarakat. Namun cermin ini tidak selalu merefleksikan realita secara utuh. Media seringkali memilih, menyaring, dan menyajikan informasi dengan cara tertentu, sehingga membentuk suatu narasi yang menguntungkan kelompok tertentu.
Stereotip dan prasangka media sering kali memperkuat stereotip terhadap suatu kelompok budaya tertentu, baik berdasarkan ras, etnis, agama, gender, atau orientasi suksual. Stereotip ini dapat memicu prasangka, diskriminasi, dan bahkan kekerasan. Dan juga terdapat dominasi narasi media yang memiliki oleh kelompok elit atau korporasi cenderung mendominasi narasi public. Hal ini dapat mengarah pada mengabaikan isu isu yang penting bagi suatu kelompok minoritas ataupun marginal. Serta kultur popoluer media massa berperan penting dalam membentuk kultur popular, budaya popular yang menghasilkan oleh media seringkali menjadi acuan bagi masyarakat dalam membentuk identitas dan gaya hidup.
Di balik layar berita dan opini terapat perebutan kekuasaan yang sangat kompeks. Media massa tidak hanya dipengaruhi oleh media, tetapi juga oleh pemerintah, kelompok bisnis, dan juga kelompok kepentingan lainnya. Agenda politik media seringkali digunakan sebagai alat untuk mempromosikan agenda politik tertentu. Berita dan opini ini yang telah disajikan seringkali dibingkai sedemikian rupa sehingga dapat mendukung kepentingan politik kelompok yang berkuasa. Selain itu juga ada iklan dan sponsor, iklan dan sponsor ini merupakan sumber pendapatan utama bagi media massa. Oleh karena itu, media ini seringkali harus dapat menyesuaikan denga nisi berita dan opini mereka agar tidak kehilangan pemasukan dari periklanan.
Serta juga terdapat propaganda dalam beberapa kasus, media massa digunakan untuk menyebarkan propaganda yang bertujuan memanipulasi opini public dan mencapai tujuan tertentu. Representasi budaya dan perebutan kekuasaan dalam media massa memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat yaitu polarisasi, media massa sering kali memperkuat polarisasi ini dalam masyarakat dengan menyajikan suatu berita yang memicu perdebatan yang tidak produktif. Dan juga manipulasi opini, media dapat dengan mudah untuk memanipulasi opini public melalui penyebaran informasi yang salah. Selain itu juga ada pembentukan identitas, media massa berperan penting dalam membentuk identitas individu maupun kelompok.
Representasi budaya dapat mengarah pada pembentukan identitas yang tidak sehat dan diskirminatif. Untuk itu kita sebagai konsumen media perlu dalam mengembangkan literasi media yang kritis agar tidak mudah dipengaruhi oleh narasi yang bias dan selalu mencari sumber informasi yang beragam. Media massa berperan besar dalam membentuk identitas budaya melalui tayangan televisi, film, musik, dan iklan, ini media massa dapat membentuk citra tentang apa yang dianggap “normal’’ dan “ideal’’. Citra ini seringkali homogen dan tidak mencerminkan keberagaman budaya. Akibatnya individu merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan standar yang tidak realistis.
Peran media sosial ini semakin mempersulit dinamika ini. Media sosial memungkinkan siapa saja untuk memproduksi dan menyebarkan informasi, tetapi juga membuka peluang bagi penyebaran hoaks dan ujaran kebencian. Dalam era digital ini, dimana informasi begitu mudah untuk diakses, peran media massa semakin kompleks. Di satu sisi media massa ini memberikan kita akses ke informasi yang tidak ada batasannya.
Kesimpulannya representasi budaya dan kekuasaan media massa merupakan isu yang kompleks dan multidimensi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan inklusif, kita perlu terus berupaya untuk bisa memahami bagaimana media membentuk opini public dan bagaimana pula kita dapat menggunakan media sacara baik.