Hujan turun dengan begitu derasnya. Angin kencang berhasil meluluhlantahkan pepohonan yang melambai pada awan. Kilatan petir begitu terang, membuat beberapa pasang mata terperajat tatkala memandangnya. Suaranya yang lantang mampu membuat siapapun yang mendengarnya terbangun dari lamunan dan imajinasi di masa lalu. Suasananya membuat hati yang gundah semakin gelisah dan terus merasa bersalah. Begitupula suasana hati seseorang yaang pernah mengalami masa kelam dalam hidupnya. Sambaran petir, guyuran hujan dan kencangnya angin yang menerpa, itulah pelajaran berharga yang pernah dilalui kala itu.
Namun, tak selamanya hujan deras dan sambaran petir terus menerpa bumi yang gersang. Begitu pula ujian, tak selalu menghancurkan kehidupan manusia. Selalu ada saat dimana hujan akan reda dan membawa berkah bagi manusia yang tinggal di dalamnya. Tidak jauh beda dengan ujian yang terus menerpa kehidupan manusia. Selalu ada hikmah dan pelajaran berharga tatkala kita berikhtiar untuk menyelesaikannya. Yang pasti, do’a terbaik harus selalu dipanjatkan kehadirat-Nya.
Memang, tak selamanya perjalanan hidup kita berjalan lurus tanpa ada masalah yang menghalau. Seperti halnya fenomena muncuulnya pelangi. Jika hujan merupakan sebuah kesulitan dan mentari adalah kebahagiaan maka, keduanya itu sangat diperlukan agar kita bisa melihat keindahan pelangi. Itulah hidup, selalu ada fase yang harus dilalui oleh subjek yang menjalankannya.
Bagaikan pelangi yang menghiasi langit setelah hujan deras berhasil membasahi bumi. Itulah kiranya sepenggal kisah yang pernah aku alami tatkala pelangi berhasil menghiasi hari-hariku dengan warna-warninya. Memberikan ketenangan dan kedamaian yang membuat jiwa terus terpacu untuk maju.
Warna yang ada begitu beragam, lengkap dengan filosofi yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, keberagaman warna itulah yang menunjukkan satu kesatuan yang saling berpadu memunculkan keindahan. Itulah satu hal yang harus sama-sama kita pahami bahwa jalan hidup tiap orang sangatlah berbeda. Tidak terkecuali aku yang juga memiliki jalan tersendiri, yang tak banyak diketahui oleh kebanyakan orang.
Dari hujan yang pernah turun untuk menggenangi kubangan rindu, aku banyak memahami berbagai fenomena di dalamnya. Layaknya memahami warni-warni pelangi yang mengandung banyak arti pada setiap goresan-Nya. Aku hanyut dalam indahnya pelangi yang terlukis indah di langit dan memberikan banyak ketenangan pada jutaan pasang mata yang menyaksikannya. Begitulah, keindahan pelangi yang tak pasti munculnya setelah datangnya hujan.
Warna dalam hariku yang begitu bermacam-macam, lengkap dengan racikan warna dari pelukis pelangi yang begitu mengagumkan. Disitulah aku merasa heran sekaligus bersyukur pada Sang Pemberi Warna sejati pada hamba yang berserah pasrah pada-Nya. Termasuk rasa heran yang terus mengikutiku hingga hari telah berganti bulan dan kau masih saja bertahan. Bertahan untuk terus menghadirkan energi tatkala lelah mulai menyelimuti hariku yang sunyi.
Hujan telah berhasil membawa sejuta harapan yang telah hilang ditelan kabut kesunyian. Petir yang menyambar serambi hati begitu keras masih begitu terasa meski aku mencoba tak merasakannya. Butiran air hujan terus menggenangi halaman bangunan yang kokoh berdiri tegak. Begitu pula pilu yang pernah ku rasakan terus memenuhi relung hati yang remuk redam tanpa bisa terobati.
Namun, di situlah kasih sayang dan kuasa Ilahi tak perlu ku ragukan lagi. Dialah yang menghadirkan pelangi kala hujan perlahan berhenti. Pelangi yang begitu indah menyapa dengan segala ketulusan dan identitas yang ia miliki. Meski dalam hati terus berbisik bertanya tentang kebenaran datanganya pelangi di dalam hidupku. Masih seperti mimpi hingga kini.
Pelangi yang pernah menyeka air mata saat aku mulai jatuh diterpa angin kesedihan. Menyeka dengan segala kata-kata indah layaknya warna pelangi yang indah kala itu. Aku tak kuasa menahan, namun dengan segala energi kau terus menguatkan. Pancaran keindahan pelangi mampu membuat objeknya lupa akan masalah yang tengah di hadapi.
Ya, pelangi itu adalah kamu. Kamu yang dihadirkan Sang Pencipta untuk membersamai hari-hariku kala itu, dan masih bertahan hingga kini. Membersamai perjuanganku untuk menempuh jalan mendaki dan berliku. Memberi motivasi tanpa henti kala raga mulai menampakkan ketidakberdayaannya kepada bumi. Meski aku tak tahu hingga kapan kau akan menjadi pelangi hidupku. Bahkan akupun tidak tahu tentang takdir yang sudah menanti di depanku.
Akan tetapi, saat ini aku hanya bisa bersyukur atas segala karunia yang dibeikan oleh Sang Pencipta kepada hambanya. Bersyukur telah memberikan ujian yang begitu berlimpah lengkap dengan hikmah yang ada di dalamnya. Termasuk ujian ketika pelangi mulai nampak ketika hujan telah reda. Begitulah kiranya aku menganggapmu sebagai anugrah dan musibah dari Sang Pemberi Hidayah.
Dalam do’a dan sujudku di pangkuan-Nya, tiada ketinggalan untuk menyertakan sebuah permintaan agar Sang Pemberi Warna terus menghadirkan pelangi untukku. Menghadirkan pelangi yang selalu memberikan kebahagiaan. Pelangi yang selalu menghiasi hari terang dalam setiap perjuanganku, serta pelangi yang terus memberikan keindahan. Aku berharap hal itu ada di dalam dirimu sebagai seseorang yang ingin terus menerus melukis hariku dengan berbagai warna yang kau punya.
Harapku padamu masih sama dari pertama bersua hingga kini. Dalam berapapun jarak yang terbentang, kondisi apapun yang kita alami serta waktu yang akan kita lewati aku ingin kau menjadi pelangi. Pelangi yang terus memberi inspirasi bagi siapapun yang memandangimu dengan penuh ketulusan dan harapan. Belajarlah darinya agar dikau tetap indah meski beragam masalah datang menerpa tanpa mau kalah.
Pahamilah pelangiku, jika luasnya kasih sayangmu kepadaku melebihi samudra, keindahannya melebihi pelangi, dan sinarnya melebihi mentari maka, utamakanlah itu untuk dirimu terlebih dahulu. Karena dengan begitu, ketika kamu berhasil aku akan bergembira melihatnya. Namun jika tidak, aku akan menjadi orang bersalah karena tak bisa membuatmu berhasil. Ketahuilah, apapun yang kau rasa disitulah aku selalu berusaha untuk ikut menanggung dan merasakannya.
Semarang, 24 Februari 2020