Jatuh dari Tebing demi Kambing

Baladena.ID

Hai, Guys. Kembali lagi dengan cerita-cerita yang menarik bersama saya Atana Hokma (Ahok) Denena. Kali ini, saya akan menceritakan kisah masa lalu yang berjudul “Jatuh dari Tebing Demi Kambing”. Ini kisah nyata saya di waktu kecil sebelum masuk sekolah dasar. Waktu itu saya masih sekolah di PAUD Islam Mellatena.

Pada waktu itu, pagi-pagi sekali tepatnya di hari Minggu, saya ikut mencari pakan kambing dengan Abang Aziz di kampus II UIN. Bang Aziz membawa bendo di tangannya untuk memotong pohon pelilit. Agar sekalian memberantas pohon pelilit. Soalnya, daun-daunnya sangat disukai kambing. Saya pergi dengan tiga orang, yaitu Bang Aziz dan 2 orang temannya.

Karena saya melihat tebing dengan tinggi sekitar 5 meter, posisi saya dari atas ingin ikut menuruninya. Bang Aziz dan dua temannya memanjat pagar untuk menuruni tebing itu dan mengambil pakan kambing. Karena melihat kejadian itu, saya ikut memanjat. Padahal sudah dibilangin oleh Bang Aziz agar saya tetap di sebrang pagar saja.

Saya berusaha naik, tetapi malah terjatuh dan mengeluarkan suara keras. “Gedebug,” begitulah suaranya. Waktu saya terjatuh, saya langsung berteriak: “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk. Bang Aziiiiiiiiiiiiiiiiiiizz. Sakiiiiiiiiiiittt.” Terasa sakit sekali di kepala, ternyata kepala saya bocor dan banyak darah yang keluar.

Saya takut sekali. Namun, saya masih bisa diselamatkan. Saya mau dibawa ke rumah sakit, tapi saya tidak mau. Sakit dan takut. Kemudian Bang Aziz membawa saya pulang ke rumah, lalu saya dibawa Ibu ke rumah sakit. Ternyata kepala saya harus dijahit, dan saya merasa ketakutan. Setelah selesai dijahit, saya merasa lega, lalu pulang.

Ketika saya sudah pulang, saya disuruh agar tidak sampoan dulu. Lalu ibu menyarankan agar saya digundul. Walaupun menyebalkan, namun karena terus dibilangin seperti itu, saya jadi nurut karena capek bilang: “Nggak mau” gitu terus. Dan akhirnya saya digundul.

Begitulah cerita saya kali ini dan jika kepikiran ide lain saya akan menulisnya lagi atau cerita ini bersambung. Bai-Bai.

Editor: Anzor Azhiev

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *