Hari ini, pasti semua orang terngiang dengan cerita sebuah pertemuan. Semua pasti senang. Karena pertemuan adalah penawar kerinduan. Begitupun dengan aku.
Bibirku juga tersimpul kecil melihat kita beradu tatap. Orang yang begitu dikenal, namun tidak lagi saling bertimpal.
Melihatmu bak membuka lembaran yang telah tersingkap. Ternyata kita sudah mencipta banyak cerita, yang seringkali pergi atau sekedar hinggap. Kadang menangis, kadang tersenyum. Bahkan tertawa dalam genangan yang telah menetap. Santai saja, semua sudah dalam poros semestinya. Tuhan mencipta pagi untuk bersiap dan malam untuk terlelap. Masih ada kesempatan untuk membabat segala sepi dalam senyap.
Tak selamanya langit mendung menghadirkan hujan. Langit masih menyisakan sekat untuk secercah cahaya harapan. Dia segan untuk mengunci kita dalam kegelapan. Karena masih ada kata yang belum terungkapkan, serta janji yang belum tertunaikan.
Pada dirimu sendiri semua harap akan dihadapkan, lalu dipertanyakan. Janganlah mamang dan sesat dalam memilih keputusan. Mintalah hatimu untuk senantiasa diteguhkan dalam lapang maupun kesempitan.
Berupaya untuk menjadi sederhana, selaksa kabut yang diam diam menyusup dalam pandangan. Menepiskan batasan yang seolah rumit untuk diindahkan, dan menyusur jalan panjang tanpa penerangan. Satu satunya cahaya itu adalah kepercayaan, pada hatimu yang terlatih untuk terus bertahan. Langkah kaki itu hanya menyusur arah yang telah hatimu petakan. Berharap untuk bisa singgah kala lelah dimanapun tempat yang meneduhkan, sebelum ia tiba di pelabuhan.
Sering kita memimpikan keindahan, berkaca pada bahagia yang sedang menyapa dan berbalik arah dari kemungkinan untuk terluka. Lucu sekali diri ini, berusaha menyambut pelangi tapi enggan menerima hujan. Kita tertawa diantara deret luka yang mengaitkan keputusasannya di bait doa. Ketika pilu tinggal menyisakan sesak pada sebidang janji yang di tinggal tuannya. Biru itu memudar dalam merahnya yang fana.
Datanglah di waktu sang surya telah tenggelam. Biar mereka tidak sekedar menerka. Tentang kehadiran yang seringkali dicemaskan setelah tiada. Tanpa berjanji, ia tetap kembali hingga batas waktunya tiba. Menyisir diantara embun yang malu padanya, menyeka dan menguap dengan sederhana. Sesederhana kita jatuh dalam cerita adam dan hawa, saling menemukan dan memberi makna. Untuk kali yang kedua. Semoga.
Nyesek eg