Generasi milenial kini identik generasi yang mahir dalam menggunakan teknologi informasi. Dengan kemampuannya berselancar di dunia informasi itu, generasi ini memiliki banyak peluang untuk bisa berada jauh di depan dibanding generasi sebelumnya. Namun sangat disayangkan, itu semua justru berbanding terbalik dengan kondisi saat ini.
Generasi ini cenderung dengan hidup bebas dan hedonisme (bermewah-mewahan), serta sangat gemar dengan sesuatu yang instan. Bebas dalam arti ke-Barat-baratan (westernisasi), hedon dalam arti mewah gaya bukan pikirannya, serta instan dalam arti ingin sesuatu yang serba cepat. Cenderung mengabaikan proses dan abai terhadap pengalaman.
Mereka hanya sedikit saja yang peduli terhadap kehidupan sosial, termasuk politik dan ekonomi. Padahal, di tangan merekalah estafet kepemimpinan bangsa diserahkan di masa depan. Harapan masa depan bangsa ini ada di generasi ini. Lalu bagaimana mestinya?
Di era ini segala sesuatu bergerak dengan cepat, dunia menjadi tanpa batas, informasi dapat diperoleh di mana saja dan dari siapa saja. Generasi masa kini harus berusaha dan mampu menjadi bijak terutama dalam penggunaan media sosial. Mereka pemuda yang punya nalar kritis yang mesti bijak dalam berdunia maya, apalagi dunia nyata.
Media sosial ini mirip dengan politik, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Politik itu tergantung siapa yang menjalankannya. Begitu juga, kita bisa berguna dan bertambah pintar apabila menggunakan media sosial dengan baik dan benar. Namun, kita juga bisa menjadi penyebar hoax dan menjadi bodoh apabila kita menggunakan media sosial dengan tidak benar.
Pemuda dalam generasi sekarang diharapakan bisa menjadi agent of change dalam kehidupan kini dan akan datang. Dengan sosok pemuda yang kritis, progresif,dinamis, penuh energi, dan optimis dapat menjadi agen perubahan menuju kemajuan dan keterbaikan peradaban. Selain itu pemuda milenial diharapkan dapan menjadi pemimpin masa depan yang lebih baik dari pemimpin masa kini.
Peran Generasi Milenial Dalam Dunia Politik
Semangat yang tinggi pemuda sangat dibutuhkan sebagai agent of change dalam berbagi sektor, termasuk politik. Sikap acuh tak acuh para pemuda yang progresif, kritis, dan baik terhadap dunia politik secara tidak langsung membuat kondisi politik menjadi lebih buruk karena tidak ada level kompetisi yang sempurna. Akibatnya orang-orang yang memegang kekuasaan dalam negara bukanlah orang-orang terbaik yang ada di negara tersebut, melainkan orang-orang yang memang dari awal masuk ke dalam politik dengan niat untuk semata-mata memperoleh jabatan dan kekuasaan demi uang atau kepentingan lain dari pribadi atau kelompoknya. Tentu menjadi momok yang sangat menyeramkan ketika negara ini dikuasai oleh orang-orang yang tidak berkualitas.
Sungguh ironis apabila pemuda zaman sekarang tidak melek politik dan menganggap bahwa politik identik dengan perebutan kekuasaan demi jabatan dan uang. Dengan anggapan tersebut seharusnya generasi milenial dapat memutus lingkaran setan tersebut, optimis dan justru melakukan perbaikan perbaikan politik negaranya dan berani terjun ke dalamnya (melek politik). Karena perbaikan politik hanya akan terjadi pada saat orang-orang baik, profesional dan berintegritas tinggi masuk ke dalam dunia politik.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa politik sudah terlalu lama disalahgunakan oleh orang-orang opportunist demi jabatan, kekuasaan, dan uang semata. Tapi sesungguhnya ada dimensi lain dari politik, yaitu suatu alat dahsyat yang dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat. Kekuatan politik mengalahkan segala upaya lain. Apabila kita berpolitik dengan baik dan benar, maka kita dapat menjadikan dunia ini menjadi lebih baik. Jangan mengandalkan orang lain untuk melakukan perbaikan,tapi kita juga harus mau turun tangan untuk melakukan perbaikan.
Namun yang menjadi catatan, perlu bekal yang cukup untuk masuk di dunia politik. Kemapanan intelektualitas, kekuatan finansial, dan jaringan menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh generasi yang ingin masuk di dunia politik. Mereka mesti berdaya, agar tidak diperdaya oleh sistem yang ada. Jangan sampai terjadi, mereka masuk ke politik justru ikut memperburuk kondisi yang ada, karena ketidakcukupan modal pikiran dan finansial.
Mau tidak mau, suka tidak suka, mereka harus memaksa diri, karena generasi mileniallah pemegang estafet kepemimpinan selanjutnya. Kalau tidak, berarti bersiaplah untuk dijajah kembali (dengan lebih dahsyat dari sekarang). Naudzu billah. Mari persiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam bi al-shawaab.