Sekolah Alam Planet NUFO (Nurul Furqon), sebagaimana namanya, melaksanakan proses pendidikan di alam bebas. Tidak ada kelas berbentuk kubus. Yang ada adalah gazebo-gazebo berbagai bentuk dan ukuran, ayunan yang didesain berpasangan, rumah kayu kuno, banyak gorong-gorong berdiameer 2 m, dan lain-lain.
Di situlah para murid sekolah yang didirikan di sebelah timur Desa Mlagen Pamotan Rembang belajar dengan bebas, tetapi tetap terkendali.
Sekolah ini memiliki obsesi besar, di antaranya melahirkan generasi penemu. Karena itulah, para murid didorong untuk melakukan observasi secara luas, lalu mempelajarinya secara fokus.
Tujuannya adalah agar mereka memiliki kebiasaan menjalankan metode keilmuan yang berbasis observasi dan objektif. Sebab, para murid NUFO nantinya diarahkan untuk masuk ke fakultas-fakultas profesi dan sains, seperti Fakultas Kedokteran, Teknik, IT, dan jika sosial Fak. Hukum dan Ekonomi.
Agar mereka menjadi muslim intelektual profesional, maka mereka didorong untuk menghafalkan al-Qur’an sejak kelas I SMP. Dan di antara motto Planet NUFO adalah Excellent with al-Qur’an.
Diharapkan, saat lulus SMP juga sudah khatam hafal al-Qur’an 30 juz. Atau paling lambat kelas II SMU, dan benar-benar memahami arti atau maknanya. Karena itu, sebelum menghafalkan al-Qur’an, para murid Sekolah Alam Planet NUFO wajib bisa memahami arti literalnya dulu. Mereka harus menguasai nahwu dan sharaf di luar kepala. Dan ternyata itu bisa dilakukan dengan waktu yang terbilang sangat singkat. Kalau di tempat lain harus bertahun-tahun, di sini jauh lebih singkat.
“Jika anak masuk sini sudah lancar membaca al-Qur’an, biasanya mereka cepat. Tidak sampai enam bulan mereka sudah bisa mengartikan lengkap kedudukan per kata dalam kalimat; subjek, predikat, objek, hal, tamyiz, dll. Pokoknya detil”, kata Ustadz Abdul Rozaq, Kepala Sekolah Alam Planet NUFO yang saat ini sedang menyelesaikan studi astronomi di UIN Semarang.
Dan untuk bisa itu, ternyata Planet NUFO menggunakan “metode utawi iku” yang lazimnya digunakan di pesantren salaf. Hanya saja, jika metode itu biasanya memberikan porsi guru atau kiai yang jauh lebih besar untuk membaca, sedangkan murid hanya menyimak, di Planet NUFO sebaliknya. Muridlah yang langsung mempraktekkan. Para guru menjadi korektor. Jika salah, langsung dibetulkan.
Dan pelajaran ini disinergikan dengan pelajaran menulis berbagai bentuk tulisan/karangan. Itu dilakukan setiap hari dengan media awal adalah teks al-Qur’an.
Metode tersebut menurut pengakuan pendirinya, telah diuji coba selama hampir sepuluh tahun di Monash Institute Semarang dan beberapa pesantren yang menjadi _associate member_ di Jakarta dan Depok. Hasilnya, metode ini bisa ditangkap dengan baik oleh santri asal mana pun, Jawa maupun luar Jawa. “Bahkan, banyak santri dari luar Jawa yang baru memahami detil _i’raab al-Qur’an_ setelah menggunakan metode ini”, kata Dr. Mohammad Nasih, pendiri Monash Institute yang berpusat di samping kampus UIN Semarang.
“Setelah mereka bisa memaknai, baru kami perbolehkan menghafal. Kalau tidak tahu artinya, usaha yang diperlukan rata-rata lebih dari tujuh kali lipat”, terang pengajar ilmu politik di UI itu sembari memberikan bukti: “Coba ikuti saya, ucapkab kalimat ini: ‘Saya datang ke sini untuk meliput berita tentang Sekolah Alam Planet NUFO’. Mudah kan? Bisa langsung menirukan kan? Sekarang yang ini: ‘ibis redibis numquam peribis in armis’. Nah susah kan? Karena itu bahasa Yunani. Anda tak tahu artinya”, katanya memberikan pembuktian.
Anda ingin punya putra/i yang diarahkan menjadi profesional dan memiliki basis agama Islam yang kuat? Sekolah Alam Planet NUFO ini nampaknya bisa menjadi pilihan utama. Datangi saja lokasinya dan cobalah tidur di gorong-gorong besar mirip rumah hobit yang jadi di antara keunikannya. (AH)