Aku mencoba mengkayuh sepeda dengan lebih keras lagi, melihat jam yang terlilit di tangan menunjukkan pukul 06.57. Biasanya tidak pernah seperti ini, hari ini aku bangun telat sebab tadi malam bersama teman sedang membantu menyelesaikan tugasnya.
Dengan penuh tenaga dan usaha, terpaksa aku harus telat karena tiba di depan gerbang sekolah pukul 07.12. Terdengar suara teman-teman di kelas hampir selesai menyelesaikan bacaan doa sebelum memulai belajar. Dengan penuh hati-hati, aku menelusuri lorong menuju kelas melewati kantor guru, mereka sudah standby di meja kantor sejak 06.50 tadi.
Aku berjalan dengan perasaan sedikit bersalah, tapi aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Ketika itu mata pelajaran pertama bahasa Inggris yang diampu oleh Mr Waw, jebolan dari Pare, Kediri. Dengan perlahan aku memasuki ruang kelas yang ternyata baru ada sepuluh siswa, dan beruntung Mr. Waw belum hadir, tumben sekali beliau telat.
Tidak usah kaget, sepuluh orang temanku ini memang terhitung sedikit, tapi itu sudah banyak jika dibandingkan jumlah keaeluruhan yang hanya 13 orang. Ya, memang kelas kami ramping dan seksi, mau bagaimana lagi, jurusan akuntansi di pedesaan memang kurang begitu diminati sebab kurang memiliki prospek kedepan katanya. Padahal sekolah tujuannya tidak demikian, melainkan menghilangkan kebodohan pada diri dan agar taat beribadah kepada Allah Swt.
Oh iya kita belum berkenalan, Namaku Ahmad Nurdin, siswa imut yang tinggal di kawasan makan Pohgading Ngagel, Dukuhseti Pati, Jawa Tengah. Cita-citaku ingin seperti kakak dan saudara-saudaraku lainnya. Menjadi Kapten di sebuah pelayaran besar yang berada di atas kapal besar dan berlayar ke seluruh penjuru dunia.
Perkenalkan juga ketigabelas teman kelasku, sembilan laki-laki dan empat perempuan. Mereka adalah Lutfi Jepara, Yayan Kalimantan, Otok Toni, Roni si gapleki, Zaki Angel, Muklis Ndas Manyung, Udin ngantukan, dan Bagus Pak Guru. Itu memang sederet kaum laki-laki yang membersamaiku belajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Arridlo Jurusan Akuntansi di Dukuhseti.
Kami juga memiliki teman perempuan yang selalu menambah keceriaan kami, meski tidak ada yang cantik banget setidaknya mereka telah menambah semangat kami dalam belajar di ruangan mewah, mepet sawah. Mereka adalah Susi Sate, Darti Cerewet, Zahro Ustadzah, dan Meysya Pujaan Hati. Kami menghabisakan waktu bersama, sampai suatu ketika saat kami bermain di pantai Gua Manik Jepara, Meysya teman kami kehilangan kaca mata berharganya. Dengan sedih ia terpaksa harus iklas kehilangan kacamata berharga tersebut.
Cita-citaku menjadi seorang kapten. Tapi aku sadar bahwa orang tua pasti tidak mau menyekolahkan aku di Akademi Pelayaran, atau SMK Pelayaran. Tidak lain karena biayanya cukup mahal, tapi aku memiliki tekad kuat untuk bisa mencapai itu.
Besok aku wisuda sekolahan, berharap setelah ini bisa bekerja dengan sungguh-sungguh dan bisa menabung uang agar bisa sekolah lagi di pelayaran.
Aku tidak peduli dengan perkataan orang lain tentang pekerjaanku. Aku akan bekerja di toko sepeda di dekat tempat tinggalku, meski gaji yang kuterima tidak begitu banyak. Tapi setidaknya jika aku bekerja cukup lama disitu, bisa mengumpulkan banyak uang.
Gaji pertamaku 500.000, lumayan setidaknya punya pemasukan. Semakin lama kerja disini, aku jadi tambah krasan karena banyak bonus yang aku dapatkan. Mungkin kerjaku lumayan bagus, dan dapat bonus juga dari membetulkan sepeda pelanggan yang rusak. Tahun 2015 ini menjadikan kenangan bagiku lulus sekolah dan bekerja di toko sepeda.
Waktu berputar sangat cepat, besok sudah tahun baru 2018, ku lihat slip gajiku yang berjumlah 1.5 jt. Gajiku selama tiga tahun ini aku tabung, Alhamdulillah dapat banyak dan bisa untuk mengejar cita-citaku. Gajiku tetap utuh, karena setiap pulang kerja diberi oleh bos uang makan dan uang lain-lain. Sehingga dari situ bisa aku pakai untuk kehidupan sehari-hari, untungnya cukup. Karena tidak ada anggaran untuk beli rokok, ya aku tidak suka merokok.
Kakak sepupu memberiku informasi, bahwa ada pelatihan gratis dari pemerintah untuk bisa mendapatkan sertifikat pelayaran. Aku mencoba ikut dan menjalani pelatihan selama satu bulan di Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang. Alhamdulillah bisa lulus dan bisa melanjutkan jenjang selanjutnya di Surabaya.
Pengalamanku memang tidak banyak, sehingga aku harus bersikap baik kepada semua orang, kepada teman-teman baru yang ikut bersama-sama dalam pelatihan ini. Kurang lebih menghabiskan waktu enam bulan aku berkelana untuk pertama kalinya mengikuti pelatihan sana sini demi mengejar cita-citaku.
Magang pertama aku di Sulawesi, meski gaji tidak begitu banyak, aku mencoba untuk sepenuh hati agar bisa menikmati proses yang sudah digariskan oleh Tuhan kepadaku. Hingga akhirnya aku ikut kapal lain yang berkelana kemana-mana, ke Pulau Kalimantan dan pulau-pulai lain hingga ke luar Negeri.
*Saat ini Nurdin berada di Malaysia bersama tim dan masih mengejar mimpi yang sama, menjadi seorang Kapten.
Good 😊