Terima kasih
Telah kubaca beberapa spasi kata yang kau tulis
Dari titik dan komamu, sekarang aku mengerti bagaimana rasamu saat ini
Hapuslah luka yang ku beri
Karena kau tak layak menderita
Melainkan selayakanya kamu bahagia.
Semoga dari jarak ini, kita terlebih aku belajar untuk mendewasakan diri
Ouh ya…
Aku baca dari beberapa baitmu kemarin
Yang mengatakan bahwa Kamu masih membicangkan namaku dengan Tuhanmu.
Hem..hem…
Sebegitu baiknya kah aku untuk kau titipkan dalam doamu?
Kamu ingat komitmen kita ketika di puncak gunung dengan persaksian mega jingga dulu?
“Jangan ada hati yang terluka. Ketika tuhan memang tak menakdirkan kita.”
Tetapi, percayalah jarak kita kemarin mengajarkanku bahwa
Hati yang terluka adalah sebuah keniscayaan.
Bagaimana tidak luka?
Ketika rasa hati yang terbelenggu kenangan masa lalu.
Saat ucapan-ucapan menunggu saling terucap
saat malam-malam yang indah berakhir dengan gurauan.
Hem…hem..
Terlalu jauh aku melamun rupanya.
Terimakasih.
Selebihnya biar tuhan yang menentukan kertas yang tertiup akan jatuh dimana
Di pangkuan yang sama atau di pangkuan hati yang tuhan takdirkan untuk membahagiakanmu