Pesantren, Pendidikan Karkter, dan Perdamaian

Pesantren berjasa besar untuk perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa sekaligus negara. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, pesantren berhasil mendidik para santri untuk peduli terhadap bangsanya. Gaya hidup santri, sebenarnya dapat dijadikan model kehidupan bangsa  Indonesia, dalam mencapai sebuah keberhasilan. Tentu saja dengan berbagai inovasi di sana-sini, menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu yang menjadi sorotan dalam kehidupan pesantren adalah adanya pendidikan karakter. Sebab, terbukti bahwa pesantren mampu menanamkan pengembangan diri secara baik pendidikan karakter kepada santri. Pesantren merupakan cerminan praktik pendidikan karakter yang sesungguhnya, karena tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga karakter dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter menurut T.Ramli ini adalah Pendidikan yang lebih mengedepankan makna sekaligus esensi terhadap moral dan akhlak, sehingga mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.Pendidikan karakter memiliki banyak manfaat. Diantaranya, dapat mengembangkan potensi dasar dalam diri setiap individu, memperkuat perilaku multikultur dalam masyarakat, juga memacu peradaban untuk berkompetisi dalam hubungan internasional.

Globalisasi menimbulkan adanya perubahan karakter masyarakat. Apabila Pendidikan karakter berkurang, imbasnya adalah krisis moral berupa perilaku negatif dalam nasyarakat. Seperti contoh, maraknya tindak kekerasan, penggunaan narkotika, konsumsi minuman keras, pergaulan bebas bahkan sampai free sex, dan lain sebagainya. Terlebih di zaman yang saat ini segala sesuatu mudah untuk didapatkan, apabila tidak diimbangi dengan Pendidikan karakter tentu akan membahayakan generasi masa depan.

Gagasan penguatan pendidikan karakter (positif) bagi para murid terasa berat manakala hanya dibebankan kepada pendidikan formal, karena fokus pada transformasi ilmu pengetahuan.Pendidikan formal lebih banyak berperan pada upaya pembekalan moral knowing kepada siswa. Sementara itu, moral feeling dan moral behavior lebih tepat diajarkan di lembaga pendidikan informal dan nonformal. Itu bisa terjadi, karena para murid lebih banyak meniru karakter keluarga serta lingkungannya di sela-sela menjalankan pendidikan formal.

Moral dalam diri kita harus kita jaga untuk berperilaku yang layaknya menjadi seorang santri. Sebab itu akan ditiru pada lingkungan sekitar bahkan keluarga untuk menjalankan Pendidikan formal. Kegiatan santri yang dilakukan yaitu; Seperti membaca al-Qur’an, melakukan shalat wajib maupun sholat sunah sehingga dalam melaksanan segala hal yang dilakukan santri. dalam kesehariannya termasuk ngaji, ngantri itulah yang dilakukan para santri.

Dalam persoalan ini, harus kita tekuni dan kita jalani dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara mengikuti kegiatan dengan tertib dan disiplin. untuk mewujudkan pribadi yang lebih baik,untuk mengajarkan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itu, upaya mengatasi masalah yang sering dihadapi oleh seorang santri mungkin berbeda dengan santri lainnya. persoalanmasalah santri, Lembaga ini sangat memprihatinkan mengurangi nilai-nilai yang ada pada pesantren. Tidak ada pandangan yang berhubungan dengan strata sosial dalam kemasyarakatan, seperti kaya-miskin, tua-muda, dan lain sebagainya.

Dalam berbagai kegiatan, pondok salaf hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama. Belajar mengajar di pesantren salaf terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan wetonan dan metode klasikal. Adapaun metode yang dilakukan pada saat ini masih berkembang seperti dulu. Pesantren yang menumbuhkan ukhwah Islamiyah, pesantren juga menumbuhkan dasar nilai-nilai Islamiyah. Tentu saja dalah kehidupan sehari-hari, santri diajarkan adab dan sopan santun. Sedangkan kata perdamaian dalam arti luas pengarahan terhadapat pihak yang lain saling berhungan antara pihak satu dengan pihak yang lain, yaitu dengan cara menggambarkan dalam diri dan emosi yang harus ikhlas menerima permasalahan yang dihadapai.

Menurut K.H. Ahmadi zayadi pembentukan nilai-nilai otonom dalam perdamaian saat ini terus menerus sebagai kemenag dari Lembaga negara. Pembentukan ini dilakukan dengan cara modalitas untuk lebih berkarya lagi, dalam melakukan beberapa hal yang harus dijalankan, antara lain misalnya; membuka pendaftaran atau dengan mendatangkan calon pelajar dari berbagai negara untuk “nyantri” di pesantren-pesantren(hijrah) di Indonesia.para santri yang menuntut ilmu, meninggalkan kampung halaman nya , untuk berproses ditempat belajaruntuk mencari ilmu(19/10).

Kemudian, salah satu sebabnya perbedaan suku yang dilakukan seorang santri kadang menimbulkan kericuhan,lama kelamaan kalau dibiarkan akan menjadi perselisahan antara santri satu dengan lainnya perbeddaan ini anugrah yang untuk bisa disatukan dan mengerti satu sama lain. seperti yang dilakukan dipesantren-pesantren lainnya.

Secara historis, akhirnya terakumulasi mewujudkan modalitas dan pola hidup santri menjadi berkembang dalam menghadapi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.maka dari situlah mulai merubah dengan hal-hal yang positif untuk mencapaitujuan. Wallahu a’lam bi al-shawaab.(*)

Oleh: Ulfaturrohmah, Almunus Pondok Pesantren Alhamdulillah Kemadu, Kab. Rembang, Mahasiswi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *