Unsur Pembentukan Karakter (2) Sikap, Emosi, dan Kepercayaan

Setelah membahas pikiran sebagai unsur pertama pembentukan karakter, selanjutnya akan dibahas unsur yang lain, yakni sikap. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Pengertian sikap secara umum adalah suatu pikiran, kecenderungan dan perasaan seseorang untuk mengenal aspek-aspek tertentu pada lingkungan yang seringnya bersifat permanen karena sulit diubah. Komponen yang dimaksud adalah pengetahuan yang selama ini diperoleh semasa hidup, dimana sangat mempengaruhi perilaku saat bertindak. Pengertian lainnya menyebutkan bahwa sikap merupakan kecondongan evaluatif seseorang terhadap suatu subjek maupun objek. Sikap yang dimiliki setiap individu memberikan warna tersendiri untuk seseorang bertingkah laku.

Sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, bahkan dianggap cerminan karakter seseorang tersebut. Dalam hal ini sikap seseorang terhadap sesuatu yang ada dihadapannya, biasanya menunjukan bagaimana karakter orang tersebut. Misalnya ketika kita melihat orang sedang melakukan pencuriaan, pembunuhan, dan perbuatan jelek lainnya, maka kita akan beranggapan bahwa orang itu tidak baik. sebaliknya jika kita melihat seseorang yang sedang menolong orang lain, bersedekah dan perbuatan baik lainnya, maka kita akan mengganggap bahwa orang itu mempunyai karakter yang baik. Jadi semakin baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan karakter baik. Dan sebaliknya semakin tidak baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan karakter yang tidak baik.

Emosi

Emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi juga merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku dan juga merupakan proses fisiologis. Tanpa emosi, kehidupan manusia akan terasa hambar karena manusia selalu hidup dengan berfikir dan merasa dan emosi identik dengan perasaan yang kuat.

Sudah kita ketahui bahwa emosi merupakan salah satu aspek berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Bersama dengan dua aspek lainnya, yakni kognitif (daya pikir) dan konatif (psikomotorik), emosi atau yang sering disebut aspek afektif, merupakan penentu sikap, salah satu predisposisi perilaku manusia.

Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang mendalam mengenai emosi itu sendiri. Banyak orang tidak tahu menahu mengenai emosi atau besikap negatif terhadap emosi karena kurangnya pengetahuan akan aspek ini. Seorang anak yang terbiasa dididik orang tuanya untuk tidak boleh menangis, tidak boleh terlalu memakai perasaan akhirnya akan membangun kerangka berpikir bahwa perasaan, memang sesuatu yang negatif dan oleh karena itu harus dihindari.

Kepercayaan

Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosiologis-psikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman dan intuisi sangatlah penting dalam membangun watak dan karakter manusia. Jadi kepercayaan memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh hubungan dengan orang lain.

Misalnya ketika seseorang telah terpilih dan dipercaya untuk menjadi pemimpin, baik ditingkat desa, kabupaten, provinsi maupun nasional. Sebagai orang yang terpilih dan dipercaya, seharusnya pemimpin lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya dibandingkan dengan kepentingan dirnya sendiri dan kelompoknya. Kita sering melihat bahwa pemimpin-pemimpin kita banyak yang hidup enak, mewah, dan mempunyai rumah yang megah, padahal masih banyak rakyat yang hidup miskin, kelaparan, dan tinggal ditempat yang tidak layak.

Jika pemimpin itu tidak menjalankan amanah dengan baik, yang terjadi hanyalah janji-janji palsu untuk membohongi rakyatnya. Akhirnya “yang miskin makin miskin, yang kaya makin kaya”. Mereka tidak mementingkan rakyatnya, dan membuat kebijakan yang menyusahkan rakyatnya. maka rakyat akan berfikir bahwa pemimpin tersebut mempunyai karakter tidak baik dan tidak dapat dipercaya lagi.

Sebaliknya ketika seseorang dapat menjalankan amanah dengan baik, jujur dan bertanggung jawab dalam melaksanakan kepemimpinannya, maka rakyat akan menilai bahwa pemimpin ini baik, jujur, dan dapat dipercaya. Saat kepercayaan itu disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak baik dan merugikan rakyatnya, maka rakyatpun tidak akan percaya lagi untuk memilih pemimpin tersebut dan tidak akan mengulanginya lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *