Unsur Pembentukan Karakter (3) Kebiasaan

Perbedaan Kebiasaan Belajar antara Siswa Laki-laki dan Perempuan
Istimewa

Kebiasaan adalah tindakan yang lazim/umum dilakukan masyarakat dan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan diulang berkali-kali. Contohnya kebiasaan makan dengan tangan kanan, kebiasaan bertegur sapa bila bertegur sapa ketika melawati orang lain. Meskipun bukan merupakan aturan, kebiasaan mempunyai pengaruh terhadap perilaku keseharian warga masyarakat.

Pada umumnya orang berusaha berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang melakukan hal itu agar ia diterima dalam masyarakat. Sebaliknya, seseorang yang kurang atau tidak mengindahkan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat cenderung kurang diterima masyarakat.

Karena bukan aturan, maka sanksi terhadap pelanggar kebiasaan relatif longgar atau tidak begitu berarti, misalnya pelanggarnya menjadi bahan gunjingan warga masyarakat. Contoh lain dalam kehidupan masyarakat ada kebiasaan mengirimkan makanan kepada tetangga sekitar. Seperti halnya apabila suatu keluarga mengalami peristiwa menggembirakan seperti kelahiran anaknya, pernikahan atau pesta ulang tahun. Apabila ada suatu keluarga mengalami hal tersebut tidak melakukan kebiasaan itu, maka ada kecenderungan keluarga tersebut akan menjadi bahan gunjingan warga masyarakat.

Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh anggota masyarakat, maka bagi yang tidak melaksanakan dianggap melanggar hukum. Dengan demikian, pelanggarnya dianggap melanggar hukum.

Kebiasaan juga berarti perbuatan manusia yang tetap dilakukan secara berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila kebiasaan ini ditinggalkan atau lupa dikerjakan, maka orang itu akan merasa ada sesuatu yang hilang dan perasaan menyesal karena telah meninggalkan kebiasaan tersebut. Misalnya kebiasaan shalat malam, bangun pagi, shalat tepat pada waktunya dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya ataupun kebiasaan buruk seperti berjudi, meminum minuman keras, merokok dan lain-lain yang membuat candu dan susah untuk ditinggalkan.

“Alarm yang ada di dalam hati kita itu jauh lebih penting dibanding yang di HP kita. Alarm internal itu bisa mengingatkan kita untuk mengerjakan kebajikan, memperingatkan kita agar tidak mengerjakan keburukan, bahkan bisa membangunkan kita pada detik yang kita ingin. Semua harus dimulai dengan latihan.”

Konsepsi Diri “Self-Conception”

Konsep diri ialah suatu pemikiran dan sikap pribadi terhadap diri sendiri. Pemikiran diri terikat dengan aspek fisik, karakteristik pribadi, dan semangat diri. Pemikiran diri bukan hanya melingkupi kekuatan pribadi, akan tetapi kelemahan terhadap kegagalan dirinya. Konsep diri ialah akar dari kepribadian pribadi. Akar kepribadian berguna sangat penting untuk memilih dan memusatkan perkembangan kepribadian dan perilaku pribadi.

Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk. Jadi konsepsi diri adalah bagaimana saya harus membangun diri, apa yang saya inginkan dari dan bagaimana saya menempatkan diri dalam kehidupan.

Misalnya konsep diri pada seorang anak yang sering dipukul, dihina, dibentak dan tidak pernah dipuji, pada umumnya akan memiliki konsep diri yang cenderung negatif. Karena ia menerima perlakukan itu sebagai bentuk hukuman atas segala kesalahan yang dilakukannya. Tetapi jika ia tumbuh di lingkungan yang baik, maka ia pun akan merasa dihargai dan tumbuh menjadi pribadi yang positif. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka, menyebabkan kita menilai diri kita secara positif. Sedangkan ejekan, cemoohan, dan hardikan, akan membuat kita memandang diri kita secara negatif. Tetapi sifat dari konsep diri ini bukan berarti statis, konsep ini tetap tergantung pada aspek lainnya sehingga suatu hari masih bisa berubah.

Pembentukan karakter yang terpenting adalah dimulai dari diri sendiri, bagaimana mana mengubah cara berpikir atau mindset dan kemauan untuk berubah. Muhasabah diri apakah diri kita sudah baik atau belum? apakah orang lain menilai karakter diri kita baik atau buruk?. Semua itu tergantung pada diri masing-masing.  Wallahu a’lamu bi al-shawab

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *