Terima Jasa Gadai (Organisasi)

Reformasi berakhir pada tahun 1998, saat itu aku masih  melihat semua mahasiswa turun ke jalan untuk menegakkan kebenaran. Meminta kembali kemerdekaan, baik individu ataupun secara bangsa. Pemerintah diminta untuk tidak melampauhi batas dalam mengkebiri rakyatnya, dan memaksa untuk tidak melakukan kebiri lagi. Semua elemen sepakat bahwa pemimpin yang sudah tidak layak harus diganti, dipaksa untuk mengundurkan diri atau bahkan harus dikudeta mati.

Sebenarnya kepemimpinan presiden saat itu tidak seluruhnya buruk, melainkan kebijakan-kebijakan terakhir yang menjadikan bangsa ini jemu. Sehingga api terkobarkan di dada untuk melawan kedzoliman. Seluruh elemen dapat bersatu untuk mensuarakan aspirasi bersama, mengesampingkan masalah individu yang sebenarnya masih ada di masing-masing benak mereka. Ada yang kemarin meributkan beda aliran, memusuhi kekalahan perlombaan, membenci kelompok tertentu sebab telah merebut pengaruhnya dan masalah kecil lain yang mampu dipadamkan sebab ada masalah yang lebih besar, Itulah bangsa kita, luar biasa dalam hal gotong royong.

Begitupun dengan kasus-kasus organisasi yang menjadi miniatur negara. Saat pemimpin sudah tidak layak untuk ditaati, mulai saat itulah ia sudah tidak menjadi pemimpin. Sebab ia bisa dikatakan sebagai pemimpin jika ada mereka yang dipimpin, jika tidak ada, berarti ia sudah kehilangan marwah kepemimpinan yang itu kesalahannya sendiri.

Kasusnya sama, tidak seluruh masa kepemimpinannya buruk. Melainkan kebijakan terakhirnya yang telah membuat hitam seluruh wadah yang awalnya bersih dan putih. Ditambah lagi kesalahan fatal yang telah mengorbankan oraganisasi demi kepentingan ia sendiri yang itu bisa diselesaikan melalui jiwa merdeka. Tanpa jiwa kemerdekaan dan ketaqwaan kepada Allah Swt ia tidak akan pernah berani mengambil resiko meski akan mengakhiri hidupnya, bukankah hidup ini hanya untuk beribadah kepada-Nya?.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Organisasi banyak yang sudah dikorbankan oleh oknum pemimpin palsu, diawal ia terlihat baik dan menawan, tapi dari awal ia sudah menjual organisasi kepada orang-orang yang memiliki kepentingan buruk. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang memiliki kepentingan, tapi kepentingan yang dilegitimasi kebenarannya adalah kepentingan yang atas nama bersama dan memberikan kemaslahatan, bukan kepentingan individu meski kepentingan tersebut baik. Sebab jika kepentingan individu tersebut tercapai, meski baik pasti akan merugikan orang lain bahkan dalam jumlah besar.

Salah satu contoh kepentingan individu yang baik tapi memberikan dampak besar bagi orang lain dalam jumlah besar adalah molor waktu kepemimpinan demi terwujudnya kepentingan individunya. Apa kepentingan individu tersebut? Ia ingin mensukseskan sosok jagoan yang ingin berkuasa di jenjang yang lebih besar. Jika jagoan tersebut jadi maka ia akan aman dalam menjalani hidup kedepan, tidak takut mati kelaparan sebab kekuasaannya sudah hilang. Bisa jadi kepentingan individu tersebut sudah ia ambil di awal, sehingga saat ini tinggal bayar hutang saja.

“Kang Mas, hamba ingin jadi ketua di salah satu cabag ini, mohon kangmas bisa membimbing hamba agar menajadi manusia yang baik”

Atau dialognya bisa lain;

“Hamba, Kangmasmu ini melihat kamu adalah sosok manusia yang baik, tidakkah hamba ingin menjadi ketua di salah satu cabang ini?, jika berkenan kangmas akan menanggung semua beban hidupmu, hamba. Kamu tidak perlu khawatir tidak bisa makan, tidak usah khawatir malu sebab tidak ada kegiatan, dan kamu tidak perlu khawatir jika mereka melawan, kan ada kangmas”

“Saya mau kangmas, apa syaratnya?”

“Syarat hanya satu saja, simpel dan aku yakin kamu pasti mudah melakukannya, Kamu harus taat kepadaku. (titik)”

Tanpa berfikir panjang, hamba langsung mengiyakan dan sangat bahagia, tanpa ia sadari harga dirinya sudah dijual dengan harga yang sangat murah. Saat yang lain ingin membeli kemerdekaan dengan seluruh harta kekayaan di bumi, ia menjual harga diri dan organisasi dengan seperempat tetes air di laut. Sungguh tidak patut untuk hidup di bumi ini, meski demikian, Tuhan masih menjadi sosok yang paling baik dengan kasih sayang yang tiada batas, meski menurut manusia ia telah melewati batas jauh.

Kejadian seperti itu sekarang sudah banyak, hanya saja aku tidak percaya jika di tingkat komisariat dan universitas hal itu bisa dilakukan, sebab ia berkomunikasi langsung dengan rakyat, sedangkan rakyat adalah suara Tuhan. Aku masih percaya bahwa semua itu terjadi di tingkat cabang dan pengurus besar yang notabene mereka sudah “pintar”.

Kakak kelas yang baikpun merespon fenomena ini dengan ikut serta menjadi bagian dari pemain ulung yang sudah tidak bodoh lagi. Ia berdalih demi kemaslahatan bersama, tapi kenyataannya hanya mensejahterakan kelompok sangat kecil saja. Ia sampai sekarang memiliki jasa yang besar, dengan iklan “TERIMA GADAI ORGANISASI”. Pertanyaan sama juga masih dikobarkan oleh adek mereka yang baru kemarin sore lahir, dan masih sangat bodoh. “KAKAK, KAPAN KONFERCAB”?.

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *