Selamat Malam, Februari!

Terima kasih, karena masih mau bertemu

Seiring dengan berkurangnya usiaku, kau suguhkan malam yang begitu syahdu

Dinginnya hembusan udara malam ini mengingatkanku pada hidup yang hampir beku

Terlampau piluu

Ingatanku tiba-tiba tertuju pada sosok yang selama ini selalu kurindu

Aku memang rindu, tapi sekarang aku benci itu

Aku ingin kau membawa semua yang palsu

Bawa semuanya ya, jangan ada yang tertinggal walau sebutir debu

Agar yang tersisa hanya buliran madu

 

Februari, udara malam ini tak sengaja membawaku bernostalgia perihal lara

Meski sudah kumaafkan

Tetapi, jujur, dalam kegelapan ini, sesungguhnya aku juga belajar melupakan

Tidak semua hal harus dipikirkan dalam-dalam, bukan?

Asal kau tahu, terkadang masalah datang hanya untuk menguji kesigapan

Apakah kita tetap bisa tertawa atau malah tumbang merana

Aku berusaha sekuat tenaga memilih yang pertama

 

Februari ini, aku merasa lebih kuat

Untuk berdiri di depan gemuruh ombak yang siap menerjangku kapan saja

Seakan sudah kebal dengan semua

Januari yang telah mengajariku tentang pilihan mempertahankan rasa

Sepertinya aku hanya akan menertawakannya

Termasuk orang-orang yang berlagak baik di muka

Tetapi di belakang busuk, bahkan tak jarang menusukku hingga terluka

Sayangnya, aku sudah tidak memperdulikannya

 

Ayo bicaralah sesukamu

Cari segala yang kelam dariku

Habiskan segala yang tabu

Jangan ragu-ragu

Tak perlu berlagak malu begitu

Aku tetap akan fokus pada yang kutuju

Karena dari itu, aku belajar untuk menghargai waktu

Bukankah waktu yang kita punya ini hanya seujung kuku?

Jika dibandingkan dengan kelak, waktunya waktu

Maaf, aku tidak akan membuang waktu untuk mendengarkan semua cacian dan ocehanmu itu

 

Februari, gemerlap bintang-bintangmu malam ini menyulap pejajahan angkasa yang gelap menjadi susunan yang elok lagi mempesona

Tapi aku tidak mau menjadi bintang

Yang rela jatuh hanya untuk menyenangkan orang-orang bodoh

Mereka yang terlalu banyak memproduksi asa, tapi minus usaha

Jika aku menjadi bintang, aku akan tetap berdiri tegak di atas sana

Karena aku tahu, matahari esok akan segera menyadarkanku atas titahnya

Bahwa seterang apapun aku, tetap saja akan sirna

Lalu, untuk apa bertahan pada kepongahan yang jelas-jelas sementara?

 

Walau begitu, soal ambisi aku tak berubah

Aku tak akan begitu saja mengalah

Apalagi pasrah

Karena esensinya hidup ini harus dimenangkan

Bukankah Tuhan menciptakan mati dan hidup manusia itu untuk menguji siapa yang paling baik amalnya?

Karena itu, aku akan dengan yakin melangkah

Sesekali mengepakkan sayap untuk bersiap terbang menghindari deruan panas dari kawah-kawah di bawah

 

Februari, aku berjanji untuk membawa diri ini lebih bahagia

Pegang janjiku ya

Ingatkan jika aku mulai lupa

Malam-malamku akan kusibukkan untuk menyusun mimpi

Dan esoknya, aku akan segera bangun demi mengajar matahari

Akan aku habiskan hariku untuk tidak membiarkan mimpi hanya sebatas mimpi

Hingga datang senja mengingatkan diri

Bahwa tubuhpun juga punya hak untuk dikasihi

Berharap kala malam tiba, mimpi-mimpi yang belum rapi, bisa kususun kembali

Lalu, bersiap mengejar pagi

Terus begitu, dan akan terus begitu

 

Sudah ya, aku tidur dulu

Mimpi-mimpiku sudah menunggu

Terima kasih

Selamat malam, Februari

Semoga bisa segera melupakan Januari

 

Ngaliyan, 1 Februari 2020 (11.07 PM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *