Rindu

Rindu

Ada segelintir anak Adam yang merasa bahagia ketika mendengar hujan membumi dengan rintik yang berirama.
Bagiku, sungguh betapa bahagianya ketika melihat kau tersenyum di kala senja mulai menjingga.
Kau dan senja adalah puisi yang tak akan pernah habis dipuisikan. Kau dan senja adalah sajak yang tak akan pernah habis diceritakan.
Bagiku, kau dan senja adalah sumber inspirasi dalam semua tulisanku yang beranak rindu.

Ketika senjaku tak lagi mampu menampakan keindahannya, berikan aku potret senja di tempat persinggahanmu.
Awan serasa mendung menggelantung diantara gurat jingga diujung cakrawala. Angin meniup bentangan kabel listrik serupa senar gitar dengan membawa bait-bait irama rindu yang bersuara. Kau dengan jaket mantel tebalmu yang membuatmu merasa hangat saat menuju gelap, memberikan keteduhan dan tetap berpijar cantik dengan bermahkotakan hijab di kepala.

Oh Tuhan, bisa tolong sampaikan aku rindu melihatnya?
Bahkan untuk sekedar menutup mata sampai sepertiga malam pun aku tak bisa. Kau selalu muncul secara liar dalam bayangan dan memperparah rasa kerinduan.
Harapanku, bila nanti senja tiba, aku ingin kau yang berdiri di sisi kaca jendela, menantiku pulang kerja dengan secangkir teh hangat yang sudah tersedia diatas meja.

Senja ini milik kita yang diberikan oleh Semesta. Kita samakan sudut pandang berdua dikolong langit yang sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *