Semilir angin
Bawalah jauh puing-puing ratapan
Jauh, hingga tiada sisa lagi
Ke dasar samudera
Ke ujung Cakrawala
Ke manapun, asalkan ia tidak kembali lagi
Diri ini tidak tahu menahu
Apakah masih sanggup untuk menghadapi kesekian kali
Ataukah malah runtuh tidak mampu membentengi
Lelah . .
Iya, raga ini memang lelah menghadapi
Apa karena fisik ini terlampau kuat,
Sehingga cobaan datang silih berganti?
Entahlah . .
Mungkin itu sudah menjadi rahasia semesta
Sekuat apapun daya menampik,
Ratapan akan hadir tanpa segan-segan
Tidak peduli ruang dan waktu
Tidak peduli betapa nelangsanya aku
Ratapan . .
Mengapa kau senantiasa setia menetap di relung jiwa?
Tak tahukah bahwa hidup menjadi hambar nan hampa?
Laiknya langit berselimut mendung
Diri ini resah tidak tentu arah
Bimbang tidak terdefinisikan
Pahamilah . .
Diri ini juga manusia biasa
Terkadang ia salah pun terkadang lupa
Sekalipun berusaha setegar batu karang
Namun, diri ini juga mempunyai batas kemampuan
Jadi pusaran ratapan . .
Tolong pergilah
Oleh: Yumna Myesha, Pelenyap lara, pecandu rindu