Tuhan menciptakan manusia di muka bumi ini dengan ciri khas berbeda-beda dari satu individu ke individu yang lain. Keanekaragaman tersebut merupakan suatu nikmat sekaligus cobaan bagi manusia itu sendiri. Suatu perbedaan akan menjadi nikmat apalagi adanya rasa saling memahami dan mentoleransi satu sama lain. Bagi manusia yang masuk dalam taraf ini, kebanyakan mereka akan lebih banyak bersyukur atas segala perbedaan yang ada daripada saling mengeluh yang berujung pada iri dengki.
Sebuah perbedaan akan terasa berat apabila tidak adanya rasa saling pengertian satu sama lain. Maka sungguh beruntung bagi manusia yang hidup dalam kelompok yang senantiasa menjunjung tinggi toleransi dan saling menghargai satu sama lain.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an, bahwa populasi manusia di dunia ini bertitik tumpu pada Adam dan Hawa. Dua insan yang pertama kali menginjakkan kaki di bumi, sekaligus pemula pembentukan peradaban di bumi. Dari Adam dan Hawa akhirnya menghasilkan keturunan yang terus menerus beranak-pinak hingga saat ini. Walaupun sejatinya manusia berasal dari 2 individu yang sama, namun tidak berarti setiap manusia memiliki kesamaan yang menyeluruh satu sama lain. Ada beranekaragam perbedaan, baik dari segi fisik maupun karakter.
Sebagai makhluk sosial ia tidak mungkin bisa hidup sendiri. Interaksi antar sesama akan terus menerus terjadi selama roda kehidupan masih berputar. Interkasi yang terjadi secara terus menerus, secara tidak langsung akan menimbulkan suatu emosi dalam diri individu untuk menciptakan sebuah interaksi yang berkelanjutan. Dari sinilah muncul sebuah istilah yang biasa disebut dengan pergaulan.
Pergaulan merupakan proses kelanjutan dari adanya sebuah interaksi yang terus menerus terjadi. Kuat lemahnya suatu pergaulan tergantung pada seberapa kuat atau seberapa banyak frekuensi interaksi yang terjadi. Pergaulan bukanlah kosakata tabu bagi para makhluk sosial. Ketidakmampuan mereka untuk hidup seorang diri mau tidak mau membuat interaksi terus terjadi, sehingga menciptakan sebuah pergaulan.
Pergaulan memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan karakter seseorang. Sebab, dalam sebuah lingkungan pasti tidak akan pernah lepas dari adanya pergaulan antar sesama. Pergaulan yang baik berdampak pada karakter yang baik, pergaulan yang buruk berdampak pada karatkter yang buruk pula. Maka, ketika kita jumpai seseorang dengan karakter yang kurang baik, tidak bisa secara menyeluruh kita limpahkan sumber ketidak beresan tersebut kepada si pelaku. Jangan pernah menghakimi seseorang sebelum tahu apa dan bagaimana latar belakang lingkungan yang ia tempati dan dengan siapa ia bergaul.
Manusia cenderung lebih nyaman ketika berdekatan dengan orang yang memiliki pola pikir dan kesamaan yang seruipa denganya. Maka tidak heran ada sebuah pepatah menyebutkan bahwa untuk mengetaahui bagaimana karakter seseorang, cukuplah dengan melihat karakter kawan terdekatnya saja, karena teman ialah cerminan asli dari diri seseorang. Hal ini membuktikan bahwa sekutu dalam bergaul menjadi faktor terbesar kedua setelah lingkungan yang berpengaruh pada pembentukan karakter seseorang. Maka hendaklah setiap manusia selektif dalam hal memilih teman, agar jangan smapai jatuh dalam berbaur dengan kelompok yang memiliki tabiat buruk. Disebutkan dalam sebuah pepatah arab bahwa “Suu’ul khuluqi yu’dii” yang bermakna bahwa akhlaq yang buruk itu menular.
Menurut Abu Darda’ di antara bentuk kecerdasan seseorang adalah selektif dalam memilih teman berjalan, teman bersama, dan teman duduknya. Sebab, teman akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir, watak, perilaku, dan kebiasaan. Jika teman kita baik, insya Allah kita akan terkondisikan ikut baik dan sebaliknya.
Walaupun begitu bukan berati manusia diperintahkan untuk secara serempak menjauhi orang-orang yang berkarakter buruk. Sejatinya seluruh manusia di muka bumi ini lahir dalam keadaan suci, bukanlah kehendak mereka untuk tumbuh dengan karakter yang buruk. Bisa jadi pengaruh lingkungan atau pergaulan buruklah yang lambat laun memaksanya untuk tumbuh dalam karakter seperti itu.
Mengingat kewajiban bagi seorang muslim ialah untuk berdakwah dalam hal kebajikan, maka hendaknya saling bahu membahu untuk memperbaiki karakter buruk tersebut secara perlahan, menuju karakter yang lebih baik lagi. Bagi orang yang bersedia untuk terjun mencegah kemungkaran tersebut, hendaknya ia membangun konsistensi yang tingggi dalam jiwanya. Agar saat ia terjun berbaur ke dalam masyarakat yang memiliki akhlak yang buruk, ia tidak ikut terjerumus dalam lubang kenistaan tersebut. Wallaahu a’lam bis-shawwab.