Pentingnya Spiritual Quotient Bagi Mahasiswa Gen Z

Kecerdasan ialah nilai lebih dari setiap manusia dalam mengembangkan pola pikirnya sehingga mampu berkembang dan berpikir dengan jernih untuk menimbang, memutuskan, serta menghadapi sesuatu dengan berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dan solusi yang cemerlang. Seseorang yang cerdas, akan menyampaikan pembicaraannya dengan terstruktur dan memiliki nilai.

Saat dia berbicara, maka yang keluar adalah ide, gagasan, solusi, hikmah, ilmu, dan dzikir, sehingga pembicaraannya senantiasa bermanfaat. Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Karena dengan kecerdasannya, manusia dapat terus-menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berpikir dan belajar.

Sementara itu, kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient) ialah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui Langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya. Salah satu penerapannya adalah di lingkungan kampus.

Saat ini dunia kampus banyak diisi oleh Generasi Z atau lebih dikenal dengan sebutan Gen Z. Gen Z adalah istilah yang merujuk pada kelompok usia yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Gen Z merupakan generasi pertama yang tumbuh di era digital dan internet.

Mereka terbiasa dengan teknologi digital sejak usia dini dan memiliki cara pandang serta nilai-nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya. Aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh Gen Z adalah berinteraksi melalui media sosial, menjelajah internet, bermain game, dan mendengarkan musik. Dengan adanya sarana internet, Gen Z dapat dengan mudah dan cepat memperoleh berbagai macam informasi. Gen Z lebih banyak memilih video pendek yang dapat mudah di akses seperti Aplikasi Tiktok dan Twitter.

Namun kemudahan tersebut juga dapat membawa dampak negative bagi Gen Z seperti malas belajar, malas menganalisa dan malas untuk memperbanyak literasi hukum. Maka salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan kecerdasan spiritual.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan spiritual antara lain : mengidentifikasi tujuan pribadi, menemukan kegiatan atau momen yang memberikan kebahagiaan sejati, menyadari keterampilan dan bakat unik yang dimiliki, dan mengintegrasikan kegiatan keagamaan dalam tindakan sehari-hari.

Salah satunya adalah kegiatan mengaji sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Mengaji akan membentuk karakteristik Mahasiswa yang lebih baik dalam moral seperti memiliki sikap empati, kejujuran,dan penuh tanggung jawab.

Mengaji akan memberikan kesempatan bagi generasi Z untuk terhubung dengan Sang Pencipta dan akan memperdalam iman dan taqwa mereka. Praktik batin ini menjadi sumber ketenangan hati, sekaligus memperkokoh jati diri Mahasiswa Generasi Z sehingga mereka bisa lebih percaya diri dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Saat ini juga terdapat aplikasi mobile yang menawarkan berbagai fitur yang menarik seperti audio, video dan kuis agar proses belajar mengajar dan mengaji menjadi lebih menarik. Dengan adanya kelas interaktif dan kolaborasi dengan influencer dapat mendorong Gen Z untuk dapat berkumpul, belajar dan menciptakan rasa kebersamaan, Kegiatan seperti mengkaji kitab dengan rutin menjadi wadah untuk mereka saling mengembangkan kecerdasan spiritual.

Terdapat beberapa ciri-ciri Mahasiswa yang memiliki SQ tinggi, antara lain : memiliki tingkat kesadaran diri yang baik, memiliki rasa keterhubungan dengan sesama manusia dan alam, memiliki pandangan tentang tujuan hidup yang lebih luas, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan serta mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi.

Dengan adanya kecerdasan spiritual ini pada akhirnya Mahasiswa dapat menemukan ketenangan, dapat berkontribusi positif terhadap kesejahteraan, kesehatan fisik semakin baik dan dapat menghadapi era post-modern. Dengan demikian maka Generasi Z tidak hanya menjadi penerus Bangsa tapi menjadi penerus keagamaan serta menjadi agen perubahan positif yang membawa ilmu hukum lebih cemerlang.

*Oleh: Ali Maofur, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pancasakti Tegal.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *