Masa kanak-kanak itu sangat penting. Karena pada masa ini, anak-anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. Anak-anak memang identik dengan bermain, tetapi jangan salah. Mulai dari bermain itulah yang membuat anak-anak dapat mengembangkan potensi diri. Sebagai orang yang lebih dewasa daripada anak-anak, maka kita dituntut agar mampu memahami meraka, bukan malah mereka yang harus memahami kita.
Misalnya saja bermain gitar. Berarti anak tersebut mempunyai potensi sebagai pemain gitar. Bakat tersebut hrus dikembangkan. Kita jangan melarang mereka, tetapi kita itu mengawasi. Jika perlu, kita harus membimbing dan memberi arahan kepada mereka agar dapat bermain dengan baik dan benar. Jika kita tidak dapat melakuka itu, maka kita bisa memasukkan dia ke kelas musik.
Akan tetapi, melihat permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan. Adanya virus corona yang menyebar sampai Indonesia, berhasil membuat masyarakat ketakutan. Segala upaya yang dilakukan pemerintah agar masyarakat terhindar dari virus tersebut diantaranya;
Pertama, seluruh lembaga pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi telah diliburkan oleh pemerintah. Dengan harapan, agar anak-anak tidak terserang virus tersebut. Mereka harus tetap belajar di rumah dengan bantuan orang tua. Disinilah peran orang tua yang harus menggantikan peran guru. Orang tua dituntut mampu memberikan pemahaman yang komprehensif kepada anak dengan tetap memperhatikan situasi kejiwaan anak.
Memang tidak mudah mendidik anak, karena diusia mereka adalah masa-masa bermain. Selain harus mendidik mereka, orang tua juga harus mengawasi tindakan bermain atau cara bermain mereka. Ini yang sangat sulit. Mengawasi. Jika dahulu anak-anak belajar dan bermain di sekolah bisa diawasi oleh guru sampai sore hari, sekarang ini adalah tugas orang tua. Orang tua harus sabar menghadapi anak-anak yang hobi bermain, aktif dan banyak pertanyaan. Tidak jarang pula belajar sambil bermain bahkan lari kesana kemari. Orang tua juga dituntut mampu menjawab pertanyaan anak yang kadang di luar dugaan kita atau belum pernah sama sekali terbayangkan. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi orang tua.
Kedua, lockdown. Istilah baru yang dikenal di Indonesia dan diartikan sebagai penutupan akses maupun lembaga umum. Selain meliburkan seluruh lembaga pendidikan, pemerintah juga menerapkan sistem ini sebagai salah satu upayanya. Dengan diberlakukannya lockdown, pemerintah juga berharap dapat mengurangi penyebaran virus tersebut.
Upaya yang kedua ini bisa mengakibatkan anak-anak kurang maksimal dalam berinteraksi kepada orang lain atau bersosialisasi. Berinteraksi kepada orang lain bisa menimbulkan tingkatan keberanian berbicara di depan umum. Anak-anak yang sejak dini tidak dikenalkan kepada masyarakat atau kurang bersosialisasi bisa mengakibatkan anak kurang percaya diri. Anak-aak harus tetap belajar dan bermain di rumah, tidak boleh keluar-keluar.
Ketiga, social distance. Lebih mudahnya dipahami dengan jaga jarak. Upaya yang ketiga ini malah cenderung kita harus berprasangka buruk kepada orang lain. Walaupun upaya ini dapat dipandang sebagai prasangka buruk, tetapi ini bisa juga merupakan usaha yang baik untuk diri kita sendiri dan demi kebaikan bersama. Kita harus mampu menjaga diri sendiri dan orang lain.
Oleh: Riayatul Millah, Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Seamrang