Pasal Ketentuan

Baladena.ID

Suaranya kini kembali terdengar bagaikan suara music jazz di café-café mewah. Perlahan-lahan, mereka mulai membasahi tanah-tanah kering yang kasar dan berdebu. Alunan-alunan musiknya diiringi dengan petir-petir yang bergemuruh di langit lepas. Para manusia pun kini mulai kembali merapikan dirinya untuk berteduh. Begitulah cara mereka (hujan) datang kembali di tengah-tengah umat manusia. Suaranya, tidak jauh berbeda dengan malam-malam kemarin. Malam dimana cuaca mulai berubah menjadi lebih sejuk. Rintikan-rintikan mereka terdengar pelan, mengeras, dan meredup ditelingaku, kemudian menciptakan suasana sunyi kembali dengan hawa yang berbeda, yakni; dari hawa panas menuju hawa dingin. Inilah sebuah gambaran fakta yang kemudian dikatakan sebagai suatu kebenaran.

Malam ini, langitpun kembali gelap tanpa cahaya bintang-bintang yang cantik seperti biasanya. Inilah suatu keadaan yang seringkali ku katakana sebagai suatu “petanda bahwa hujan akan kembali turun membasahi bumi”. Suasananya tak lagi panas seperti biasanya, sebelum mereka turun ke bumi. Keadaan ini seringkali menimbulkan beragam penilaian di benak para manusia. Ada yang menilai hal itu, menjadi suatu hal yang negative dan ada juga yang menilai positif (tergantung pada keadan, posisi, dan waktu yang berbeda).

Misalnya malam ini, aku sendiri termasuk pada daftar manusia yang menilai hal itu positif. Karna, mengingat keadaanku saat ini yang cukup lelah sehabis pulang kerja, tempat tinggal yang cukup panas tanpa ada AC ataupun kipas angin. Hal inilah yang kemudian menjadikan penilaian ku pada keadaan itu menjadi suatu hal yang bernilai positif, bahwa “hujan adalah suatu keberkahan yang diturunkan oleh yang Maha Kuasa untuk membasahi bumi dan isinya (tumbuhan, hewan, manusia, dan lain sebaginya) yang sudah lama kering”.

Aku bersyukur malam ini, mereka telah menemani dan mengiringi tidurku untuk meyambut hari esok. Badanku yang lelah sehabis pulang kerja dan kuliah, terasa cukup rileks dengan hawa-hawa mereka. Seketika itu pula, akupun terlelap dengan beberapa mimpi yang bisa ku katakan “Indah dan tidak terlalu buruk” bagi seorang manusia seperti ku. Entah, berapa jam aku terlelap. Aku kembali membuka mata untuk melihat suasana yang cukup terang (pagi). Menyadari hal itu, akupun berjalan perlahan-lahan menuju kamar mandi untuk membasuhi muka, kemudian memanaskan air dan membuat secangkir kopi.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Pagi, sekitar jam 08:47 di depan pintu kontarkan, sejenak kunikmati secangkir kopi buatanku sendiri. Kata demi kata mulai bermunculan, menciptakan premis-premis baru di dalam otak. Rangkaian kalimat ku susun dengan rapi sesuai tuntunan logika. Kemudian, bertanya-tanya, dimanakah hujan lebat yang tadi malam?, kapankah mereka akan datang kembali menghampiriku?, Kapankah mereka akan datang kembali membasahi tanah-tanah kering yang terbentang luas di bumi ini? (datang kembali membawakan kesejukan bukan sebuah bencana). Hujan, pagi ini kau telah meninggalkan bekas di tanah-tanah kering, datanglah kembali membasahi bumi.

Hanya kepada Mulah (Tuhan Yang Maha Kuasa) aku memohon. Karna, Aku mengerti bahwa rahmat itu tak menggerakkan dirinya sendiri, melainkan digerakkan oleh dirimu (Tuhan Yang Maha Esa).

Izinkanlah para hujan, untuk turun kembali membawakan kesejukan-kesejukan yang datang dari Mu (Tuhan Yang Maha Kuasa).

Oleh: Muhammad Ali Bagas, Penikmat Kopi Senja

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *