Dakwah  

Padamnya Sinar Indonesiaku

Baladena.ID

Sebuah tulisan yang terlahir dari pikiran seorang gadis belia yang mulai beranjak dewasa mengenai “gender dan kekerasan seksual”

Aku terlahir sebagai seorang perempuan, bukan untuk ditindas. // Aku terlahir sebagai seorang perempuan, bukan untuk mengambil peran seorang imam. // Aku terlahir sebagai seorang perempuan, juga bukan untuk menjadi santapan ikan paus di lautan luas. // Aku terlahir menjadi seorang perempuan agar kelak dapat melahirkan generasi emas yang meneragi kembali padamnya sinar Indonesia”.

74 tahun sudah Indonesia merdeka. Melihat Indonesia hari ini, sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan kisah Indonesia 75 tahun yang lalu sebelum Indonesia merdeka. Maka lantunan syukur hendaknya terucap di dalam untaian doa-doa kita.

Di balik merdekanya sebuah negara dengan ribuan pulau ini, ternyata di dalamnya masih ada yang belum merdeka. Hal ini, salah satunya, bisa dilihat dari maraknya kasus kekerasan seksual.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa di Indonesia, kekerasan seksual masih terjadi sampai hari ini. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Komnas perempuan selama 12 tahun lalu, tepatnya mulai dari 2001-2012, setidaknya terdapat 35 perempuan yang menjadi korban kekerasan setiap harinya. Lebih jauh lagi, masih dalam sumber yang sama, telah diungkap bahwa setiap tiga jam, setidaknya terdapat dua perempuan yang mengalami kekerasan seksual.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah; “sebenarnya ini salah siapa?” Satu sisi, pria sering kali menjadi pihak yang bersalah bahkan sebelum ditetapkannya menjadi tersangka. Sementara, di sisi lain, wanita selalu menjadi korban yang tertindas. Namun, pernahkah terbesit bahwa bisa jadi kasusnya tidak selalu demikian. Artinya, bisa saja wanita yang bersalah dan pria yang menjadi korban. Bagaimana bisa? Sementara yang melakukan kekerasan adalah pria.

Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan. Kesetaraan gender terus digemakan. Kebanyakan kita terfokus hanya pada permasalahannya, lupa bagaimana solusi menyelesaikannnya.

Terlepas dari hukum perundang-undangan yang telah ditetapkan diberbagai pasal, kini saatnya setiap dari kita melihat diri sendiri dan berkaca apakah kita menjadi sumber masalah ataukah kita justru dapat mengurangi sumber masalah?

Setelah itu, barulah menengok kondisi sekitar bila sumber masalah itu tidak ada pada diri kita.

Dewasa ini, sangat banyak wanita yang menuntut kesetaraan bahkan beberapa diantaranya ingin mengungkuli kesetaraannya dengan kaum adam. Secara logika, seorang perempuan tidak akan pernah bisa menjadi seorang imam. Namun, dalam kehidupan nyata, yang terjadi justru malah sebaliknya.

Sebagian berpendapat, hal tersebut dilakukan agar wanita tidak boleh seenaknya ditindas dan wanita tidak boleh menjadi santapan paus-paus kelaparan di luasnya lautan.

Mulai Padam

Terkadang persepsi tersebut memang benar adanya. Namun, kian hari kita kian lupa bahwa sinar Indonesia sudah mulai padam.

Sinar yang dimaksud adalah syariat Allah yang semakin hari menjadi aturan yang terlupakan. Contoh kecil, aturan bagi seorang wanita untuk menutup auratnya dengan sempurna.

Sebagaimana disebutkan di atas, terkadang kasus kekerasan seksual tidak sepenuhnya datang dari seorang pria, namun hal ini bisa saja sebenarnya datang dari seorang wanita yang mempertontonkan auratnya hingga pria tersebut memiliki niat yang tidak baik.

Bila saja sinar syariat Allah ada pada setiap wanita dan pria, Indonesia tidak akan padam. Indonesia akan tetap bersinar bahkan gemilang menyilaukan mata negera lainnya. Indonesia akan menjadi berharga bak permata yang tersinari dan memancarkan warna indahnya.

Indonesia hanya akan bersinar bila individu di dalamnya mampu merawat sinar syariat dengan baik dan benar hingga berbagai hal buruk jauh dan bahkan bisa dipastikan tidak akan terjadi.

Manusia mana yang tega merusak permata indah? Manusia mana yang sanggup menghancurkan barang berharga? Manusia mana yang dengan mudah merusak seorang wanita yang tertutup auratnya dan yang akan melahirkan generasi emas berikutnya?

Saya rasa tidak, tidak ada manusia yang melakukan suatu keburukan kecuali sinar syariat Allah tiada lagi di dalam hatinya.

Bila saja sinar syariat Allah ada pada setiap wanita dan pria, Indonesia tidak akan padam. Indonesia akan tetap bersinar bahkan gemilang menyilaukan mata negera lainnya.

Kembali lagi, bisa jadi sumber masalah ada pada diri kita. Bila kita tidak mengoreksi diri dan jauh dari sinar atau petunjuk Ilahi, bila kita sadari, segala aturan kehidupan telah Allah berikan melalui KalamNya. Namun sering sekali hal tersebut menjadi aturan yang terlupakan. Maka padamlah sinar-sinarnya.

Saat dunia mengatakan kebebasan hak di segala bidang, sebenarnya melupakan satu hal, yaitu keseimbangan antara pria dan wanita. Keduanya tak sama, ada perbedaan peran di sana.

“Maka dari itu, mari hidupkan kembali sinar-sinar yang mulai redup agar Indonesia menjadi lebih terang lagi”.

*Ria Fitria, mahasiwi UIN Walisongo Semarang, jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir, Aktivis IMM dan UKM JHQ.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *