Otak Budak Anak Jajahan

Mentalitas Budak
Baladena.ID

Tiga bulan lalu, Indonesia kembali merayakan ‘kebebasan’-nya selama 74 tahun. Semarak pesta dan warna merah putih di hampir semua tempat memenuhi memori.

Dalam bahasa Inggris, hari kemerdekaan mempunyai arti independence day (independent: mandiri). Dari sini, bisa ditarik kesimpulan bahwa kemerdekaan merupakan hari pembebasan. Hari ketika terlepas dari penjajahan dan mandiri untuk membuat kebijakan serta maju dengan kaki sendiri; hari bebas dari perbudakan.

Kemerdekaan dan kebebasan yang didapat bukanlah hasil kongkow-kongkow belaka atau debat tak bermutu. Anugerah yang diperoleh ini tentunya berkat orang-orang yang sukarela mencurahkan tenaga dan pikiran demi kata ‘bebas’.

Bukan hanya golongan tua yang aktif menggerakkan perjuangan. Tanpa golongan pemuda yang mendesak Bung Karno-Hatta, kemerdekaan hanya angan semu.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

“Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia.” Begitulah ucapan masyhur yang terlontar dari mulut Bung Karno. Seakan Bung Karno menyatakan kekuatan hebat darah muda. Jiwa bebas, ide liar, dan energi tak terbatas berpadu menghasilkan kreasi bernilai tak terhingga.

Perlu diketahui, kemerdekaan Indonesia di masa lalu tak hanya diperjuangkan oleh pahlawan semacam jenderal dan panglima. Tapi, juga para pemuda yang mengobarkan semangat mudanya.

Seribu orang tua hanya dapat bermimpi. Tapi satu orang pemuda dapat mengubah dunia.

Agaknya itulah yang menjadi dasar pemuda-pemuda ini rela mati di usia muda demi kata merdeka. Sebut saja Christina Martha Tiahahu yang tewas di usianya yang ke-17 dalam Perang Pattimura. Atau Supriyadi (22) yang mati di tangan Jepang dan Robert Wolter Monginsidi (24) yang dieksekusi Belanda.

Selain itu, turut pula Sukarni yang mendesak Soekarno mempercepat proklamasi dalam peristiwa penculikan Rengasdengklok. Serta wartawan-wartawan muda yang menyiarkan berita kemerdekaan lewat radio, surat kabar, dan pamflet. Tanpa semangat tinggi pemuda-pemuda ini, Indonesia merdeka hanyalah mimpi palsu.

Jangan lupakan juga organisasi Budi Utomo atau organisasi bentukan pemuda lain yang turut pula melawan pengaruh kompeni Belanda atau serdadu Jepang.

Di masa globalisasi kini, teknologi dan komunikasi semakin berkembang. Jika dulu surat berperan penting dalam komunikasi, kini chatting adalah hal yang lebih utama. Pun muda-mudi zaman milenial yang harusnya bisa menyikapi iptekdengan lebih cerdas. Seiring berkembangnya teknologi, harusnya seiring pula dengan berkembangnya kreativitas pemuda bangsa.

Bisa dilihat sampelnya dari pembuatan film Battle of Surabaya. Bukankan film animasi tersebut merupakan karya anak bangsa? Padahal, dibanding Jepang dan Amerika Serikat, Indonesia masih kalah jauh dalam produksi film animasi.

Sekarang coba lihat, sudah berapa tahun Indonesia merdeka? Indonesia sudah mulai menua, tapi tidak pernah menjadi negara maju. Apa pasalnya? Padahal, Indonesia adalah negara pertama yang menyatakan kemerdekaannya dibanding negara lain se-ASEAN. Harusnya itu menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk maju lebih dulu. Tapi, kenyataannya, Indonesia tak sehebat Singapura. Tak sepadan dengan Malaysia.Tak semaju Brunei Darussalam. Justru negara-negara ini adalah negara yang, walaupun terlambat menyatakan kemerdekaannya, lebih maju dibanding Indonesia sendiri. Bukankah Indonesia patut malu?

Memang benar. Salah satu faktor mental inlanderIndonesia karena pernah menjadi jajahan Belanda. Dibanding negara lain semisal Singapura dan Malaysia yang menjadi jajahan Inggris, Indonesia ditipu dan dibuat bodoh oleh kolonialisasi Belanda. Celakanya, bukan malah menghilang, mental inlander atau mental budak itu justru diwariskan. Sudah dari dulu Indonesia dibodohi untuk selalu manut dan tidak berpikir demi diri sendiri. Ya, Indonesia dijadikan budak para kompeni.

Pewarisan mental budak itu pun sulit dihilangkan dari diri pemuda milenial. Muda-mudi generasi baru terlalu terlena dengan kebebasan semu ini. Mereka tidak mengerti dan tidak sadar bahwa perjuangan ini faktanyabelum berhenti. Kemerdekaan bukan berarti menghentikan perjuangan, tetapi harus berjuang lebih keras. Memang tidak harus dengan bambu runcing dan bom seperti masa lalu. Namun, berjuang bisa dengan kreasi dan ide-ide segar demi membangun bangsa.

Sayangnya, para pemuda masa kini lebih suka dengan hal-hal praktis dan instan. Mereka enggan berpikir matang mengenai suatu kondisi. Mereka terlalu malas untuk itu. Meski globalisasi makin maju, pemuda-pemudi Indonesia sebenarnya belum siap akan itu. Tengok saja, banyak anak muda ke mana-mana membawa ponsel pintar mereka. Untuk chatting-lah, untuk nge-game-lah, untuk swafotolah. Tanpa berpikir apa yang bisa dilakukan dalam arus majunya globalisasi seperti ini. Salah-salah mereka bisa keceklik akibat terbentur majunya gelombang globalisasi.

Tidak perlu jauh-jauh melihat contoh bobroknya otak anak muda masa kini. Seperti halnya budak, mereka manut saja dibawa arus zaman. Mereka punya `tuan` sendiri. Mereka adalah budak dari tuan bernama ponsel pintar. Penyalahgunaan iptek terjadi pada kasus cyberbullying. Tidak pelu disebutkan, karena kasusnya sendiri sudah menumpuk di media sosial saking banyaknya. Palingmentok korban cyber bullyingya meninggal.

Celakanya, bukan malah menghilang, mental inlander atau mental budak itu justru diwariskan.

Nah, penyakit anak muda sekarang itu bukannya meneladani peran pemuda dalam kemerdekaan bangsa dulu kala, malah berjoget-joget ala K-Pop. Bukannya belajar demi majunya bangsa, malah clubbing bahkan nge-sex ikut-ikutan orang bule.

Mau dibawa ke mana sebenarnya Indonesia?

Indonesia itu ibarat macan yang sedang tertidur. Banyak negara, karena takut ketika macannya terbangun dan mengaung, menyenandungkan lagu dan membuat lena Indonesia. Para pemuda harus bangkit dari tidur panjang. Buka mata, menggeliat, dan mengaumlah sekuat tenaga. Tunjukkan kegarangan kalian dan buat negara-negara lain takluk.

Seperti kata Bung Karno, “Jas merah. Jangan sekali-kali melupakan sejarah.” Perjuangan bangsa Indonesia bukan hanya dari masa lalu. Namun, juga hari ini, hari esok, dan selamanya. Perjuangan ini masih belum berakhir.

banner 300x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *