Mohammad Nasih merupakan seorang penghafal al-Qur’an yang sekaligus doktor ilmu politik dan pengajar di beberapa kampus ternama di Indonesia, yaitu Pascasarjana Universitas Indonesia (UI), FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), dan Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara (STEBANK). Selain itu, Nasih juga pendiri rumah perkaderan Monash Institute di Semarang dan pelopor Sekolah Alam Planet Nufo Mlagen Rembang.
Nasih dikenal sebagai orang yang kompeten dalam beberapa bidang ilmu. Beberapa di antaranya adalah ilmu politik, ilmu alat, al-Quran, dan tafsir. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang datang meminta tolong Nasih untuk menjadi pembicara, menyampaikan buah pikirnya dalam forum. Mulai dari forum masyarakat biasa hingga forum kaum elit sekalipun.
Ada beberapa hal yang unik dari pribadi Nasih. Salah satunya ialah ia memiliki jiwa fighter. Ia merupakan seseorang yang tak mengenal rasa lelah, terbukti dari aktivitasnya yang super padat, tapi ia tetap sehat dan semangat dalam mewujudkan visinya.
Nasih mempunyai visi jangka panjang, yaitu membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat diberdayakan bagi umat dan bangsa. Oleh karenanya, ia merasa tidak keberatan ketika dimintai untuk mengajar di berbagai universitas. Namun, impact dari semua itu ialah, Nasih hanya bisa bertemu satu kali pertemuan dalam sepekan dengan mahasiswa dan mahasiswinya.
Dengan durasi waktu yang hanya satu kali dalam satu pekan, Nasih mengalami kesulitan dalam merealisasikan visinya. Karena melihat waktu yang singkat tersebut Nasih mulai gelisah. Ia merasa bahwa harapan untuk melakukan percepatan sangatlah kecil.
Akhirnya, ia membangun lembaga pemberdayaan SDM sendiri, mulai dari kecil hingga dewasa. Mereka ia tempa bagaikan api yang menempa besi. Mengapa sampai demikian? Karena Nasih hendak menyiapkan mereka dengan optimal, agar bisa menjadi pemimpin umat dam bangsa. SDM yang Nasih bangun ditempatkan dalam sebuah rumah perkaderan. Rumah itu dinamakan Monash Institute.
Perjuangan Nasih dalam membangun SDM dengan mandiri, tidaklah mudah. Ia harus memutar balik otak agar bisa mendapatkan penghasilan untuk menghidupi SDM nya sendiri dengan kemandiriannya. Akhirnya Nasih memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di kampungnya, dengan cara bertani. Di samping fokus dalam bidang politik, Nasih juga menjadi seorang petani yang handal. Karena kesungguhannya dalam bertani, ia pun dapat memenuhi semua kebutuhan SDMnya.
Harapan Nasih pada SDM yang ia bangun sangat besar. Nasih berusaha agar SDM yang ia bangun menjadi SDM yang terbaik di masa depan nanti. Di rumah perkaderannya, Nasih mulai menanamkan buah pikirnya untuk jangka panjang di masa depan, yaitu dengan cara mengubah sisitem pendidikan.
Semua anak ideologisnya itu, ia wajibkan untuk menempuh pendidikan minimal S2 untuk perempuan dan S3 untuk laki-laki. Bahkan Nasih juga sempat berpikir bahwa, anak-anak yang sekolah di jenjang PG-TK haruslah dididik oleh guru yang sudah menempuh jenjang pendidikan S2. Karena dengan kemampaun keilmuan yang mumpuni akan sangat startegis dalam menanamkan pemahaman juga wawasan intelektual sejak dini, agar kelak di masa depan. Mereka siap untuk dipanen.
Dalam hal ini, Nasih sedang menguatkan akar untuk pondasi di masa depan. Memulai dari yang terkecil, yaitu mebangun SDM yang optimal, meningkatkan pembelajaran degan harapan ada kemajuan dalam berpikir.
Pohon Bambu
Pohon bambu mempunyai filosofi yang menarik. Bambu adalah pohon yang bisa tumbuh di tempat apapun. Ia bisa tumbuh di pesisir air, di tanah lapang, bahkan di hutan yang dipenuhi pohon liar sekalipun ia tetap bisa tumbuh. Pertumbuhannya sangatlah melesat, pohon bambu bisa tumbuh sampai berpuluh-puluh meter tingginya.
Namun, dalam proses pertumbuhannya akan membuat penanam keheranan jika ia tidak tahu. Dalam waktu 5 tahun pertama, penanam tidak akan melihat pohon itu tumbuh. Mengapa demikian? Dalam usia lima tahun pertama, pohon bambu mengalami pertumbuhan yang dahsyat pada akar, bukan pada batang.
Pohon bambu sedang mempersiapkan pondasi yang sangat kuat agar bisa menopang ketinggiannya yang berpuluh-puluh meter kelak dikemudian hari. Pohon bambu mempersiapkan pembekalannya dengan matang karena ia harus melawan dan bertahan dari serangan musuh-musuhnya di kemudian hari. Di antaranya adalah angin kencang, banjir bandang, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, kita butuh 5 tahun untuk membangun pondasi yang kuat.
Ketika musuh menghampiri, pohon bambu akan merunduk. Tetapi ketika musuh telah berlalu, maka ia akan tegak kembali. Laksana perjalanan hidup seorang manusia yang tak pernah lepas dari cobaan dan rintangan. Fleksibilitas pohon bambu yang mengajarkan tentang sikap hidup yang berpijak pada keteguan hati dalam menjalani hidup, walaupun badai dan topan menerpa. Tidak ada kata menyerah untuk terus tumbuh, tidak ada alasan untuk terpendam dalam keterbatasan, karena bagaimanapun proses dalam masa pertumbuhan harus diawali dari kemampuan mempertahankan diri dalam kondisi apapun.
Mundur Satu Langkah untuk Maju Seribu Langkah
Sebenarnya, banyak yang menawari Nasih untuk ikut bergabung dalam dunia perpolitikan. Tujuannya yaitu untuk memperbaiki sistem yang ada, guna memajukan negara Indonesia tercinta. Tetapi Nasih lebih memilih untuk membangun SDMnya terlebih dahulu. Beberapa rekan Nasih di dunia politik sangat menyayangkan hal tersebut, karena tidak banyak orang yang memiliki kesempatan seperti Nasih.
Meski demikian, visi Nasih tetap sama. Dengan SDM yang ia bangun. Nasih menanam akar untuk pondasi negeri di masa depan nanti. Nasih sedang menanam pohon bambu yang banyak, SDM itu lah bibitnya. Upaya yang Nasih lakukan di tahun-tahun pertama adalah memper-kuat akar untuk pondasinya. Karena jika hanya satu pohon bambu, tidak akan kuat untuk menopang batang yang menjulang tinggi, ataupun musuh yang datang.
Salah satu negeri yang menanamkan nilai-nilai pohon bambu ini adalah negeri Cina. Cina terkenal dengan sebutan negara tirai bambu. Mengapa demikian? Karena bagi mereka pohon bambu mengandung banyak manfaatnya dan itu pun sudah terbukti. Bambu adalah simbol kekuatan dan kebersamaan, karena tumbuhnya yang bergerombol seperti tirai yang menutup apa-apa yang ada di dalamnya.
Perjuangan Nasih dalam membangun SDM dengan tujuan untuk memajukan umat dan bangsa bagaikan petani yang sedang menanam pohon bambu. Meskipun Nasih mengalami suatu hambatan dan kegagalan, bukan berarti Nasih tidak mengalami perkembangan. Melainkan justru Nasih sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa dalam semua langkahnya. Walaupun sebagian orang hanya dapat melihat dan menilai dari luarnya saja. Pak Doktor Nasih, dengan siap dan sigap mempersiapkan para calon pemimpin umat dan bangsa di masa yang akan datang. Mereka yang siap menjadi sebuah sejarah dalam memajukan bangsa ini.
Oleh: Lida Nasrul Amanah, Disciple 2017 Monash Institute, Ketua Umum Kohati-HMI Korkom Walisongo Semarang