Globalisasi telah mengharuskan manusia untuk melakukan sesuatu secara terpaksa. Sebagai generasi penerus masa depan, hendaknya kita selalu meningkatkan kualitas diri. Mengingat semua hal yang kecil telah tergantikan dengan teknologi, seharusnya kita mampu beradaptasi berakselerasi dengannya. Jangan sampai kita hanya akan terpinggirkan dan tergeru s dari kemajuan yang dikehendaki ini.
Menstablikan kobaran semangat untuk menjadi progresif bukanlah perkara yang mudah. Setidaknya kita harus memiliki panggilan dan tergerak dengan sendirinya lebih-lebih dengan cara mengubah dan mempengaruhi mindset inferior generasi bangsa yang fobia akan kegagalan usaha. Nampaknya hal itu hanya akan berwujud terang dan bukanlah suatu kemustahilan jika diaplikasikan dengan 1 visi dilakukan dengan brjuta lipat tenaga.
Pelajaran komprehensip orang-orang terdahulu haruslah kita contoh dan ambil peajaran. Janganlah kita hanya sekadar menjadi generasi penikmat saja. Pada dasarnya generasi penikmat hanya akan terbagi menjadi dua karakteristik yang pertama generasi yang dinamis dan justru sebaliknya statis bahkan tergerus. Mengapa dikatakan demikian? Generasi yang seperti ini tentu tidak merasakan pahit getirnya kerja keras dari titik paling dasar.
Begitupun seharusnya kita harus menjadi generasi penerus perjuangan. Semuanya terwujud ditentukan dengan arah gerak langkah yang kita tentukan. Kesenangan semu dan status quo inilah yang sentiasa menghampiri bayangan diri yang selalu mengikuti gerak langkah yang membuat zona ternyaman seseorang sehingga lalai akan visi hidup mendatang.
Allah telah berfirman dalam Q.S Al-Ra’d : 11 ‘’…. Sesunguhnya (Dia) tidak mengubah apa-apa yang ada pada suatu kaum sehingga mereka mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka…’’ Ayat ini mempertegas kepada kita manusia bahwa kita hanya memiliki maqam yang harus usaha untuk mengubahnya. Taanpa adanya usaha semuanya kan mustakhil.
Tuhan telah mengkaruniakan passion pada setiap diri manusia yang hal itu tergantung manusia menggunakannya untuk dinamis ataupun justru sebaliknya yakni dinamis. Solusi yang paling tepat untuk merevolusi yakni dengan akseleratif. Akseleratif dapat dilakukan manusia dengan 3 hal yakni menggunakan untuk meningkatkan kualitas dan meningkatkan intelektualitas, ataupun meningkatkan karier.
Sebaliknya kita dituntut untuk keluar dari zona status quo yakni dengan menggunakan kemerdekaan yang kita miliki untuk mampu bersaing dan berlomba-lomba dalam kehidupan. Semua itu yang dibutuhkan salah satu diantaranya yakni kreatifitas dan daya tahan (konsistenitas).
Orang yang berada pada status quo inilah yang memiliki karakteristik seperti budak yang tetap merasa nyaman dengan zona yang menyelimutinya, Maka dari itu, marilah menjadi generasi yang independen dengan berdikari dan menjadi mutasi politisi, intelektalitas, pengusaha yang profesionalitas. Setidaknya kalau tidak membantu mengatasi permasalahn negara janganlah kita menjadi beban negara. Wallahu A’amu bi al-Shawab
Oleh: Naila Rifqiyani Muhasshonah, Mahasisiwi Jurusan Pendidikan Matematika UIN Walisongo Semarang