Oleh: Arif Budiman, Presidium KAHMI Kabupaten Rembang, Ketua Yayasan Pesantren NUFO (Nurul Furqon) Mlagen Pamotan Rembang
Mengistilahkan perjumpaan saya dengan Moh. Nasih adalah ibarat “tumbu oleh tutup” (besek tempat makan ketemu tutupnya), alias klop. Kira-kira sekitar 15 tahun yang lalu. Tidak tahu mengapa sejak perjumpaan perdana itu (kalau tidak salah di kantor Fraksi PAN DPR RI), kami menjadi semakin akrab. Tempat tinggalnya di Jakarta menjadi tempat jujukan saya kalau pas saya di Jakarta. Kebetulan kemudian saya ada pekerjaan yang mengharuskan saya tinggal di Jakarta saat itu. Selanjutnya kami bersahabat kental, kemana mana bersama. Tidur bersama di gotakan kecil di asrama mahasiswa UI Wismarini, di kampus STEBANK Mr. Sjafruddin Prawiranegara, tinggal bersama di apartemen Semanggi, nginap di hotel bersama. Di waktu senggang, kami bersantai berdua, belanja bersama, potong rambut bersama langganan dia. Bahkan kami pernah beli baju kembar, saya masih ingat warna dan mereknya.
Terlalu banyak kisah yang dapat diceritakan dalam perjalanan hidup membersamai Doktor Mohammad Nasih. Kalau ditulis semua mungkin bisa menjadi satu buku novel sendiri. Dari saat dia menjadi staff ahli Pak AM Fatwa, menjadi asistennya Bu Chusnul Mar’iyah, menjadi Tenaga Ahli Fraksi PAN DPR RI, menjadi dosen UMJ, staff Ahli Ketua MPR RI, menjadi Wakil Rektor I STEBANK Mr. Sjafruddin Prawiranegara, menjadi anggota dan kemudian menjadi Komisaris Utama BMUN Yodhya Karya, dll. Menjadi teman diskusi banyak hal, dari diskusi politik, agama, keluarga sampai persoalan cinta, memilih calon istri. Dan akhirnya saya dan istrilah yang mendampingi dia melamar perempuan bernama Oky Rahma Prihandani, anak professor dosen pembimbingnya.
Perjuangan membangun Planet NUFO juga menjadi babak tersendiri dalam perjalanan saya membersamai Monash. Maka pada kesempatan ini saya coba tulis sedikit rangkuman dari perjalanan panjang perjuangan Monash yang saya ingat dan ketahui. Saya memberi judul: “Lima Jurus Sukses Moh. Nasih”. Harapan saya dengan tulisan ini beberapa semangat dalam menggapai cita-cita yang dimiliki anak desa bernama Moh. Nasih dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Lima jurus itu adalah pertama , you must have big dream and big action. Sebagai seorang anak yang lahir di sebuah desa kecil jauh dari kota adalah luar biasa, ia memiliki mimpi besar untuk meraih sukses masa depan yang berbeda dengan kebanyakan anak-anak dari desa. Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh sahabat saya, dia memiliki mimpi besar sekaligus tindakan besar untuk mencapainya.
Moh Nasih berpendapat bahwa untuk menjadi besar atau meraih keberhasilan besar maka harus berani bermimpi besar. Tentu saja ini bukan mimpi biasa. Ini adalah mimpi yang mengandung visi masa depan, tentang apa, mengapa dan bagaimana. Oleh karenanya dibutuhkan keceradasan di atas rata-rata. Visi yang kuat memberi pemahaman dan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan hidup, sehingga memberi gambaran pula bagaimana cara mencapainya, apa saja yang perlu dipersiapkan, dan kemungkinan risiko-risiko yang akan dihadapi. Dan saya kira apa yang telah diraihnya sekarang ini, seperti meraih Doktor, Monash Institute dan perkembangannya, serta berdirinya Planet NUFO, dan lain-lain adalah sebagian dari capaian mimpi besarnya, di antara mimpi mimpi besar lainnya yang belum dia capai, dan insya Allah akan dia capai dengan segera.
Dalam pandangan Abah Nasih, demikian anak-anak ideologisnya memanggilnya, mimpi dan aksi adalah satu tarikan nafas. Oleh karenanya “Big Dream” saja tidak cukup, akan tetapi harus pula diimbangi dengan “Big Action”, yaitu usaha keras berupa tindakan nyata untuk meraih mimpi besar. Saya kira ini masalah mental yang tidak semua orang miliki. Banyak orang yang punya mimpi tapi malas usaha. Atau pinginnya meraih sukses besar tapi dengan usaha kecil. Mana mungkin? Jelaslah bahwa mimpi besar membutuhkan usaha besar. Dan Moh. Nasih adalah salah satu manusia langka yang memiliki itu, semangat aksi tinggi dan pantang menyerah.
Saking semangatnya merealisasikan keinginannya, kadang kala orang-orang dekatnya menjadi korban semangatnya tersebut. “Nggih ngaten niku Mas Nasih, nek mpun gadah karep boten saget dipun penggak (Ya itulah Mas Nasih kalau sudah punya keinginan susah dihentikan),” demikian kata Mbak Ela, adiknya. Maka mau tidak mau dia harus menuruti keinginan kakaknya itu, karena kalau tidak bisa kena marah. Para santri, guru bahkan tukang di Planet NUFO pun merasakan hal yang sama, pernah jadi “korban”. Kalau Abah sudah punya ide maka saat itu juga harus dilaksanakan. “Abah mesti gitu deeeh,” keluh para guru Planet NUFO, sambil tetap melaksanakan apa yang diperintahkan Abahnya.
Dalam mimpi besarnya itu, terkandung keyakinan dan pikiran positif, makanya dia bilang “I have big dream, cause I believe I can do it”. Ada dua hal dalam konteks ini; Pertama, sebagai orang beriman dia sangat percaya korelasi sepirit hidup positif dengan keberhasilannya meraih mimpi mimpi. Walaupun dia sadari, maka sering dia katakan bahwa jalan menuju sukses besar, meraih keberhasilan dan kebahagiaan itu tidaklah gampang, ia harus melewati banyak rintangan, jalan terjal, berkelok dan mendaki. Namun semua itu harus dihadapi dengan optimisme dan semangat tinggi. Seperti dalam teori Law of Attraction, pikiran positif inilah yang menarik dan mengumpulkan semua hal poisitif ke dalam diri Moh. Nasih, seperti; semangat hidup tinggi, percaya diri, optimisme, gigih meraih cita-cita, pantang menyerah, selalu bersyukur, dll, yang kemudian menjelma menjadi kekuatan dahsyat pendorong meraih mimpi-mimpi. Kedua, dia percaya bahwa mimpi-mimpi itu secara rasional dapat ia raih, karena sudah dia perhitungkan dengan matang yang menyangkut seluruh kekuatan dari dalam (internal force) dan tantangan dari luar berupa peluang dan hambatan. Artinya dia tidak asal mimpi, nekat, atau bahkan ngawur.
Kedua, pendidikan adalah investasi utama meraih masa depan. Dalam kehidupannya, Moh. Nasih menempatkan pendidikan pada posisi yang sangat vital. Menurutnya, pendidikan adalah modal utama untuk meraih sukses hidup masa depan dan mendapat kebahagiaan bagi setiap anak manusia, baik dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, setiap anak yang lahir mengemban misi meningkatkan kualitas diri dan kehidupannya melalui pendidikan. Pandangan ini dia tunjukkan dengan kesungguhannya menempuh pendidikan formal hingga meraih gelar doktor. Dia juga telah buktikan bahwa dengan pendidikannya tersebut, dia dapat merealisasikan mimpi mimpinya, pergaulannya menjadi semakin luas, tentu juga manfaat yang dia tebarkan semakin banyak, baik untuk keluarga, teman-teman sejawat, masyarakat hingga negara. Dengan kompetensi keilmuannya itu, dia mendapat banyak kepercayaan dari banyak kalangan untuk melaksanakan tugas-tugas penting bagi ummat, masyarakat, dan negara.
Semangat perjuangannya yang luar biasa dalam menempuh pendidikan hingga meraih gelar doktor telah menginspirasi banyak orang, khususnya keluarga dan para anak ideologisnya. Keberhasilannya dalam pendidikan memicu para ponakan yang mengidolakannya untuk belajar lebih giat dalam menempuh pendidikan. Itu ditunjukkan dengan prestasi akademik para ponakan di sekolah mereka. Mereka bercita-cita sekolah hingga jenjang paling tinggi seperti Om dan Pak Dhe Nasih. Semangat perjuangannya dalam pendidikan seperti virus yang menular kepada seluruh disciples Monash Institute. Kecuali mengaji dengan Abah Nasih, mereka saling berkompetisi meraih prestasi akademik di kampus. Maka tidak heran jika ada diantara mereka yang memeroleh prestasi sebagai lulusan terbaik di kampusnya. Pengembangan diri juga mereka lakukan dengan menjadi aktivis, baik intra dan ekstra kampus, seperti Abahnya dulu.
Komitmennya pada pendidikan dia tunjukkan pada perhatiannya yang besar untuk melakukan perkaderan kepada generasi muda harapan bangsa melalui pendidikan yang dia inisiasi dan dirikan dari pendidikan anak usia dini, remaja, pemuda hingga dewasa. Berdirinya Monash Institute, STEBANK Mr. Sjafruddin Prawiranegara, PAUD Mellatena, Planet NUFO, dan beberapa lembaga perkaderan generasi muda adalah bukti komitmennya yang tinggi pada pendidikan anak bangsa. Sebab, dia meyakini bahwa pendidikan adalah investasi utama bagi generasi muda, yang berarti pula masa depan bangsa Indonesia.
Investasi SDM handal itu sangat penting, maka ketika akan mendirikan Planet NUFO dulu, dia katakan bahwa kita akan siapkan guru-guru perpendidikan tinggi yang handal. Sekolah boleh tidak ada gedung atau fasilitas lainnya, tapi SDM handal itu wajib ada. Maka dia wajibkan para guru dan pengasuh Planet NUFO mengembangkan diri meningkatkan kompetensi dengan menempuh pendidikan tinggi. Yang sudah menamatkan studi S1 segera melanjutkan jenjang S2, dan yang sudah S2 segera melanjutkan ke S3. Demikian, tanpa berpikir harus ada jeda, karena pengabdian sebagaimana diterapkan oleh lembaga-lembaga lain di luar sana. Dia berpikir, semua harus dilakukan dengan cepat dan terukur.
Ketiga, keprihatinan adalah gizi. Moh. Nasih meyakini perjuangan untuk menggapai mimpi adalah dengan keprihatinan. Tidak ada perjuangan yang tidak dengan keprihatinan. Para pejuang di masa lalu adalah para pejuang yang di-support keprihatinan Maka sering sekali dia berkata, “Keprihatinan adalah gizi bagi perjuangan untuk mencapai sukses”. Ini juga yang sering dia tanamkan kepada keluarga dan anak-anak ideologisnya. Hingga sekarangpun semangat keprihatinan ini masih dia pegang dalam hidup sehari-hari. Tidak ada kemewahan dalam hidupnya, walaupun dengan keadaannya sekarang ini bisa saja dia membeli semua kemewahan. Yang dia kenakan adalah yang juga dikenakan oleh kebanyakan orang, bahkan oleh para santri santrinya. Kendaraan yang dia pakai juga kendaraan yang dipakai wira-wiri oleh para santri dan guru yang harus bolak balik dari Semarang-Rembang. Spirit inilah yang layak diteladani oleh kita semua.
Keempat, dua bidadari penjaga hati. Moh. Nasih mengakui dua perempuan yang berpengaruh besar pada keberhasilannya saat ini, dan pasti juga bapaknya. Dua perempuan itu adalah ibu dan istrinya. Support yang dahsyat dari kedua perempuan hebat ini untuk perjuangan Moh. Nasih adalah keikhlasan, ridla, dan do’anya. Semua perjuangan Moh. Nasih begitu terasa dimudahkan oleh Allah swt. semua bagai air mengalir. Tidak ada kendala yang berarti. Jika saja tidak ada keikhlasan, ridla, dan doa yang sungguh dari kedua perempuan hebat ini untuk laki-laki yang mereka cintai, tentu akan banyak kendala yang dihadapi oleh Moh. Nasih dalam perjuangannya.
Bunda Khudzaifah adalah perempuan istimewa dalam kehidupan Moh. Nasih, perempuan dari pelosok desa Mlagen yang melahirkannya. Saya kira dari beliau jugalah yang menurunkan gen kecerdasan pada Moh. Nasih. Perempuan penghafal al-Qur’an ini adalah perempuan shalehah. Sebagian besar waktunya beliau dedikasikan untuk mencerdaskan ibu-ibu dengan mengaji al-Qur’an di desa-desa sekitar beliau tinggal. Pagi pagi sekali, beliau sudah pergi dari rumah untuk mengajar mengaji, keliling dari kelompok mengaji satu ke kelompok mengaji lainnya. Kadang hingga tengah malam baru kembali ke rumah. Saya kira kesalehan inilah yang berpengaruh pada doa-doanya diijabahi oleh Allah, termasuk doa-doa yang beliau panjatkan untuk putra putrinya. Doa-doa sederhana yang beliau panjatkan kepada Allah, semoga putra putrinya kelak menjadi anak-anak yang shaleh shalehah. Tapi Allah swt menyayangi beliau, hingga Allah beri bonus keempat putra putrinya hafidh al-Qur’an.
Posisi Moh. Nasih dalam kehidupannya semakin kuat, dengan hadirnya perempuan hebat bernama Oky Rahma Prihandani menjadi pendamping hidupnya. Moh. Nasih adalah pria beruntung mendapatkan istri cerdas dan tegar seorang dokter spesialis anak yang mendukung total perjuangan suaminya. Saya tidak bisa membayangkan kalau istrinya bukan Bu Dokter Oky, barangkali lebih banyak ngrecoki perjuangannya daripada mendukung. Walaupun pada awalnya sang istri perlu belajar beberapa saat untuk bisa mengikuti pola kehidupan sang suami yang tidak umum. Tapi selanjutnya ia adalah perempuan pendukung utama perjuangan suami. Totalitas dukungannya ia tunjukkan bukan hanya dengan keikhlasan, ridla dan doa saja, tapi dia mensupport semuanya. Bahkan dengan dukungan finansial juga. Dari sekedar uang saku beli bensin sampai jutaan rupiah untuk membiayai perjuangan suaminya. Perempuan hebat ini pula yang kemudian menjadi tempat menabur benih bibit-bibit unggul Moh. Nasih untuk mensemai anak-anak biologis yang kelak dipersiapkan untuk meneruskan perjuangannya yang tentu saja akan menjadi ideologis pula.
Kelima, campur tangan Allah. Pada akhirnya semua ikhtiar dalam perjuangan harus dikembalikan kepada Allah swt Tuhan Yang Maha Berkehendak. Jadi semua ini, kemudahan kemudiahan, keberhasilan dan segala fasilitas dalam perjuangan Moh. Nasih adalah atas kehandak Allah swt. Capaian atas perjuangan, kemudahan kemudahan, penyelesaian atas permasalahan yang dihadapi semua adalah atas pertolongan Allah swt. Dan Moh. Nasih meyakini bahwa semua fasilitas, kemudahan dan segala pertolongan Allah swt yang dia terima adalah berkah dari perjuangannya di jalan Allah. Dan tentu saja dengan doa-doa yang selalu dia panjatkan dan amal shaleh yang selalu dia tebarkan pada sesama. Dan satu hal lagi yang tidak kalah pentingnya adalah menjalankan semua perintahNya dan menjauhi segala perbuatan dosa/ maksiat. … Nasrun Minallah wa fathun qarib… (QS. al-Shaff’: 10-12).
Hr ini abah Nasih ultah nggih? 😀
*Selamat Ultah Abah Nasih, bertambah umur, bertambah berkah, bertambah manfaat bg sesama… Bertambah bahagia bersama keluarga… Amiin*
Jaga terus kesehatan, stamina, dan semangat. Karena masih banyak tugas dan mimpi yang belum terealisasikan… But sure that big dreams can be achieved soon… Insyaa’a Allah.