Berbicara tentang kekuasaan, erat kaitannya dengan amanah. Sebab, melalui kekuasaanlah amanah dititipkan dan dapat diwujudkan. Menurut Max Weber, Kekuasaan adalah kemungkinan yang membuat seorang aktor dalam hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Dari pengertian yang dipaparkan oleh Max Weber di atas, dapat menarik beberapa realita-realita bahwa jika kekuasaan jatuh ditangan orang yang sombong dan arogan akan berdampak buruk untuk kekuasaanya. Yang ada justru kekuasaan yang menindas rakyat kecil dengan menghalalkan segala jalan.
Namun tidak ditangan penguasa yang menolong, kekuasaan akan berjalan dengan lebih baik dan progresif. Dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 80 mengandung pelajaran agar menjadikakn kekuasaan sebagai menolong.
“Dan katakanlah; ‘Ya Rabbku, masukanlah aku dengan masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku dengan keluar yanng benardan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.’
Dalam tafsir Ibnu Katsir, al-Hasan al-Bashri mengemukakan bahwa Allah menjanjikan kepada Nabi saw. bahwa Dia benar-benar akan mencabut kerajaan Persia dan kejayaannya, dan Allah akan benar-benar memberikan itu kepadanya. Allah juga akan benar-benar mencabut Kerajaan Romawi dan kejayaannya. Ssehubungan dengan tafsir ayat tersebut, sesungguhnya Nabi Saw. menyadari bahwa beliau tidak mempunyai kekuatan untuk menerima amanah berupa kekuasaan. Maka Nabi Saw. memohon kekuasaan yang menolong dan membela agama Allah. Sebab, kekuasaan itu adalah rahmat dari Tuhan. Seandainya tidak ada kekuasaan yang menolong, tentulah sebagian orang menyerang sebagian ynag lain dan yang terkuat akan menyerang yang lemah.
Kekuasan Menodong
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang selalu melakukan perbaikan. Ia akan mengartikan jabatan bukanlah kehormatan atau untuk mencari pundi-pundi uang melainkan tanggung jawab yang harus dijalankan dengan baik. Belajar dan bercermin dari demokrasi di Indonesia, dengan berbagai tahap yang harus dilakukan oleh calon pemimpin negara. Mulai dari kampanye hingga debat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilih Umum.
Pemimpin yang lahir dari proses yang tidak sehat akan berdampak pada kebijakan-kebijakn ynag diambilnya. Alih-alih membela rakyat yang lemah, yang ada bayang-bayang jeruji besi ketika hendak membela rakyat kecil. Fenomena ini akibat dari proses yang tidak sehat seperti banyak hal ynag terjadi menjelang pileg (pemilihan legislatif), money politic yang hampir setiap parpol lakukan untuk mengenalkan dan mengajak masyarakat untuk memilih calon andalan masing-masing partai.
Kasus politik uang yang merebah dikalangan masyarakat wong cilik bisa menjadi beban tersendiri bagi elit pollitik yang terpilih. Pasalnya, pemimpin yang demikian mempunyai beban masa lalu, yaitu menjalankan proses dengan tidak jujur. Mengeluarkan banyak harta dengan tujuan umtuk mendapatlkan lebih banyak harta. Kekuasan bukan menjadi penolong rakyat, justru menjadi penodong rakyat untuk mengembalikan modal kampanye yang banyak dikeluarkan.
Oleh; Triana Sri Hartati, Ketua Bidang Eksternal Korps-HMI-Wati Korkom Walisongo Semarang