Doa  

Jangan Ambyar, Ini Penyebab Gagalnya Suatu Doa

Jangan Ambyar, Ini Penyebab Gagalnya Suatu Doa
Gambar: Google

Doa adalah obat mujarab. Selain menangkal bala dan cobaan, doa juga dapat mencegah dan menghilangkan musibah.

Ada sebuah hadis dari Aisyah, Rasulullah bersabda: “Kewaspadaan tidak ada gunanya dalam menghadapi takdir. Doalah yang berguna untuk mengatasi musibah yang turun maupun yang belum turun. Sesungguhnya musibah ketika turun, akan dihadapi oleh doa, dan keduanya bertarung hingga hari kiamat.”

Tentu doa di sini bukan sekedar pasrah; tanpa dibarengi dengan usaha. Dalam bahasa lain, prinsip yang dipegangadalah, doa dulu dengan sungguh-sungguh, baru usaha. Niscaya, Allah akan mengabulkan (ijaabah) doa kita.

Namun, ada sebagian dari kita yang sudah berdoa, namun tak kunjung ada jawaban (ijaabah) dari Sang Pemilik Alam Semesta. Tentu yang demikian itu bukan tanpa sebab. Artinya, ada faktor penyeb gagalnya suatu doa.

Saya yakin, setiap dari kita pernah merasakan atau berpikir bahwa Allah tak mengijaabah doa kita. Lalu, kita merasa bahwa doa yang kita panjatkan selama ini sia-sia.

Ketahulilah saudaraku, bahwa tak ada doa yang sia-sia. Tetaplah berdoa dengan sikap sungguh-sungguh dan penuh ketulusan. Ibnu Majah meriwayatkan dalam hadis riwayat Abu Hurairah. Nabi Muhammad bersabda: “Barang siapa tidak meminta (mohon doa), maka Allah murka padanya.

Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah dalam Ad-Da’i wa ad-Dawa’ menjelaskan bahwa salah satu penyebab gagalnya suatu doa adalah sifat tergesa-gesa (dalam menanti terkabulnya doa). Ketidaksabaran ini akan memunculkan sikap cemas. Dalam bahasa anak zaman now, ambyar. Dan pada akhirnya, ia putus asa, meninggalkan doa sama sekali.

Lantas Ibnu Qoyyim mengumpamakan orang yang tergesa-gesa dalam menanti terkabulnya doa itu ibarat petani yang menanam biji-bijian. Awalnya, ia (petani-red), semangatnya minta ampun, ia memberikan perhatian penuh pada tanamannya dan selalu menyiram dan memupuknya. Namun setelah melihat panennya lamban dan kurang memuaskan, maka ia pun beranjak meninggalkan dan mengabaikan tanamannya. Apa yang terjadi? Tentu bukan hasilnya bukan panen yang indah, tapi kegagalan total.

Apa yang dikatakan oleh Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah seperti yang terdapat dalam sebuah hadis.

Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah: “Akan dikabulkan (doa) bagi seorang diantara kalian selama tidak tergesa-gesa, (apalagi) mengatakan, ‘Aku telah berdoa, namun belum juga dikabulkan.” (HR. Bukhari).

Dalam riwayat lain, sebagaimana dalam Shahih Muslim, nabi bersabda: “Akan tetap terkabul bagi seorang hamba selama tidak berdoa untuk perbuatan dosa atau untuk memutus tali silaturrahim dan selama tidak tergesa-gesa.”

Lantas seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud tergesa-gesa itu?”

Nabi pun menjawab: “Orang yang berkata, ‘Aku telah berdoa, namun aku tidak melihat ijaabah untukku.’ Ia cemas karenanya, lalu ia meninggalkan doanya.

Waktu-waktu Ijaabah

Selain faktor tergesa-gesa, agar doa kita dikabulkan oleh Allah, maka dianjurkan berdoa pada waktu-waktu ijaabah. Kapan saja?

Pertama, sepertiga terakhir dari malam hari. “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Ku ampuni,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedua, waktu adzan. “Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540).

Ketiga, di antara adzan dan iqamah. “Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi).

Keempat, sesuai shalat fardhu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi).

Kelima, pada jam-jam terakhir setelah shalat ashar. “ (Waktu siang) di hari Jum’at ada 12 (jam). Jika seorang muslim memohon pada Allah sesuatu (di suatu waktu di hari Jum’at) pasti Allah akan mengabulkannya. Carilah waktu tersebut yaitu di waktu-waktu akhir setelah Ashar.” (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i).

Inilah diantara waktu-waktu ijaabah. Jika mendapati waktu-waktu ini, maka jangan sampai disia-siakan untuk berdoa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *