Oleh: Eva Safitri, Pecinta alam dan pemerhati lingkungan, kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
Indonesia adalah negara dengan sejuta keindahan yang mempesona mata siapa saja yang melihatnya, tak ayal negeri inipun mendapat banyak julukan yang melekat padanya seperti negeri zamrud khatulistiwa, paru-paru dunia karena Indonesia menjadi salah satu negara penyuplai oksigen terbesar di dunia bahkan sampai tanah surga katanya, bagaimana tidak, negeri ini dianugerahi berbagai macam keindahan alam yang luar biasa selayaknya surga di dunia oleh sang pencipta, sehingga siapapun akan kerasan bila hidup di negeri ini.
Namun sayangnya akhir-akhir ini berita Indonesia bahkan dunia digemparkan adanya foto dan video biota laut di Indonesia yang mati menelan sampah, hal ini adalah akibat dari ekosistemnya dipenuhi sampah plastik. Tentu berita ini menjadi perusak citra Indonesia dimata dunia, karena hal ini pula menjadi bukti bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Darurat sampah plastik yang terjadi di Indonesia menjadi permasalahan lingkungan yang sampai saat ini belum juga terselesaikan, dari tahun ke tahun produksi plastikpun tak terhitung lagi berapa banyaknya, begitupun dengan penggunaanya yang tak terkontrol lagi, mulai dari skala kecil sampai besar semuanya tak lepas dari plastik. Posisi Indonesia yang menempati urutan keempat sebagai negara terpadat penduduknya di dunia setelah Cina, India dan Amerika juga merupakan salah satu faktor mengapa penggunaan plastik di negeri ini sudah mencapai taraf akut.
Plastik dengan manusia diibaratkan seperti ikan dan air yang tak terpisahkan, kehidupan manusia saat inipun seperti tidak pernah terlepas dari plastik, semuanya menggunakan plastik bahkan sebagian besar dari kita setiap hari menjadi pengguna plastik. Kita tidak berpikir kemanakah sampah plastik kita nantinya, padahal jika kita telusur lebih jauh lagi alam membutuhkan ratusan tahun untuk menguraikan sampah plastik, jadi meskipun kita sudah meninggal sampah yang pernah kita tinggalkan akan masih ada. Bisakah kita bayangkan jika kita hanya bisa mewariskan sampah plastik untuk anak cucu kita ketika kita sudah meninggal? Tentu ini merupakan hal yang sangat memalukan bukan?.
Di Indonesia sendiri permasalahan lingkungan akibat plastik sudah menyeluruh di setiap wilayah Indonesia, entah itu di desa, di pelosok, lebih-lebih di kota besar yang padat pemukiman seperti jakarta. Memang sebagian besar sampah plastik di Indonesia dihasilkan oleh kota-kota besar seperti Jakarta, Denpasar, Bogor, Bandung dan Semarang. Tempat-tempat wisatapun tak luput menjadi salah satu penyumbang sampah plastik, inilah salah satu sisi negaif dikarenakan Indonesia kaya akan keindahan alamnya menjadikan banyak tempat wisata yang dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara sehingga penggunaan plastikpun meningkat.
Pemandangan alam yang indah banyak tergantikan oleh pemandangan sampah plastik dimana-mana, kurangnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di negeri ini menjadikan masyaraktnya tidak memiliki pilihan lain untuk membuang sampah selain langsung di alamnya, seperti di sungai, tepi jalan bahkan di laut.
Tanpa disadari bahwa apa yang kita tanam adalah apa yang nantinya kita tuai, seperti yang terjadi akhir-akhir ini bencana alam ada dimana-mana, banjir tak harus menunggu hujan deras, bila hujan ringan saja sudah bisa meluapkan air di sungai. Kenapa bisa terjadi? Karena penyempitan luas sungai dan pendangkalan dalam sungai secara perlahan-lahan akibat timbunan plastik yang ada didalamnya, lantas siapa yang harus disalahkan? Hujankah apa diri kita sendiri? Seperti itulah alam bekerja, ketika kita berlaku buruk padanya kitapun akan mendapatkan balasan yang buruk juga.
Dalam keparahan yang kian mejadi-jadi ini pemerintah sendiri tidak tinggal diam karena memang masyarakat membutuhkan aksi nyata atas apa yang telah dijanjikan sebelumnya. Berbagai upaya telah dikomandokan dari pemerintah pusat kepada pemerintah yang ada dibawahnya untuk menangani permasalahan ini, seperti melakukan penyuluhan dan sosialisasi kesadaran menyayangi lingkungan dengan meminimalisir penggunaan plastik bahkan dimulai dari tingkat masyarakat terkecil yaitu anak usia dini, pengadaan bank sampah, penerapan kembali 3R (Reuse, Reduce, Recycle) mengadakan gerakan-gerakan mencintai lingkungan seperti bawa tumblermu, ganti kantong plastik dengan tas kain dan masih banyak lagi upaya-upaya yang dilakukan meskipun memang belum ada perubahan yang signifikan, namun sepatutnya kita tetap mendukung upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah ini.
Sebagai warga negara yang bertanggungjawab sudah seharusnya kita menerapkan budaya mencintai lingkungan dengan senantiasa menjaga keindahan alam kita ini salah satu caranya adalah dengan mengurangi penggunaan plastik, menjadi konsumen yang bijak dan menjadi pelopor perubahan kearah yang lebih baik bagi kemaslahatan umum.
Karena prinsip alam sama seperti bentuk pemerintahan negara kita yang demokrasi yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitupun dengan alam semuanya dari alam oleh kita dan untuk kita. Jadi jika kita memperlakukan alam dengan sebaik-baiknya maka akan mustahil jika alam tak memberikan seperti apa yang kita berikan. Kita mesti menjaganya bersama-sama.