Mereka tak ubahnya seperti laron yg bertebaran saat melihat cahaya lampu ketika gelap malam tiba.
Saat malam menjelang di kediamanku tepi sawah, beberapa hari ini aku mulai memperhatikan rombongan mahkluk yg selalu berkumpul ria di sekitaran sumber cahaya. Entah cahaya itu berasal dari lampu listrik, lampu kendaraan, petromaks, dan lain sebagainya yg mengeluarkan cahaya. Mereka tampak bergembira ria. Terdengar percakapan di bawah lampu yang terang itu.
Ini musim yang baik, saat sayapnya telah tumbuh hampir sempurna. Latihan yang diprogramkan oleh ayahnya tidak sia-sia. Keinginan untuk terbangpun kini tengah memuncak demi mencari suasana kehidupan yg berbeda. Ia melihat kebahagiaan di luar sana.
Mengejutkan! Laron itu sampai berani berkata yang tidak patut kepada ayahnya, hanya karena ayahnya tidak mengizinkannya dan tidak mau diajak keluar dari sarang. Ayahnya sudah sangat pengalaman dan tahu betul apa akibatnya, jikalau keluar dari sarang dengan kekuatan yang dia miliki.
Sebelumnya, laron remaja yg sedang puber itu sangat patuh dan taat kepada ayahnya. Hanya saja, belakangan dia sering berkunjung ke sarang kawannya. Di situlah, dia mendapatkan pengaruh buruk dari laron-laron di sarang kawannya. Benar saja, laron yang tadinya sangat cerdas dan bertanggung jawab itu terpengaruh parah oleh mereka.
“Dasar laron kuno,” katanya kepada ayahnya sambil meninggalkan sarang.
Dia terbang dengan nikmatnya, menuju kemilau cahaya lampu yg indah bersama dengan teman-temannya. Indah sekali.
“Inilah hidup yang sesungguhnya aku cari. Inilah cita-citaku,” katanya dgn girang.
Sampai pada akhirnya, kepalanya terasa pening dan menabrak bolam lampu di depannya itu.
Ayahnya yg melihat dari sarang hanya bisa berkata, “Ampunilah dia anakku yg malang, Tuhan.”
Ayahnyapun menangis sejadi-jadinya. “Kamu sudah lihat kan, Nak? Kakakmu akhirnya mati meninggalkan kita lewat jalan yg dipilihnya. Apa kamu masih jg tdk mau mendengarkan ayahmu ini?” kata Ayah laron kepada anak terakhirnya yang masih belum sempurna sayapnya di dalam sarang.” Adiknya hanya bisa menangisi kakak yang sangat dicintainya itu dari sarang. Nastaghfirullah.
Semoga kita termasuk orang yang senantiasa menggunkan akal dan hati untuk berpikir dan merasakan segala tanda dari Tuhan. Buat kamu-kamu yang masih sangat menikmati gemerlap cahaya di luar sana, semoga selamat. Ojo Nganti ditangkap polisi. Ingat Bapak-Ibu nanti. Mereka berharap masa depan cemerlang anak-anak yang telah dibesarkan dan diperjuangkannya.
Pesan ayah laron kepada anak-anak laron yang masih belum sempurna tapi sudah keluar-keluar dari sarang: segera kembali, bertapalah lagi, paripurnakan lagi kekuatanmu itu. Jangan sampai terlewat begitu saja, kemampuan yang basic itu. Sebelum datang hari tua bersama segala penyesalanmu. Wallahu a’lam.
Semarang, 11 Desember 2015